38 : Ular

7K 382 44
                                        

......

Jenata menggeret kopernya, Jenata akan segera untuk menepati tempat yang disaran Jayden. Yaitu tempat teman Jayden.

Keluar Jenata sudah disambut Algar yang menunggu, "Ku bantu." Algar membantu Jenata memasukan kopernya ke bagasi mobil.

"Padahal aku bisa sendiri."

"Boss orang aneh kan? Padahal kau sudah jahat pergi begitu saja. Tapi, boss tetap menyanjungmu sampai sekarang." ucap Algar membuat Jenata menangguk lemas.

"Harusnya aku tidak merepotkannya lagi." sesal Jenata.

"Tapi, aku lebih baik boss denganmu dari pada ular itu."

"Ular?" tanya Jenata, siapa yang dimaksud Algar ular.

Algar membukakan pintu belakang untuk Jenata, "Yeah. Ular yang sangat berbisa, yang selalu menempel pada boss dikala ada kesempatan."

Jenata masih tak paham dengan siapa yang dimaksud Algar sesungguhnya.

"Siapa ular itu?"

"Kau akan tahu sendiri, cepat lambat pasti ia akan menemuimu." kemudian Algar menutup pintu dan cepat-cepat masuk kedalam mobil untuk membawa Jenata dengan selamat sesuai perintah boss kesayangannya.

Jenata hanya mengangguk, terlalu banyak istilah yang tidak ia ketahui karena terlalu lama meninggalkan tempat ini.

Algar melajukan mobilnya.

Tak ada pembicaraan apapun antar Jenata dan Algar. Keduanya memilih untuk tak saling meski banyak yang ingin Jenata ketahui tentang Jayden selama ini.

Tapi, Jenata memilih untuk memendamnya. Jika ada kesempatan ia akan bertanya sendiri pada orangnya.

Sesampainya didepan gedung Jenata keluar sendiri, Algar membantu mengeluarkan Koper Jenata.

"Good luck miss! Jangan lupa tempelkan kartunya. Itu pesan boss!" ucap Algar dan segera pergi dari hadapan Jenata.

Jenata hanya mengangguk dan tersenyum. Setelah masuk kedalam lift yang hanya ada dirinya seorang diri. Jenata mengambil ponselnya dan mengetik pesan.

To : Jayden

Aku sudah pindah. Terimakasih sudah mengirim Algar. Ohya, jika temanmu tidak sibuk pertemukan aku secepatnya ya!?

Jenata menekan send. Tak berapa lama pintu lift terbuka. Jenata segera menggeret kopernya untuk segera masuk.

Pantas saja banyak yang tak ingin tinggal disini. Selain seram, juga terlalu sunyi jarna tak tetangga selantai yang bisa diajak bicara dan terlalu tinggi untuk orang yang bekerja. Apalagi jika mati lampu, akan berapa lelahnya turun tangga darurat.

Tapi, Jenata tinggal terima saja dan lagi ia bukan orang yang bekerja dan tidak bisa memilih tempat tinggal untuk sekarang.

Jenata menempelkam kartunya agar pintu terbuka. Pintu terbuka, Jenata baru menyadari bahwa tempat ini sungguh familiar meskipun Jenata lupa dimana tepatnya ia pernah menjumpai tempat seperti ini.

MISS JENATA [Revisi Lagi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang