2O : Tentang Adel

11K 419 15
                                    

....

"Bagaimana-" belum sempat Jayden melanjutkan ucapannya,

"Menurutku terlalu kebetulan, Adel pulang dan kau hendak di jodohkan, Adel hendak menikah dan tergila-gila dengan lelaki itu, seperti yang kau katakan," Jenata menarik nafasnya, meminum tehnya lagi, "dan lagi, mana mungkin aku tak membaca beritanya padahal itu topic hangat?" tanya Jenata.

"Tapi-?"

"Aku hanya belum siap menerima kenyataan, bahwa aku dan sahabatku mencintai pria yang sama." kekeh Jenata di akhir kalimatnya.

"Aku takut, kau akan begini." Jayden menunduk, tak tau harus berucap apalagi.

Jenata mengelus punggung Jayden, "Sampai aku bertanya-tanya relakan atau perjuangkan, kemudian aku sadar aku tak pernah sebahagia ini sebelumnya, aku tak bisa melepaskan kebahagianku. Terdengar egois, tapi sungguh aku ingin bahagia dan dijaga di dunia ini." tangis Jenata pecah, Jayden berdiri membawa Jenata kepelukkannya.

"Janjiku, sebelum kau melepaskan tanganku, aku tak akan beranjak kemanapun." lanjut Jenata, membalas pelukan Jayden.

Kadang jika ingin bahagia kau perlu egois untuk mencapai sesuatu, bukan jahat itu hak setiap manusia untuk mendapatkan kebahagiaannya masing-masing, entah harus mempertahankan miliknya atau merebut milik orang lain.

"Jangan lepaskan aku, seperti aku yang akan terus menggenggam tanganmu." ucap Jayden, pelukkannya sangat erat.

Entah, Jenata tak pernah sebahagia ini sebelumnya, mungkin ini jalan takdir Tuhan untuk Jenata mempertemukannya dengan Jayden dan mengikat mereka berdua dengan mitos benang merah.

"Maafkan aku Del, aku mencintainya." lirih Jenata, Jenata masih menangis sampai sesegukan merasa bersalah pasti, tapi miliknya ya miliknya Jenata tak ingin berbagi ataupun terbagi.

Jayden melepas pelukannya dan mengusap air mata Jenata, "Lebih baik kita jalan-jalan." ajak Jayden, Jenata mengangguk dan berjalan bergandengan keluar rumah bersama Jayden.

Mereka berdua menyusura jalan setapak, disamping jalan itu banyak pepohonan yang menjulang tinggi, disini sangat menenangkan hanya terdengar suara-suara jangkrik dan hewan-hewan lainnya.

Mungkin ini yang terbaik bagi mereka, saling menjaga tanpa membiarkan orang lain masuk diantara mereka.

"Bagaimana jika kita berlibur ke Eropa!?" ajak Jayden, sambil menatap harap Jenata.

Jenata menarik kasar nafasnya, "Aku tidak berfikir itu ide yang bagus, kadang aku lebih menyukai budaya lokal dari pada luar." jawab Jenata, membuat Jayden mendesah pelan.

"Bilang saja kau tak punya pasport!" kesal Jayden berjalan mendahului Jenata yang ingin sekali melayangkan tinjunya pada Jayden.

Jenata mengejar Jayden menggandeng tangannya, "Aku punya, tapi ya, dulu sekarang sudah hilang." ragu Jenata, saat melihat muka Jayden yang menahan tawa, Jenata mencubit pinggang Jayden dengan keras.

"Sakit! Bilang dari tadi jika tak punya! Dasar, gengsi takkan memberimu makan!" masih teramat sangat kesal dengan Jenata, Jayden mendahului Jenata lagi berjalan.

Jenata memukul keras kepala Jayden, "Aku pernah belajar taekwondk dulu, berani kau?!" tantang Jenata, mengepalkan dua tangannya keudara, membuat Jayden tertawa dan membawa kepala Jenata kelengannya.

MISS JENATA [Revisi Lagi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang