28 : Pergi

8K 378 11
                                    

.......

"Mungkin saat kau membaca ini aku sudah tidak berada disampingmu lagi. Maaf tidak bisa menepati janjiku untuk terus bersamamu dan tidak melepaskan tanganmu.

Jay... Benci aku sesukamu. Aku tak apa. Jangan mencariku, jika kau melakukannya aku akan membencimu. Tak usah bertanya alasan apa yang kumiliki hingga pergi seenak mauku. Kau tak perlu tahu, yang pasti bahkan sampai saat aku bisa memaafkan nanti, aku akan terus mencintaimu.

Jangan menyerah dengan hidupmu. Lakukan apapun yang kau inginkan, aku tidak menuntut apapun lagi.

Untuk Jayden sayangku terimakasih. Karnamu Jenata bisa tersenyum lagi. I Love You."

Otot-otot kaki Jayden lemas membaca ini, Jayden jatuh terperosot. Air mata Jayden jatuh, bahkan Jayden tidak diberikan alasan kenapa Jenata memilih jalan itu. Bahkan Jenata melarang mencarinya.

Jayden buru-buru mengeluarkan ponselnya, menelpon seseorang.

"Lacak dan cari Jenata sekarang!" teriak Jayden. Kemudian sambungan diputus, Jayden menatap kamar ini kosong.

"Apa yang kau lakukan brengsek!" teriak Jayden, sambil mengacak rambutnya frustasi. Terlalu lelah Jayden hari ini, kejutan yang Jenata berikan terlalu banyak hari ini dan sangat mengejutkan Jayden.

......

—2 Tahun kemudian—

"Ku perhatikan tanaman ini semakin layu. Hei, apakah ia tidak cocok dimusim dingin?" tanya Jenata sambil menatap iba tanaman didepannya.

"Perhatikan saja hidupmu. Jangan terus-terusan tidur diperpustakaan, kau fikir kau penjaga perpus?" kesal lelaki itu, sambil menatap jengkel Jenata yang hanya tersenyum lebar menanggapinya.

Jenata masuk kedalam café, "Setidaknya aku masih kuliah. Bukan kau yang berhenti hanya untuk mengelola café dipinggiran kota ini. Terlalu sepi!" ejek Jenata, membantu membereskan beberapa gelas yang sedijut berdebu karna jarangnya dipakai.

Bir melempar Jenata dengan celemek. "Kerjakan saja urusanmu. Bukankah kau ada pelajaran siang ini?"

Jenata mengangkat bahunya acuh tak peduli. "Aku akan berada disini. Menunggu pelanggan walau mustahil." kekeh Jenata. Bir hanya menatap Jenata tanpa ekspresi.

"Bukankah lebih baik café ini diubah menjadi sebuah bar klasik dipinggiran kota?" saran Jenata yang tentunya dapat tolakan keras dari Bir. Pria itu takkan membiarkan café kesayangannya ini jadi seperti itu.

"Ini Perancis bodoh!" teriak kesal Jenata. Bir terlalu menyayangi café tak laku ini, dan Jenata kesal akan itu.

"Dan kau sedang macam-macam dengan orang Perancis!"

"Mr. Bir, kau lupa kau orang Thailand yang juga tiba-tiba ada disini!" ingatkan Jenata pada Bir akan pertemuan pertama mereka.

"Setidaknya aku tidak mencoba melompat dari jembatan di Negara asing." sahut Bir tak ingin kalah.

Jenata tak bisa menjawab apapun lagi. "Namaste." ucap Jenata kemudian pergi.

"Mohon maaf anda salah server!" teriak Bir berharap Jenata mendengarnya.

MISS JENATA [Revisi Lagi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang