24 : Lepaskan?

8.5K 388 9
                                    

.....

Jayden dengan terpaksa berjalan mengikuti Adel yang memaksanya untuk menemaninya makan siang. Sungguh ini tahun yang sial bagi Jayden, seseorang seperti Adel masuk kekehidupannya yang aman, tentram dan sejahtera.

Banyak pasang mata yang menatap iri Adel, terutama karyawan-karyawan kantor Jayden, yang menatap penuh harap agar dinotice Jayden. Tapi nyatanya, Jayden hanya berjalan datar tanpa ekspresi sedikitpun.

Kekesalan Jayden memuncak saat Adel menggandeng lengannya, Jayden sudah mencoba melepas dengan lembut tapi, gadis keras kepala seperti Adel takkan melepaskan lengannya begitu saja.

Jayden dengan terpaksa membiarkan Adel sesukanya, lelah Jayden menghadapi wanita macam Adel. Jayden hanya menurut saat Adel membawanya berjalan dipinggir jalan, sesekali Adel menarik tangan Jayden agar lebih mendekat kearahnya.

Jayden menghela nafas pelan, "Bisakah jangan menyentuhku? Aku membiarkanmu agar kau tidak berlebihan!" bisik Jayden tepat ditelinga gadis itu. Agar Adel sedikit sadar, tapi Adel malah makin mengeratkan pelukannya pada lengan Jayden. Sungguh Adel benar-benar tak memahami bahasa manusia.

"Kenapa? Jenata dengan leluasa bisa menyentuhmu, bahkan tidur denganmu. Kenapa aku tak boleh?" Adel bersedekap, sambil menatap intens Jayden. Jayden tak habis fikir dengan gadis ini.

Jayden membawa Adel masuk kesebuah cafe yang ada ditempat mereka berdiri, menhela nafas kasar, menatap Adel dalam.

"Kau bukan Jenata, maka dari itu tak boleh." sahut Jayden, membuat Adel memutar bola matanya malas. Adel menarik jemari Jayden dan menggenggamnya dengan erat.

"Apa yang harus ku lakukan agar bisa menjadi Jenata?" pertanyaan konyol Adel, membuat Jayden terkekeh pelan. Jayden menarik tangannya kasar agar terlepas dari genggaman Adel.

"Tidak ada. Jenata ya Jenata, tak ada yang bisa sama dengannya. Bahkan jika kau operasi plastik agar menyerupai Jenata, itu tidak akan berubah." saat ini Jayden cukup sensitif jika menyangkut Jenata, terlalu banyak orang yang membenci wanitanya.

Adel meringis merasakan nyeri didadanya, terasa sesak saat mendengar Jayden berucap kata itu. Sakit.

"Baiklah tak ada pilihan lain." ucap Adel tanpa dasar, Adel pergi meninggalkan Jayden sendiri. Sebelum keluar Adel berbalik tersenyum manis pada Jayden, "Nantikan wawancaraku malam ini." setelah mengatakan itu Adel pergi, meninggalkan Jayden dengan wajah penasarannya.

Jayden menggeleng dan keluar, Jayden tak peduli apa yang akan dilakukan Adel asal jangan mengganggu Jenata itu sudah cukup bagi Jayden.

.....

Jenata pagi ini mendapat telpon dari seseorang yang tidak diharapkannya. Sekarang Jenata sedang menunggu orang itu ditempat yang sudah diatur, tempat pertemuan khusus VVIP. Jelas Jenata tahu orang yang akan ia temui bukan orang sembarangan, dan pastinya ia memerlukan tempat yang lebih privasi.

Jenata dengan tak sabar terus menatap jaj dipergelangan tangannya, kakiknya gemetar Jenata tak tahu akan mengatakan apa saat bertemu dengannya nanti.

Pintu yang digeser kesamping terdengar ketelinga Jenata, Jenata menoleh dengan reflek. Tepat sekali, orang yang berjanji bertemu dengannya muncul didepan pintu, tatapan tegasnya yang begitu mengintimidai Jenata saat ini, perlahan Jenata menundukkan kepalanya saat orang didepannya duduk dengan tenang. Tapi, tatapan matanya tak beralih menatap Jenata.

MISS JENATA [Revisi Lagi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang