31 : Paris?

7.6K 327 10
                                        

......

"Pulang malam?" tanya Bir, melihat Jenata yang membuka pintu depan.

Jenata hanya mengangguk. "Sudah tahu kenapa bertanya?" kesal Jenata.

Bir hanya mengangkat bahunya kesal. "Tadi seorang pria mencarimu, mungkin dia akan datang lagi besok." ucap Bir.

Langkah Jenata seketika terhenti, jantung memompa kencang. Bahkan terasa sakit didadanya. Jenata melanjutkan jalannya tanpa membalas ucapan Bir.

Jenata merebahkan dirinya disofa, hanya terus berharap semoga bukan orang yang diharapkankannya. Karna jika iya, Jenata tak tahu harus mengatakan apa.

Jenata bangun, berbegegas turun menghampiri Bir.

"Seperti apa orang yang mencariku?" tanya Jenata tiba-tiba.

Bir nampak mengingat-ingat. "Dia bertubuh tinggi, dengan kulit putih sepertinya tidak terlalu putih, dan menggunakan jas, jangan lupakan wajahnya cukup tampan." jelas Bir, nampak seperti merekam.

Jenata menarik nafas, menenangkan fikirannya.

"Kau tak apa?" tanya Bir yang melihat Jenat sedikit kesulitan bernafas.

Jenata menggeleng, "Besok jika ia mencariku lagi katakan aku——"

Tring.. Tring..

Hal yang lumrah bagi Jenata dan Bir untuk menoleh kearah pintu dan melihat siapa yang datang.

"Jangan menghindar, kita perlu bicara."

Suara yang sangat Jenata kenali. Meski wajahnya sedikit berbeda mungkin karna gaya rambut yang berbeda pula. Jenata tak tahu pasti.

"Hei, kau mengenalnya?" bisi Bir ditelinga Jenata.

Tak ada sahutan dari Jenata. Jenata membeku ditampatnya sekarang menatap lelaki yang tersenyum kearahnya.

"Lama tidak berjumpa."

Jenata sadar, segera ia beranjak untuk mendatangi lelaki itu. "Sudah ku katakan jangan datang meski kau tahu aku disini."

Daren tersenyum lagi, mengacak gemas surai Jenata. "Bagaimana bisa? Aku ingin melihat keadaanmu. Dan lagi, kenapa pergi begitu saja? Tak pamit atau mengirim pesan. Hei, kau jahat." Daren berpura-pura marah.

Jenata membawa Daren duduk, "Ada sesuatu yang harus ku hindari." ucap Jenata.

Daren mengangguk paham. Daren menarik tangan Jenata, menggenggam tangan itu. Daren tahu Jenata tidak baik-baik saja dengan kunjungan tiba-tibanya ini.

"Aku tidak bilang kau disini." ucap Daren. Seakan paham dengan kekhawatiran Jenata.

Bir yang melihat itu nampak berfikir kemudian beranjak untuk memberikan privasi untuk dua orang itu.

"Dia sudah tahu sejak awal aku disini." sahut Jenata, menatap Daren.

"Tapi——"

"Aku yang memintanya jangan mendatangiku meski tahu keberaanku."

"Kenapa?"

MISS JENATA [Revisi Lagi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang