34 : Perpisahan itu Ada

6.6K 356 45
                                    

......

"Kau dari mana saja?" tanya Adel yang menunggu kedatangan Jayden. Setelah tiba-tiba menghilang saat ia pergi mandi.

"Tak ada. Jam berapa kita pulang?"

"Dua jam lagi."

Awalnya niat Jayden ingin mengajak Jenata pulang. Membawa Jenata kembali dan menyambung benang merah lagi. Tapi, sepertinya Tuhan tak mengijinkan.

"Aku membereskan barang-barang dulu." pamit Jayden tapi tangan Jayden di tahan Adel.

"Sudah ku bereskan." ucap Adel menunjuk koper.

Jayden mengangguk. Jayden tampak tak paham dan tak mengerti dengan dirinya sendiri.

......

Jenata berkuliah seperti biasa, hari-harinya memang sedikit terganggu dengan kedatangan Jayden. Tapi tak bisa dipungkiri itu sedikit jadi pengobat rindu Jenata setelah sekian lama.

Setelah kelasnya selesai Jenata memilih langsung ke café.

Tring... Tring...

Jenata melihat sedikit kejanggalan, ada yang aneh dari café. Seperti Daren yang melayani beberapa pengunjung dan Bir yang sibuk membuat pesanan. Bahkan Jenata tak percaya Daren memakai celenek yang biasa ia pakai untuk bekerja.

"Oh! Jenata!" sambut Daren.

Jenata hanya mengangguk dan mendekati Bir, mempertanyakan situasi tak biasa ini.

"Ia bersikeras ingin membantuku. Akubisa apa?"

"Harusnya jangan dibiarkan!"

"Lumayan tadi pagi dia duduk didepan kaca itu, sambil menyesap kopi dan beberapa orang yang melihatnya langsung masuk tanpa berfikir panjang. Jarang-jarang kita dapat mengunjung banyak."

Jenata mengangguk saja. Ucapan Bir tak salah, tapi otak Bir sepertinya sedikit bermasalah. Sedikit.

"Jika dia disini, aku harus melakukan sandiwara bodoh bersamamu." bisik Jenata dengan kekesalannya.

Bir menutup mulutnya kaget, baru sadar betapa gobloknya dirinya.

Melihat Daren yang melayani orang-orang dengan senyum manisnya membuat Jenata menggelengkan kepalanya.

Selesai melayani beberapa pelanggan Daren mendatangi Jenata dan Bir.

"Bukankah aku berbakat untuk bekerja disini?" tanya Daren sambil tersenyum bodoh.

"Mungkin kau dilahirkan untuk jadi, pelayan dengan wajah tampan itu." sahut Jenata.

"Jadi, kamu mengakuinya kan, bahwa wajahku ini tampan?"

Jenata hanya menggeleng dan meninggalkan Bir dan Daren untuk naik keatas.

"Aku menaruh sesuatu diatas meja bukalah!" teriak Bir, Jenata hanya mengangguk dan dengan semangat menaiki anak tangga. Ingin melihat hadiah apa yang diberi oleh Bir.

Jarang-jarang Bir memberi Jenata hadiah.

Sesampainya dikamar Jenata tak menemukan hadiah yang ia fikirkan, Jenata hanya melihat amplop berwarna hijau tua yang betuliskan untuk Jenata.

MISS JENATA [Revisi Lagi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang