.....
Jenata tak henti-hentinya menatap jam ditangannya, begitu gugup ia menunggu kedatangan Adel. Tempat yang dulu jadi tempat favorite Jenata dan Adel, Jenata tak mengira ia akan mengakui semuanya pada sahabatnya ditempat ini, tempat yang memiliki arti tersendiri baginya.
Jenata terus menatap harap pada setiap orang yang masuk kecafe, sambil terus meremas tangannya.
Jenata menatap lama pada gadis yang baru masuk kecafe, dengan gaya khasnya, gadis itu melambai kearah Jenata dengan senyumannya.
Jenata tersenyum gemetar, Jenata masih tak yakin, apa ia harus jujur dan mengatakan semuanya, atau berbohong?
"Menunggu lama?" sapa Adel, sambil menarik kursi pelan.
Jenata menggeleng, masih setia dengan senyumannya Jenata tak henti-hentinya bertanya pada dirinya dalam hati, perihal apa yang harus dipilihnya.
"Jen, hei, kau melamun?" heran Adel melihat Jenata yang hanya menatap kosong.
Jenata sadar kemudian menggeleng, "Bagaimana jika kita memesan dulu?" tawar Jenata, yang lamgsung disetujui Adel.
Mereka memesan, keadaan sedikit canggung antara Jenata dan Adel sekarang.
Sambil menunggu Jenata tak henti-hentinya meremas tangannya yang berkeringat, Jenata sesekali menatap Adel, bingung harus bagaimana. Posisi Jenata sekarang seperti istri kedua yang bertemu istri pertama, ada rasa bersalah.
Jenata menggelengkan kepalanya, mengenyahkan fikiran bodoh tak masuk akalnya, disini ia hanya akan mendengarkan apa yang Adel katakan, tak lebih.
Pesanan mereka datang, sambil menghirup minumannya Jenata melirik Adel yang tak kunjung buka suara.
"Hm, apa yang ingin kau katakan?" Jenata memberanikan diri untuk bertanya lebih dulu, Jenata bersumpah ia takkan menyakiti hati sahabatnya, tak akan. Tapi jika mendesak apa boleh buat?
Adel nampak berfikir sebelum berbicara, "Pertunanganku batal." gadis itu berucap sambil menunduk.
Jenata memejamkan matanya, dari lubuk hati yang paling dalam tentu Jenata merasa bersalah, tapi jika Adel tahu bahwa Jenata mencintai Jayden apakah Adel akan merasa bersalah juga seperti dirinya sekarang?
"Dia tak datang, dihari yang seharusnya kita mengikat hubungan." Adel tak bisa menahan tangisnya, Adel menangis, bahunya bergetar hebat, tanda ia menahan tangisnya.
Jenata tak bisa menahan tetes air matanya, sakit melihat sahabatnya seperti ini, Jenata tidak merebut Jayden dari Adel. Jenata hanya ingin haknya untuk bahagia.
Jenata berdiri duduk disebelah Adel, memeluk gadis ini, tak ada satu katapun yang bisa Jenata ucapkan terlalu merasa bersalah jika Jenata mengucapkan kata yang menenangkan Adel, seperti bersembunyi dengan dua muka jika Jenata melakukan itu.
Adel masih terisak, kepalanya terangkat menatap Jenata yang juga menatap Adel sekarang.
"Jen, aku mencintainya, bisakah kau lepaskan dia untukku?" tanya Adel masih tetap menatap Jenata.
Perlahan tangan Jenata melonggar dari pelukkannya untuk Adel, Jenata tak tau harus berucap apa sekarang. Ini terlalu mendadak bagi Jenata sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISS JENATA [Revisi Lagi]
Romance21+ AREA DEWASA! UNTUK YANG BELUM CUKUP UMUR SKIP DULU TUNGGU CUKUP. *** Miss Jenata - Bukti Cinta untuk Jayden. Jenata Ayrellia, harus merelakan mahkota berharganya hanya untuk uang yang tidak bisa ia dapatkan dengan mudah lagi. Keadaan memaksanya...