Yang lebih baik daripada harus terus merasa bersalah pada orangtua adalah nurut, pasrah, sabar, karena waktu terus berjalan dan kita tidak tinggal diam.
Sesuai yang dibilang Raka untuk mengajak Alesha ketemu di kafe tempat biasa dan sekalian untuk makan malam bareng.
"Ale. Kita mau ngapain sih? Tumben banget Om Raka ngajak kita makan bareng?" tanya Alesha pada Alevan yang sedang fokus menyetir.
Alevan hanya meninggikan bahunya dan menggelengkan kepala tanda tidak tahu, lagian Raka juga tidak memberitahu tujuannya mengajak mereka berdua ke tempat ini.
Tidak butuh waktu lama mereka sampai di kafe tersebut dan mereka langsung masuk kedalam dan menemukan keluarga mereka sedang duduk dimeja paling ujung, dan mereka segera meghampiri keluaraga mereka yang sedang menunggu.
"Gimana,Van sekolahnya?" tanya Raka—ayahnya Alevan.
"Baik, Pa, oh iya kenapa kita kumpul disini?" tanya Alevan dengan kening berkerut.
Raka dan Andara—ayah Alesha hanya tersenyum tipis dan melihat kearah Alevan dan Alesha sementara Alena—ibu Alevan dan Nagita—ibu Alesha hanya diam.
"Udah sekarang kita makan dulu, selesai makan baru kita ngobrol," ujar Raka yang dibalas anggukan paham dua remaja itu.
"Udah ayo kita makan, nanti baru ngobrolnya," ucap Andara dengan senyuman hangat.
Selama makan Raka dan Andara saling melempar tatapan, itu jelas tak lepas dari tatapan mata Alevan dan Alesha yang sudah sangat pensaran.
"Oke. Sekarang Om mau ngomong seseuatu sama kalian berdua" ujar Raka setelah sesi makan selesai.
"Kok kamu yang ngomong sih? Udah biar aku aja yang ngomong" ujar Andara tak terima.
"Udah biar aku aja, Ra"
"Aku aja?"
"Aku!"
"Aku!"
"Aku!"
Emosi sudah berada dipuncak Alena langsung berdiri dan mencegah dua orang pria itu untuk bertengkar hanya karena ingin ngomong duluan.
"STOPPP!!! SUDAH! BIAR AKU SAJA YANG NGOMONG!" tegas Alena yang dalam sekejap membuat Raka dan Andara diam seribu bahasa..
"Istrimu sudah berubah jadi singa betina, Ka" bisik Andara.
"Ini baru awalnya, coba kalau Nagita seperti Alena sudah pasti kamu hanya bisa pasrah." bisik Raka.
Alena pun menjelaskan apa yang daritadi diperebutkan oleh suaminya dan temannya itu.
"Jadi gini, Om Andara sama Papa sudah sepakat buat jodohin kalian berdua," jelas Alena melirik kearah suaminya.
Merasa mendapat kesempatan untuk bicara Raka dengan cepat berbicara pada Alevan dan Alesha.
"Iya, kan Papa ngelihat Alevan sama Alesha udah akrab banget dan Papa juga sudah anggap Alesha ini anak Papa sendiri, jadi. Kenapa gak sekalian dijadiin anak beneran aja." jelas Raka dengan senyum lebar.
Andara mengangguk setuju. "Ayah juga setuju karena Ayah juga udah anggap Alevan anak Ayah juga," sahut Andara kemudia dia tos dengan Raka.
"Tapi, Pa, Alevan sama Alesha, kan masih sekolah. Baru kelas sepuluh masa langsung nikah?" ujar Alevan berusaha menolak secara halus.
Raka dan Andara sudah menduga kalau Alevan akan berkata seperti itu jadi mereka sudah mempersiapkan sebuah rencana yang amat gila.
"Udah yang penting buat kita berdua kalian setuju apa enggak?" tanya Raka menatap kedua remaja itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband (SELESAI)
Teen FictionBELUM DI REVISI GAK TAU MAU KAPAN TUGAS NGELUNJAK SELESAI 1 DATENG ROMBONGAN😭 Start : 31 Mei 2020 Finish : 5 September 2020 Perjodohan? Kata yang sangat di benci oleh banyak orang, tapi itu yang terjadi pada gadis bernama Alesha. Dia harus mengiy...