Arabella Nouis

526K 40.7K 5.9K
                                    

Ketika berharap terlalu tinggi, kecewa sering menjadi teman.

- Arabella Nouis

°
°
°

[ DUA ]

. . .



Matahari pagi telah memancarkan sinarnya. Dengan tidak sopannya masuk kedalam celah kelopak mata gadis yang masih enggan untuk bangun dari tidurnya.

Terlalu malas untuk bangkit, kini tubuh gadis itu memilih untuk mengitari ranjangnya, mencari bagian yang tepat untuk tubuhnya kembali diistirahatkan.

Namun ketika terdengar suara alarm setianya, dengan cepat Bela bangun dari tidurnya, walau kantuk masih menggerayangi.

Sabtu tenangnya akan hilang sebentar lagi mengingat mereka akan pergi untuk menemui teman Bunda.

"BELA KAMU INGET KAN, ADA JANJI HARI INI!" teriakkan dari malaikat maut kesayangannya kembali terdengar.

"Inget, Bun. Inget!" balasnya sedikit berteriak.

Memilih untuk mengambil langkah antisipasi, akhirnya Bela memutuskan untuk menjalankan tubuhnya menuju kamar mandi yang berada didalam kamarnya.

Ruang bernuansa serba kuning putih ini sudah menjadi kamar Bela sejak ia kelas 5 SD.

Dengan langkah gontai Bela kembali mengambil handuk kuning polos kesayangannya, lalu kembali masuk kedalam kamar mandi.

Sekitar tiga puluh menit dihabiskannya untuk membersihkan diri.

Bela keluar dengan handuk yang melilit pada tubuhnya. Hanya menutupi badan bagian atas sampai setengah lututnya. Kebiasaan Bella sedari dulu tidak pernah membawa baju ganti kedalam kamar mandi.

Kaki jenjang nya kini melangkah menuju lemari baju. Hoodie berwarna pink muda dengan celana jeans pencil menjadi pilihan Bela sekarang.

Sebelum memakai hoodie-nya, Bella memakai jilbab segi empat berwarna senada dengan hoodie yang ia pakai. Lalu topi dari hoodie itu Bela kenakan.

Tak butuh waktu lama untuk Bela mempoleskan wajahnya dengan berbagai alat make up yang ia punya.

Merasa sudah rapih dengan penampilannya itu, Bela pun memilih untuk keluar dari kamarnya. Tak lupa menutup pintu bercat putih susu yang bertuliskan, 'Arabella's Room! Please knock the dor before you in.'

Melihat kehadirannya membuat sang Bunda yang sudah siap itu tersenyum.

Bela menaikkan alisnya, "Geli, Bun. Kalo senyum kek gitu," komen Bela seraya mengambil sepatu sneakers berwarna putih susu yang berada dikotak sepatu samping pintu utama rumahnya.

Bundanya--Mira, kembali tersenyum penuh arti melihat penampilan Bela.

"Anak Bunda cantik banget."

Bela menaikkan alisnya bingung. Pasalnya, sang Bunda jarang sekali memuji dirinya seperti tadi.

Dengkusan geli Bela perlihatkan, ditatapnya sang Bunda yang masih tersenyum kepadanya. "Dari dulu, Bun. Kemana aja coba?" ucapnya pede.

SAMUDRA ; My Bad Boy Husband ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang