Miliknya

383K 36.2K 8.9K
                                    

Aku tahu akan sesakit ini. Kau tahu kenapa aku masih bertahan? Alasannya satu, karenamu.

- Samudra Alfa Adison




[ DUA PULUH SEMBILAN ]

. . .



Selesai dengan tugasnya untuk menyalin folder yang dikirim oleh Caca beberapa menit yang lalu, kini Bela kembali menginjakkan kaki nya kedalam dapur untuk melepaskan rasa hausnya.

Setelah selesai merapihkan apa yang sudah ia hancurkan tadi hanya karena membuat makanan manis bernama martabak coklat, Bela memilih melanjutkan tugasnya untuk menyalin tugas kelompok mereka yang akan dipresentasikan dalam waktu dua hari lagi.

Ah ya, ditambah si anak nakal yang tengah mendapat hukuman skorsnya itu, tentu saja mempengaruhi kinerja kelompok mereka. Walau Samudra tidak ada ngaruhnya juga sih, karena cowok itu sama sekali tidak membantu.

Selesai mengambil minumannya, Bela kembali berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Entah dimana Samudra sekarang, Bela tidak tahu. Cowok itu menghilang begitu makanan manis yang ia buat sudah habis.

Tak mau ambil pusing, Bela pun memilih untuk kembali melanjutkan pekerjaannya. Merangkum bagian dirinya dan juga teman kelompoknya.

-------

"Balapan?"

Pertanyaan yang sudah pasti anggukan kepala mantap adalah jawabannya itu pun keluar. Sudah yakin bahwa cowok berambut ungu tua ini tidak mungkin melepas stresnya hanya dengan berdiam diri dirumah.

Bahkan selama didalam rumah, Gilang fokus membakar puluhan putung rokok, menghabiskan waktunya didalam ruang billiard kepunyaan tuan Adison.

Walau akhirnya cowok itu tetap memergoki kedua sejoli yang tengah asik bertukar tawa. Ke-uwu-an yang berhasil membuat iri sisi jomblonya.

"Si monyet taruhan duit sepuluh juta. Lumayan buat gue pergi clubbing." jawab Gilang santai. Tangan kekarnya kini mencoba memasangkan helm full face- nya pada wajah tampannya. Wajah tampan yang sayang nya kurang kasih sayang.

"Gue gak ikut."

"Iya tau, nyet. Gausah dijelasin."

Samudra mengerutkan keningnya bingung. "Tau apaan lo?" tanya nya heran.

Setelah menyalakan mesin motor ninja Samudra, setelah mati matian ia memohon untuk meminjam motor ninja putih tersebut, kini manik Gilang kembali jatuh kepada lawan bicaranya.

Sebelum menancapkan gasnya untuk keluar dari pekarangan rumah Adison itu, Gilang terkekeh singkat.

"Tau lo sama Bela mau duaan. Pesen gue, gue belom siap jadi om yang punya keponakan semanis ibunya. Jadi, tiati."

Pesan sialan yang dengan cepat terdengar, disusul oleh deruman motor yang mulai menghilang seiring jauhnya jarak mereka.

"Si bangsat."

-------

Begitu bel istirahat pelajaran pertama berbunyi, tak butuh waktu lama sampai kelas 12 IPA 2 ini sepi hanya dalam hitungan detik.

SAMUDRA ; My Bad Boy Husband ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang