Ekspetasi Realita

329K 33.2K 4.7K
                                    


Denganmu, aku selalu berusaha agar menjadi lebih baik lagi, untuk bisa menjadi yang terbaik.

- Samudra Alfa Adison



[ TIGA PULUH ]

. . .





Masih enggan dengan penawaran sang suami nya kemarin, jadilah sekarang Bela berangkat kembali bersama gojek.

Untung saja jalanan tidak terlalu macet, jadi Bela tidak perlu repot repot bertemu dengan pak Budi dengan alasan keterlambatannya.

Dengan santai Bela pun berjalan menuju kelas kesayangannya. Kelas yang sudah dua hari ini tidak dihadiri oleh Samudra. Walau pada hari biasanya cowok itu memang sangat sering tidak menghadiri kelas, hanya saja rasanya berbeda bagi Bela. Karena cowok itu tidak hadir dengan alasan yang berbeda pula.

Tak mau terlihat galau, Bela pun menarik bibirnya keatas begitu kakinya memasuki area kelas, menyapa beberapa temannya yang juga sudah datang sepagi ini.

"Udah siap semua buat presentasi?" Caca menghampirinya sembari ikut duduk disampingnya.

Anggukan mantap pun jadi jawaban atas pertanyaan si gadis berkuncir kuda itu.

"Udah kok, udah gue rangkumin semua yang belum, tinggal Leon hafalin." jelas Bela seraya tersenyum. Tangannya kini mengeluarkan beberapa buku pada tas ransel merah muda nya.

Caca tersenyum kecut, merasa tidak enak karena harus membiarkan Bela mengerjakan semuanya. Walau memang ia senang, tetap saja ia merasa tidak enak dengan teman satunya itu.

"Sorry ya Bel, gue gak bantu banyak,"

Melihat wajah melas Caca membuat Bela tak bisa menyunggingkan senyumannya.

"Iya Caca, santai aja kali."

Dan begitu kedua gadis itu tengah asyik bercanda gurau, suara bariton ketua kelasnya mengintrupsi Bela dan Caca. Membuat kedua gadis itu menautkan alisnya bingung.

"Ada yang kurang," ucap Leon yang sudah berdiri dengan ganteng nya disamping kedua gadis itu. Tangannya kini menjulurkan satu lembar kertas hasil rangkumannya kemarin.

"Penjelasan bab ini gue gak ada bukunya," jari telunjuknya mengarah dimana banyak bekas coretan yang tertera disana. Dengan fokus Bela memperkerjakan matanya, walau diakhir desahan pasrah pun terdengar.

"Gue juga gak ada bukunya buat bab itu. Kok kita bisa lupa, sih? Terus gimana? Besok udah presentasi," ucap Bela frustasi. Ia terlalu kesal, kenapa setiap melakukan sesuatu, sering kali kesalahan baru bisa kita ketahui diakhir, kenapa gak diawal saja?

"Masih sempet, pulang sekolah kita ketoko buku. Gausah beli, buat rangkum bab ini aja, kita baca disana. Gimana?" usul Leon yang terdengar sangat membantu situasi sekali.

Sayang Bela tidak tahu harus merespon bagaimana, sebenarnya Bela terlalu malas kalau harus berdekatan dengan ketua kelasnya itu. Entahlah, semenjak perkataan cowok itu kemarin, ekspetasi Bela terhadap Leon sudah jatuh. Dan Bela sedikit tidak menyukai cowok itu.

SAMUDRA ; My Bad Boy Husband ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang