hot 2

177K 4K 77
                                    

"Gavin, bagaimana kabar calon istrimu?" Tanya Laurin sebelum pria itu menyuapkan sarapan pertama ke mulutnya.

"Kenapa sih tanya itu?" Gavin melanjutkan sendok itu menuju mulutnya lalu mengunyah makanan dari sendok itu.

"Sebulan lagi kalian akan menikah. Bagaimana? Kau mantap dengannya?" Kata Laurin.

"Kok mommy tanyanya begitu?" Gavin tak bisa menebak kemana kalimat Laurin akan berujung.

"Gimana ya, soalnya dia janda sih. Tapi masih sangat muda. Berapa selisih usia kalian?" Tanya Laurin lebih lanjut.

"Mom mau tanya apa sih sebenarnya?" Gavin menatap ibunya lekat-lekat.

"Usia kalian.." jawab Laurin polos.

"15!! Puas?!!" Sungut Gavin.

"Papamu usia segitu kau sudah kelas 1 SD lho.." kilah Laurin.

"Mom....!!"

"Laurin ingin kau segera punya anak Gavin. Supaya hidupmu lebih teratur.." ucap kakeknya yang sedari tadi diam.

"Kurang teratur bagaimana? Makan minum istirahat. Kerja juga selalu pulang. Kurang apa sih?" Keluh Gavin.

"Gavin, kau harus bahagia" ucap kakeknya pelan.

"Opa, aku sudah cukup bahagia. Dengan kalian berada di sini sudah membuat hidupku lengkap" jawab Gavin malas.

"Kau belum pernah jatuh cinta Gavin.." ejek Laurin.

"Sungguh, aku tak mau terjatuh dalam masalah konyol" jawab Gavin.

"Ingat saja ucapanku, saat kau jatuh cinta kau pasti akan bertekuk lutut padanya" Laurin lalu pergi setelah makan dengan tergesa dan mencium kening papanya.

"Mau kemana anak itu?" Tanya Gavin. Masih pagi dan ibunya sudah mau ngelayap saja.

"Dia janji dengan temannya. Entahlah" jawab kakeknya.

"Santai sekali hidupnya. Tanpa beban!" Ejek Gavin.

"Jangan bicara begitu. Kita tahu bagaimana hancurnya dia saat suaminya meninggal" tukas kakeknya.

Gavin agak tersentak, "maaf Opa".

"Sudahlah. Jam berapa ini? Kau akan terlambat!"

"Iya. Aku berangkat dulu"

"Hati-hati!"

***

Gavin masih teringat pertemuan terakhirnya dengan tunangannya di suite room itu.

Gadis itu memang sangat halus tutur katanya. Sikapnya pun lembut. Rasanya dia sempurna seperti gadis dalam lukisan.

Bagaimana tidak, secara fisik dia sangat sempurna, ditambah lagi perangainya juga baik. Kurang apa? Kurang bagaimana? Dia juga sangat polos menambah nilai plus nya. Tapi kenapa pernikahannya harus berakhir bercerai? Bahkan dia masih perawan?!

Apa dia punya penyakit tertentu? Ataukah dia memiliki kelainan tertentu?

Dia tidak seperti sedang sakit jiwa.

Malam itu dia sangat kecewa namun begitu lega. Apa, dua rasa yang bertentangan dia rasakan sekaligus.

Setelah makan malam, di atas ranjang mereka telah sama-sama telanjang tanpa sehelai benangpun. Arion juga telah mencapai puncak karena permainan jemarinya. Giliran dia akan memasukkan benda kebanggaannya itu, Arion menolaknya dengan begitu berat.

Hot Wife (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang