hot 25

31.6K 1.1K 45
                                    

"Jadi, Gavinn.. akan benar-benar.. meninggalkanku?" Ucap Arion lebih tenang. Setelah meminum segelas susu hangat dari tangan suaminya.

Apapun yang dia lakukan atau ucapkan Gavin akan tetap meninggalkannya. Dan dia tak akan membiarkan itu terjadi. Dia sudah terlalu putus asa. Biar orang berkata apapun tentangnya dia tak perduli. Baginya, cintanya pada Gavin mutlak dan sampai mati, tidak ada penawaran.

"Aku tidak meninggalkanmu Arion!" Tegas Gavin keras.

"Gavinn memilih.. perempuan.. itu..?" Lirih Arion sinis. Wajahnya berpaling ke arah lain. Dia berdiri lalu mendekati balkon. Menatap pemandangan langit dari balik pintu kaca.

Hari sudah merangkak siang. Arion masih dalam balutan piyamanya. Masih segar dalam ingatannya bagaimana pria itu menggantikan piyamanya dengan begitu penuh perhatian. Memeluknya semalam penuh dalam tidur. Apalagi menggendongnya bak tuan putri kemarin sore. Oh..kenangan-kenangan itu akan di bawanya mati. Kenangan manis tentang pria yang dia cintai dengan segenap hatinya, seluruh hidupnya. Setidaknya dia sungguh menjadi wanita terberuntung selama beberapa waktu.

"Kau bicara apa?!!" Tukas Gavin.

"Michelle, apakah.. dia juga.. mantan pacar Gavinn?" Arion menunduk. Memperhatikan kaki telanjangnya tersirami sinar matahari dari luar sana. Oh.. cuaca cerah dan biasanya jam segini dia sedang menjemur pakaian. Pakaian-pakaian maskulin suaminya.

"Kau salah paham Arion!" Jawab Gavin terburu.

Arion berbalik dan memunggungi balkon. Menatap suaminya dengan senyum getir. "Apakah dia juga yang menjadi sebab suamiku berubah? Berubah menjadi orang lain?" Arion beranjak menjauhi balkon. Mendekati suaminya dan berhenti tepat sejengkal di dekat pria itu.

"Apa yang kau pikirkan?"

"Kau bukan manusia romantis Gavinn.." suaranya lirih. Memang segitu kekuatan suaranya. "Buket bunga, merayu, kejutan makan malam, dan makanan di dalam kamar. Mustahil kau melakukannya"

Gavin menyipit menatap Arion yang juga menatapnya.

"Sebesar itu pengaruhnya bagimu" Arion menunduk dan memperhatikan ujung sandal ruangan yang dikenakan pria itu. "Kau sangat asing Gavinn... Aku sempat tak mengenalimu waktu itu" kata Arion. Dia mengangkat kembali pandangannya dan menatap pria itu tajam. "Sejak kapan pastinya kalian berselingkuh?" Cecar Arion pelan.

"Aku tidak selingkuh!!" Tukas Gavin tegas. Kedua matanya semakin tajam menatap mata istrinya.

Arion tersenyum sinis. "Well..."

"Aku tidak berselingkuh!!" Teriak Gavin setelah dia mendorong tubuh istri kecilnya, menindihnya di atas dinding. "Jaga mulutmu!!" Desisnya di depan wajah Arion.

Arion merasakan hangat deru nafas pria itu di atas kulit pipinya. Dia juga mampu merasakan himpitan sesak tubuh kekar pria di hadapannya. Kedua tangan besar itu terkepal dan mengunci di kedua sisi tubuhnya dengan gemetar hebat. Punggungnya nyeri akibat tabrakan dengan dinding. Arion menatap mata di depan matanya dengan dingin, tersenyum miring sarkastik. "Lalu apa namanya? Berteman mesra?"

Gavin mencium kasar bibir sarkastik itu. Dia tak pernah mengetahui sisi lain istrinya. Selama ini istrinya sangat baik, patuh, rapuh, selalu tersenyum menyenangkan padanya. Tak pernah berkata kasar apalagi menyindirnya habis-habisan seperti ini.

Terengah Gavin melepas ciumannya begitupun lawannya. Namun gadis itu tak juga merespon ciumannya. Di kedua sisi wajahnya telah kembali meleleh air hangat berasal dari kedua sudut matanya. "Arion.." pria itu menatap padanya getir.

"Sampai detik ini aku masih juga sangat mencintaimu Gavinn... Aku tidak bisa membencimu..." Rintihnya.

"Jangan membenciku Arion... Aku menyayangimu.." pintanya. Gavin merengkuh erat tubuh ringkih itu. "Okay, ayo bicara baik-baik. Jangan membenciku.. kumohon.." bisiknya.

Hot Wife (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang