hot 13

54.3K 1.6K 28
                                    

"Selamat datang mr. Lucero. Rapat akan di mulai 5 menit lagi" sambut sekretaris Gavin di depan pintu kantornya.

Gavin hanya meliriknya sekilas. Kemudian memasuki kantornya lalu keluar lagi dan menuju ruang rapat di lantai yang sama.

Gavin hanya terus mendesah selama rapat. Pikirannya tidak fokus pada ruangan itu. Pikirannya melayang kemana-mana antara istrinya, dokter, dan mertuanya.

Apa yang akan dia katakan pada mertuanya? Bagaimana dia memberikan penjelasan pada mertuanya agar mereka mengerti?

Gavin menghela nafas untuk yang kesekian kalinya.

"Apakah ini menjadi masalah bagi Anda pak Lucero?" Manager yang ingin pensiun itu bertanya padanya. Sedangkan dia hanya melongo. Orang itu berkata apa?

"Ah, maaf?"

Semua peserta rapat beralih menatap Gavin antusias. Baru kali ini selama mereka berinteraksi dengan Gavin, pimpinan mereka tidak fokus dan sibuk melamun sendiri.

"Sepertinya Anda mempunyai masalah yang sulit pak Lucero" kata kepala manager.

"Jadi, apa masalahnya?" Tanya balik Gavin tak mengindahkan perhatian orang tua itu yang terdengar seperti cibiran di telinganya itu.

"Masih ada beberapa laporan yang memang sedang dalam proses. Jika saya menunggunya, ini tak akan selesai" jawab orang tua itu.

"Baik, lalu apa kandidat yang Anda ajukan akan memenuhi kriteria?" Tanya Gavin.

"Anda bisa menilainya sendiri pak Lucero" Gavin mendengar dari sekretarisnya bahwa lelaki itu mengajukan keponakannya untuk menggantikan posisinya.

Mau membuat kerajaan di rumahku? Pikir Gavin. "Baiklah. Saya akan menjajalnya sendiri. Jika memang setangkas Anda mengapa saya harus ribut?" Manager keuangan itu tersenyum puas.

Untung saja Gavin mengetahui seluk beluk kantornya sendiri. Siapa yang menyangka dia bahkan pernah menjadi office boy di perusahaan yang kini dia pimpin itu. Dan tidak ada yang menyadarinya hingga kini.

"Okay, masalah dana pensiun sudah jelas. Anda bahkan lebih hafal dari saya sendiri. Baiklah kalau begitu, selamat menikmati masa pensiun Anda" Gavin berdiri dan meninggalkan ruangan setelah menerima anggukan dari semua peserta rapat.

Gavin menghela nafas. Masalah baru. Lalu siapa yang akan menangani masalah keuangan sekarang? Ponakan lelaki itu? Omong kosong! Dia baru masuk perusahaan saja sudah bikin heboh. Mereka pikir Gavin bisa melupakan ribut-ribut karyawan baru itu beberapa tahun lalu? Ribut masalah percintaan di bawa ke kantor. Sinting orang itu.

Gavin duduk di singgasananya. Setumpuk laporan dia abaikan. Dia bersandar pada kursinya dan pikirannya mengelana jauh.

Arion. Janda perawan kecil itu. Mengapa dia begitu memikat hatinya? Dia memang beberapa kali bertemu dengannya pada pesta perusahaan. Dia tampak rapuh tapi pesonanya begitu kuat. Pandangan sayu matanya begitu lekat jika memperhatikan sinarnya. Suaranya yang mendesah lirih itu begitu membuainya. Gerakan sentuhannya yang lamban itu justru membuatnya terpaku. Semua yang ada padanya membuat Gavin begitu hanyut. Inikah yang dinamakan jatuh cinta?

Gavin menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Tidak pernah dia merasakan perasaan seberat ini. Dia dulu juga sering jatuh cinta, buktinya dia posesif pada pacar-pacarnya. Tapi dia belum pernah jatuh sedalam ini. Yang ini dia tidak bisa mengontrol logikanya. Jika dulu dia selalu bisa mengambil keputusan dengan bijak dan selalu bisa fokus pada dirinya sendiri. Yang ini, logikanya selalu jauh terdorong menghilang. Apalagi jika berada di dekatnya dia selalu kehilangan dirinya sendiri. Saat jauh, pikirannya selalu melayang pada wanita itu.

Hot Wife (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang