hot 37

27.8K 1K 23
                                    

Gavin mengemudikan mobil Arion dalam keheningan. Arion tak berani bersuara sedikitpun. Wajah suaminya begitu gelap tak terbaca. Pandangan matanya kosong. Arion bahkan harus setengah berlari menyusul suaminya meninggalkan lokasi tadi. Gavin sama sekali lupa akan keberadaan istrinya. Dia berjalan dengan dingin tanpa memperdulikan apapun.


Arion mengetahui hal tersebut dari Fay. Arion baru saja keluar rumah untuk menemui Laurin atas permintaan wanita itu. Ketika pulang dan melihat waktu sudah mendekati jam pulang kantor suaminya, dia menghampiri suaminya di kantor bermaksud beromantis ria. Ternyata Gavin tidak ada di tempat dan Fay bilang bahwa sang bos menemui Michelle di hotel tersebut. Kebetulan Lezi melintas, Arion menggaet Lezi ikut dengannya untuk menggerebek suaminya. Dan selanjutnya seperti itulah.

"Gavinnn..." Lirih Arion begitu mereka memasuki rumah.

"No, please, give me some time.." Gavin langsung mengurung dirinya di dalam kamar kerjanya. Tidak keluar bahkan sampai waktu makan malam. Arion yang tak berani mengganggunya hanya berani mengirim pesan namun diabaikan. Gavin bahkan tidak tidur di kamar mereka.

Arion mendesah. Apa yang bisa dia lakukan sekarang? Ini lebih buruk dari melihat pria itu menangis. Ini lebih gelap dari itu.

Semalaman Arion tidak dapat tidur nyenyak. Dia memaksa melupakan kebingungannya sejenak tapi tidak bisa. Dia tetap saja cemas.

Arion menuju dapur saat melihat jam menunjuk pukul 6 a.m. Mungkin suaminya mau sarapan. Dia tidak makan malam semalam, mengingat porsi makan suaminya yang besar pasti sekarang dia kelaparan.

Begitu terkejutnya dia saat melihat suaminya berdiri di dapur memegang wajan di atas kompor.

"Gavinnn..." Lirihnya.

"Pagi.." jawab Gavin parau tanpa menoleh.

Oh, semalam suaminya juga pasti tidak tidur.

Arion mendekati pria itu. Memeluknya mesra dari belakang. "Aku harap.. ini bukan pancake..." Bisiknya.

Gavin tergelak luar biasa. Dia tertawa begitu keras separuh nadanya terdengar terpaksa. "Bukan, ini hanya... Mmm roti panggang yang di goreng?"

Arion mendesah lega. Suaminya telah kembali. "So.. you have came back.."

"Sorry honey, aku,"

"Its oke," Arion semakin erat memeluk suaminya. Dia bertelanjang dada tapi memakai apron. "You want to play like film a.v.?" Lirihnya menggoda.

"Apa?" Akhirnya Gavin menoleh. Melihat ke arah Arion di bawah lengannya yang tersenyum menggemaskan.

Arion kembali begitu terkejut. Astaga, wajah suaminya benar-benar hancur. Seluruh wajahnya membengkak. Kedua matanya pun bengkak hebat, merah bahkan masih basah bulu matanya. Hidungnya merah pula. "So, you crying so bad..." Desah Arion kembali menunduk.

"Iam.. have.."

"Gavinn.. tidak pergi.. ke kantor?"

"Aku tidak bisa. Aku.. aku.."

Arion lalu kembali memeluk suaminya dari punggungnya dengan menempelkan pipinya di punggung pria itu. "Gavinnhhh..." Desahnya.

Entah sengaja atau tidak. Entah desakan gairahnya atau nalurinya sebagai wanita yang ingin menghibur suaminya. Entahlah. Kedua tangan Arion mulai meraba perut sexy itu. Merasakan setiap sentuhannya. Mulai naik ke atas dan bermain-main di atas dada bidang itu. "Mmmhhhhh Gavinnnhhh..."

"Dont do that, i have a work!" Sentak Gavin, terlalu parau, terlalu berat, terlalu mendesah.

"Dont...work..." Balas Arion mendesah lebih panas. Dia sengaja menghembuskan nafas dari mulutnya di sela katanya di atas kulit punggung pria itu. Arion meraba puting pria itu. Mempola lingkaran di sana begitu lama.

Hot Wife (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang