hot 14

51.7K 1.4K 76
                                    

Gavin menggelar beberapa kotak makanan di meja cafetaria kantor. Puluhan, semua pasang mata yang ada di sana memandang ke arah Gavin hampir melongo separuhnya terang-terangan melongo. Pria wanita, karyawan maupun pegawai kantin.

Bagi mereka, seumur hidup baru kali ini mereka melihat sang bos duduk di sana dengan bekal makanan pula. Selama ini yang mereka tahu bosnya selalu makan di luar, restoran kelas kakap atau bahkan tidak keluar makan siang sama sekali-sekitar 2 bulan ini sejak menikah. Yah, mereka tidak tahu saja kalau Gavin selalu di buatkan bekal dan di sematkan dalam tas kerjanya dengan bentuk wadah makanan sesuai dengan bentuk tas kerjanya. Sebenarnya Gavin tak mau makan di depan karyawannya karena apa? Ya karena makannya dia banyak. Jumbo. Dia tak mau turun gengsi di depan anak buahnya. Dan hari ini, anggap saja diskon imej.

"Gavinn.. atmosfirnya.. tidak memungkinkan" keluh Arion ciut.

"Biarkan saja. Kau mau makan atmosfir atau makanan ini?" Ucap Gavin. Dia mulai melahap potongan nasi gulung dua sekaligus. Perutnya sangat lapar setelah dia memenuhi lapar otak mesumnya.

"Gavinn.. semua orang.. melihat ke arah.. kita.." bisik Arion.

Gavin menarik wanita di sampingnya agar duduk lebih rapat dengannya. "Biarkan saja. Mereka memandangimu karena kau sangat cantik" bisik Gavin di telinga istrinya.

"Jangan begitu.." Arion menjauhkan mulut pria itu dari telinganya. Suaminya melahap tumis seafood dengan bersemangat. Arion menelan ludahnya melihat betapa Gavin, rakus atau kelaparan? Dia menggeleng pelan.

Gavin memakan seluruh menu makan siangnya. Tumis seafood, nasi gulung, sushi, chiken katsu, lalu menghabiskan salad buah dan takoyaki bersamaan pula. "Hari ini musim jepang?" Komentar Gavin sambil mengelap mulutnya. Meneguk jus jambu separuh dan jus alpukat seluruhnya. Tidak lupa menyemil potongan buah mangga.

"Hebat! Setelah ini.. karyawanmu akan menggunjingkanmu.. bahwa bos mereka.. ternyata adalah.. manusia pemamahbiak" puji Arion penuh bahagia. Suaminya menikmati masakannya. Tidak percuma dia memasak susah-susah dan menunda cuci baju. Arion tersenyum memandang pria itu.

"Biarkan saja, yang penting mereka kerja benar" jawab Gavin. Dia mengambil nafas besar dan menghembuskannya perlahan. Puas banget.

"Gavinn, aku ingin bicara,"

"Aku juga!" Sahut Gavin. "Aku duluan!"

Arion melotot tak percaya. Dimana sikap suaminya yang gentleman itu?

"Pulanglah dan istirahat. Nanti ayo mengunjungi dokter kandungan untuk menjadwalkan curret itu sepulang dari kantor" ucap Gavin cepat, tegas, dan lugas.

Arion membelalak tak percaya. Dia tak percaya pada apa yang dikatakan suaminya barusan. "Gavinn?"

"Sudahlah. To the point saja. Semakin mengulurnya akan semakin sakit. Lebih cepat lebih baik dan semuanya cepat selesai"

"Tidak semudah itu Gavinn.." air mata Arion mulai menggenang. Suaranya bergetar karena dia menahan tangisnya.

"Tentu saja tidak mudah. Tidak ada yang mudah di dunia ini sayang.." lirih Gavin di kalimat terakhirnya.

"Gavinn.."

Gavin menarik lengan istrinya. "Kau juga tahu benar, tidak mudah bagiku mengambil keputusan ini. Kau pikir aku tidak sakit saat mengatakan ini?!!" Desisnya tajam.

Arion menarik kembali lengannya dengan kasar. "Kau kejam!!" Balas Arion dingin sambil membuang muka. Tak sanggup dia melihat air muka dingin suaminya.

"Terserah!" Jawab Gavin singkat. "Apa yang kau ingin katakan tadi?"

Sebenarnya Arion ingin kembali menawar keputusan Gavin. Mungkin saja ada pengobatan lebih hebat di luar negeri, jika uang bukan masalah bagi suaminya. Tapi dia mengurungkan niatnya, menelan harapannya. Pria itu tetap kukuh pada keputusannya.

Hot Wife (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang