hot 3

154K 3.6K 190
                                    

Gavin tak memberi kabar siapapun sampai h-3. Dia juga tak membiarkan Arion turun dari ranjangnya kecuali kebutuhan toilet itupun dalam pandangannya. Gavin bahkan disisinya selama 24 jam/harinya kecuali saat dia mandi. Dia bahkan memenuhi kebutuhan pribadinya di minimarket sekitar kawasan rumah sakit saat gadis itu tertidur.

Ibunya sudah memakinya namun percuma. Keluarga gadis itupun tak menyerah menanyakan kabar anak semata wayangnya.

"Aku tak akan melepasmu sebelum kau menerangkan kau ini apa? Atau siapa?" Kata Gavin.

"Untuk apa Gavinn..?" Selalu desahan samar itu, yang membuat otak Gavin kembali menggambar gadis itu dibenaknya. Sial!!

"Untuk menyiksaku?.. Sama seperti,.." gadis itu terdiam. Berhasil. Gavin telah berhasil menembus pertahanannya. Menyekapnya beberapa hari dengan perhatian ekstra ternyata mampu menembus dinding dinginnya.

Gavin tetap tak bergerak. Dia duduk diam di kursi dekat ranjang pesakitan dengan melipat kedua tangannya seolah tak perduli dengan ucapan gadis itu. Namun telinganya terpasang lekat.

Gadis itu menunduk dan menangis tertahan tapi Gavin tak mau menenangkannya. Meskipun setengah mati dia menahannya. Pria mana yang sanggup melihat gadis menangis? Tapi dia harus bertahan, demi sebuah kejelasan. Dia tak mampu terlarut seperti ini begitu lama.

"..hikss.. hikss.. kau melakukan... Hal yang... Sama.. dengannya.. hikss..." Gadis itu masih menangis dan Gavin masih tak perduli. "Kalian.. sama saja.. hikss.. hiksss.." Dan gadis itu masih tersedu meremas hati Gavin. Tapi dia harus bertahan.

..hiks.." baiklah.. apa bedanya... sekarang.. atau.. nanti.." gadis itu mencoba berhenti menangis. "Dia juga memenjaraku seperti ini.." ..hiksss.. meskipun masih tersisa jejak tangisnya. "Dia terus bermain wanita.. di depanku.. di belakangku.. di manapun.. dan memandangku jauh lebih menjijikan dari pada yang dia perbuat sendiri.."

"Dia tak pernah berhenti menelanjangiku dengan kata-katanya.. dia tidak menginginkanku.. aku bisa menerima keputusannya.. Dia terus memakiku aku masih diam saja.. Dia merendahkan ibuku aku tetap mendiamkannya.. Dia merendahkan semua orang yang berhubungan denganku,.. apa yang bisa ku lakukan?.. Sampai dia membuat rencana tidak masuk akal tentang kantor papa.. Aku tak bisa menerimanya,.. aku meminta perceraian.. Dia tak mau,.. saat aku bertanya alasannya dan saat itulah awalnya, hingga aku bisa keluar dari rumah itu.."

Sekian.

Cerita yang sangat mengesankan. Menguras air mata dan perasaan.

Gavin tetap melipat kedua tangannya. Acuh.

Arion menatapnya berkaca-kaca. Dia tak mengerti kenapa Gavin tak mengerti.

"Kau bercerita sangat mengesankan. Aku bahkan menahan air mataku mati-matian" Arion menangkap lelucon pada ucapan Gavin. Dan memang demikian. "Kau bertanya aku kenapa? Aku juga bertanya, kenapa kau bercerita dan menyensor bagian terpentingnya. Ceritamu tidak jelas, tak ada gambaran. Aku tak tahu kau mengoceh apa?"

"Dia bercinta dengan pelacur di setiap sudut rumah.."

"Lalu?"

"Dia sama sekali tidak pernah menginginkan pernikahan itu.."

"Ya,"

"Dia selalu mengucapkan hal menjijikan"

"Kemudian..?"

"Ibuku," Arion menutup mulutnya dengan kedua tangannya rapat-rapat lalu berpaling.

"Inilah!!" Intonasi Gavin meninggi. Dia berdiri gusar dan memunggungi gadis itu. "Selalu begitu! Terpotong tepat di bagian penting. Sama!" Gavin menatap lekat gadis itu. Mencondongkan badannya bertumpu pada kedua tangannya yang meremas sprei ranjang pesakitan itu. "Sama seperti sesaat sebelum aku memasukkan tubuhku pada tubuhmu untuk menuntaskan hasratku!!" Pekik Gavin. Tepat di depan muka Arion. Membuatnya terbelalak. "Teruskan saja begitu" tambahnya lirih.

Hot Wife (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang