Tamat, lalu apa? Nyatanya hidup tidak seindah cerita Sinderella yang berakhir dengan pernikahan bahagia. Bagaimana setelah menikah?
Pesta pernikahan yang sangat melelahkan. Membuatku kapok menikah lagi, aku berjanji ini terakhir kali aku menikah. Yakin, aku tak mau menikah lagi. Capek!!
Harusnya malam pertama adalah malam yang paling di tunggu, bikin deg-degkan, dan mhh.. yah.. begitulah. Meskipun ini bukan yang pertama kali, tapi baginya ini adalah yang pertama kali. Dan aku tak sabar. Ya mestinya begitu. Tapi apa yang terjadi? Sungguh di luar dugaanku selama ini.
Aku telah bersiap, sengaja mandi air dingin. Kamar hotel paling suite room, di puncak gedung. Aku memesannya susah payah dan hampir memecat pegawainya walau tidak ikut menjadi bosnya, pokoknya hampir murka. Pasalnya aku memesan kamar itu H-1 dan kamar itu telah di booking orang, untung saja orang itu membatalkannya tepat sebelum aku mengamuk membabi buta. Merasa lega dan merasa Tuhan memihaku.
Aku selesai mandi dan duduk manis di ranjang menunggu gadis itu selesai mandi dengan sabar. Astaga pikiranku sudah ke mana-mana membayangkan dirinya meliuk-liuk di bawah tubuhku. Oh tidak, wajahku mulai memanas sampai ke telinga rasanya. Aku merasa deg-degkan sungguhan. Aku seperti anak SMU yang sedang kasmaran dan sepertinya ini yang pertama buatku juga. Aku sangat menantikannya dengan sabar.
Aku sempat terlonjak saat anak itu keluar dari pintu kamar mandi. Aku begitu terpana saat melihatnya hanya terlilit handuk sebatas dada sampai separuh pahanya. Percayalah jantungku berdetak sangat keras.
Arion tersenyum ke arahku di pintu kamar mandi. Jika aku tidak mengatupkan mulutku, jantungku pasti sudah melompat dan tergelepar di lantai seperti ikan laut yang terdampar.
"..Gavinn..bisa minta tolong?.." ucapnya begitu lembut terdengar. Entah ini hanya fantasiku atau sengaja dia membuat suaranya begitu.
Tentu saja aku mengangguk dan beranjak ke arahnya tanpa curiga seperti anjing yang patuh pada majikannya.
"..tolong ambilkan pembalut di tas kecilku di atas meja itu.. Aku baru saja mendapatkan menstruasiku.." ucapnya sangat polos.
Aku sudah sampai di meja yang dia maksud dan aku terdiam membeku. Aku tak tahu harus apa. Mendadak otak ku terlonjak seperti tersambar petir yang datangnya tanpa tanda-tanda.
"..Gavinn..cepatlah..perutku mulai nyeri dan punggungku mulai saikit.." keluhnya memelas.
Aku tak sanggup untuk marah apalagi kecewa. Wajahnya begitu tersiksa. Aku menuruti semua perintahnya.
Dan malam pertama ku lalui dengan begitu berat.
Mengelus-elus punggungnya dan sesekali menyeka keringat dingin di keningnya. Dia meringkuk melipat tubuhnya memeluk perutnya dan merintih kesakitan.
Pukul 2 dini hari, gairah yang tadi telah membeku sekarang kembali meronta-ronta. Setelah memastikan anak itu benar-benar terlelap, aku melucuti semua kain yang melilit tubuhku. Berjalan gontai ke arah balkon.
Air dingin dalam kolam renang ku selami untuk menenangkan gairah yang mulai tak terbendung. Mungkin aku harus bersabar untuk sesuatu yang, yah mungkin lebih hebat. Hahaaa sekedar menghibur diri saja.
***
2 minggu telah berlalu.
Jam digital di laptop menggambar angka 4 sore lebih sedikit. Aku masih harus bergelut dengan setumpuk berkas.
Ya, aku sudah mulai normal bekerja 5 hari setelah pernikahan itu. Honey moon? Jangan konyol, tahu yang terjadi malam pertama? Aku sudah lama membuang angan-angan honey moon sialan itu. Marah dan kecewa? Tentu saja! Tapi kecewa pada menstruasi perempuan? Itu sangat konyol kan? Jadi aku berlagak biasa saja di rumah. Tapi mungkin tentu saja dia menyadarinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Wife (END)
Roman d'amourDia masih sangat muda dan menerima perjodohan konyol ini dengan senyuman. Gavin dalam kondisi finansial yang baik, dia juga sehat secara jasmani dan rohani. Tapi kenapa dia masih betah melajang? Berbagai kalangan wanita banyak yang menginginkannya...