hot extra

63.6K 1.4K 90
                                    

~flash back on

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~flash back on

Saat itu, setelah Gavin menghubungi Arion seorang anak kecil menarik tangannya. Dengan wajah hampir menangis dia memohon pada Gavin agar mengantarnya ke toilet.

Di sisi lain Gavin dilema. Dia sudah melakukan boarding pass. Dia hanya menepi untuk menelpon istrinya di balik punggung petugas. Akhirnya dia tak tega dan mengantar bocah itu.

Dalam hati Gavin menggerutu. Di mana orang tua bocah kampret ini?!! Anak lelaki kecil itu kira-kira baru berumur 3 tahun, orang tuanya malah melepasnya bagai macan di tengah hutan. Untung saja dia berbaik hati, meski telah melakukan boarding pass dia masih mau mengantarnya pipis. Jika kembali nanti dia akan mendamprat orang tuanya. Lihat saja!

Untung saja anak itu juga berani meminta tolong padanya, kalau tidak, orang tuanya pasti malu karena anak itu akan pipis di lantai bandara.

Ternyata anak kecil itu pipis terlalu lama. Gavin sampai menggedor pintu toilet, alhasil anak kecil itu menangis. Dasar Gavin!!

Gavin menenangkannya, setelah reda dia melepasnya karena anak kecil itu berlari memanggil orang tuanya. Tanpa curiga Gavin kembali ke jalur pemberangkatan, naas pesawatnya telah lepas landas.

Dengan tangan mengepal dan otak yang hampir meledak dia menelan air liurnya seperti menelan gunung. Dia segera menghampiri front liner dan menanyakan pemberangkatan tujuannya yang tercepat, naas dua kali. Kursi yang tersedia ada 3 hari lagi.

Dia membalik badannya dengan gusar. Tak sengaja menabrak petugas keamanan bandara. Ponsel dalam genggamannya terjatuh dan tak sengaja terinjak sepatu boot sang petugas. Oh celaka 12!!!

Gavin benar-benar ingin meledak sekarang.

Semua barangnya sudah terbang bersama pesawat sialan itu. Yang tersisa hanya dokumen identitas, dokumen penting bisnisnya berikut laptop, dan ponsel hancur itu.

Dengan langkah emosi dia keluar bandara dan hendak memboking hotel. Dia ingin memaki di ruangan kedap suara saat ini.

Sampai di hotel dia berenang untuk menenangkan diri. Setelah ia makan malam, ia mendengar pesawat yang membawa jati dirinya telah terbakar.

Gavin melongo kaget. Dadanya terasa ngilu namun di sudut hatinya dia merasa lega. Dia menelusuri dengan menghubungi kantor maskapai.

Pesawat yang ia tumpangi mengalami masalah mesin dan mengakibatkan terbakarnya di udara.

Gavin masih syok dengan berita itu.

Besoknya dia mencari tiket pulang secepatnya, namun tujuan negaranya dibekukan sementara dalam waktu yang tak dapat ditentukan.

Gavin menunggu dengan gelisah. Dia tak dapat menghubungi siapapun. Ponselnya rusak, dia tak bisa mendapatkan servis ponselnya karena ini bukan wilayah teritori perusahaan ponsel tersebut.

Sungguh sial yang manis. Kemalangan yang beruntung.

Gavin mondar-mandir antara bandara dan servis ponsel. Akhirnya setelah mendapatkan tiket secara online dia membeli ponsel baru bersama data baru.

Hot Wife (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang