"Arion.."
"Hmm?" Arion sibuk menata bekal makan siang suaminya kedalam kotak makan.
Kini sebulan telah berlalu sejak mereka menggoyang mobil Gavin di pelataran parkir sebuah hotel mewah. Hubungan mereka membaik, kegiatan malam mereka rutin bergulir empat kali seminggu, komunikasi lancar dan saling menghormati satu sama lain. Mereka selalu berhati-hati dalam berbicara. Tapi dari sana terasa makin ada yang janggal. Mereka saling menjaga perasaan masing-masing dan justru itu terasa semakin kaku. Entahlah.
Arion tetap tak menoleh saat suaminya menunggunya menoleh.
"Kenapa kau semalam menangis? Masih mimpi buruk? Atau sakit kepalamu masih kambuh?"
"Mhh.. ahh.. itu, iya, aku.. mmm.. mimpi buruk" jawab Arion sedikit kaku.
"Apa itu?"
"Mmm.. ya.. aku.. masih kecil, kupikir.. mama lupa ulang tahunku.." Arion terkekeh pelan.
"Oh ya?" Gavin menyipitkan pandangannya.
Arion menoleh pada suaminya, menatap matanya dan tersenyum. "Apalagi?" Oh, setelah ini Arion akan mendaftarkan dirinya untuk bermain sebuah film. Karena apa? Iya, dia sekarang sangat lihai berdusta.
Mana mungkin Arion menangis semalam dengan begitu pedihnya hanya karena mimpi masa kecilnya. Dia tak mau suaminya tahu.
"Hanya begitu saja kau menangis.." dengus Gavin. "Yah, anak-anak memang terkadang menangisi hal kecil.." ucapnya tanpa mendapat respon.
"Cepat, atau tuan CEO.. akan terlambat.. hmm?" Arion memasukkan bekal itu pada tas kerja suaminya. Membawanya sampai pintu dengan mengekori suaminya. Lalu mereka berpelukan dan berciuman mesra.
"Bye sayang.. hati-hati di rumah. Just call me if something happened to you" peringat Gavin.
Arion mengangguk dengan senyuman kemudian melambaikan tangannya.
Semua kegiatannya telah kembali normal. Dia membereskan rumah, mencuci baju dan menyetrika, memasak, namun ada tambahan lain. Sekarang dia menambahkan kegiatan sekedar minum teh di caffe. Kata Gavin agar tidak bosan di rumah. Hihihiii.. terkadang suaminya lucu. Mana bosan di rumah jika pekerjaan segudang gini?
Arion kembali memeriksa ponselnya ketika selesai dengan cuciannya dan mengetahui ponselnya berkedip. Dia menerima panggilan atas nomor tak bernama. Itu tandanya dia tak tahu siapa orang itu.
"Halo?!!"
*"Bagi suamimu, dan kalian akan baik-baik saja..."* Suara itu terdengar seperti seorang wanita. Namun terlalu serak dan parau. Arion tidak pernah mendengar suara ini.
"Siapa.. dirimu sebenarnya?.."
Wanita itu tertawa nyaring. *"Kau akan menyesal!!"* Ancamnya. Lalu memutus sambungan telpon.
Gila!! Pasti salah sambung!! Pikir Arion.
Arion telah siap dengan dress pendeknya. Dia akan keluar membeli beberapa hal lalu mampir ke caffe sebentar. Dia tersenyum meraih pintu keluar.
"Hai manis..!!"
***
"Ya kan, Gavin?"
"Apa sih maksudmu?!!" Gavin mengernyitkan dahinya.
"Sudahlah. Mungkin pernikahan kalian terlalu berat. Apa salahnya, ya kan?"
"Sinting kau!!" Gavin masih juga berdebat dengan Michelle. Dia juga masih berkutat dengan pekerjaannya. Dia menaruh heran pada temannya itu, apa nggak ada kerjaan. Sering sekali nongkrong di kantornya. Apa dia pikir kantornya caffe?!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Wife (END)
RomanceDia masih sangat muda dan menerima perjodohan konyol ini dengan senyuman. Gavin dalam kondisi finansial yang baik, dia juga sehat secara jasmani dan rohani. Tapi kenapa dia masih betah melajang? Berbagai kalangan wanita banyak yang menginginkannya...