Chapter 16 ~ Hi Bitch!

364 17 0
                                    

Happy Reading!❤️
------

Okay, Javier Austin. Kau ingin maafku? Coba saja ambil dan rebut dariku!
______

Kelima teman Ayesha yang sedang bersamanya, kompak menggeleng. Mereka seakan takjub dengan keberanian Ayesha yang berniat mempermainkan seorang Javier Austin. Dilihat dari tatapan serta nada bicaranya, tekad Ayesha  tampak sudah sangat bulat.

"Hei, jangan terlalu yakin. Kau tidak sadar lawanmu itu siapa?" tanya Julie.

"Julie benar. Jangan sembarang memainkan orang. Apalagi selevel Jav. Kau ceroboh sedikit saja, yang ada malah kau yang masuk perangkapnya." sambung Alice memperingatkan.

"Iya. Dan sekarang kau sangat membencinya, kan? Itu salah satu tanda kau perlahan mulai masuk perangkap laki-laki. Jadi, jangan coba-coba, Ayesha!" tambah Stephanie.

Ayesha membisu seolah-olah memikirkan sesuatu.

Benarkah? Aku sudah masuk perangkapnya? Tapi, saat ini yang aku inginkan hanya ingin memberinya pelajaran. Aku tidak mau jadi bahan candaannya lagi. Benarkah hanya karena begitu saja bisa berbahaya?

"Oke, aku akan memikirkannya lagi," ucap Ayesha sambil tersenyum paksa.

Benar. Semua kalimat yang temannya bilang itu memang benar. Ayesha mulai memikirkan kembali niatannya apakah sudah benar atau belum? Apakah baik untuknya atau tidak? Ataukah ini hanya perasaan emosi sesaat saja?

Di satu sisi, Ayesha tidak ingin seperti yang Alice bicarakan. Namun di sisi lain, Ayesha ingin sekali memberi Jav pelajaran karena sudah memainkan dirinya seenaknya. Tapi, ia juga tidak ingin termakan omongan sendiri.

Ayesha jadi bingung sekarang.

"Baguslah. Lebih baik kau pikirkan kembali niatmu itu. Jangan sampai kau menghancurkan reputasimu dengan tingkahmu sendiri." sahut Mia.

"Jika begitu, kenapa kalian semua tepuk tangan tadi? Dan kau Steph, kenapa mengacungkan jempol padaku?!" cibir Ayesha.

Kelima temannya tertawa bersamaan.

Jujur saja, Ayesha memang harus selalu diberi perhatian dan beberapa nasihat-nasihat kecil. Mengingat bahwa dirinya lah yang mempunyai sifat keras kepala paling tinggi dibanding temannya yang lain. Jika tidak begitu, maka ia akan dengan mudahnya bersikap gegabah dalam menghadapi siapa saja yang mengganggunya. Tidak terkecuali pada Javier Austin.

"Sudah tidak usah dibahas lagi. Lebih baik kalian cepat habiskan makanan masing-masing!" sahut Alice.

Mereka mengangguk dan langsung melanjutkan makannya.

****

"Jav, kau di mana? Kau bisa menjemputku?" suara wanita terdengar dari seberang telepon.

"Tidak. Untuk apa aku menjemputmu? Kedua tangan dan kakimu masih lengkap, kan?" sahut Jav dingin. Dia malas meladeni wanita yang sedang berbicara dengannya saat ini.

"Kau ingin menjemputku atau kuadukan pada orangtuamu bahwa kau menolak menjemputku?" balas wanita itu menantang Jav.

"Silakan saja, kau kira aku peduli?!" ketus Jav. Ia memutuskan panggilannya setelah itu menonaktifkan ponselnya.

"Shit! Ini gawat." Umpat Jav.

Mengetahui panggilannya tiba-tiba terputus, wanita itu langsung berdecak kesal sekaligus menyumpahi Jav.

"Fuck! Beraninya dia memutus panggilanku!" wanita itu mengumpat seraya mengepalkan tangannya.

****

If I Know HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang