Happy Reading!❤️
------Jav kelihatan serius. Sorot matanya tidak dapat membohongi siapapun yang melihatnya. Ada kilatan seperti memohon tersirat di matanya. Jav benar-benar tulus berusaha mendapatkan maaf dari Ayesha.
Ayesha belum menjawab pertanyaan Jav.
Temannya masih memperhatikan keduanya. Layaknya Jav, mereka juga menunggu Ayesha bersuara untuk menjawab pertanyaan Jav itu, dan menjelaskan pada mereka apa yang terjadi.
"Kau tidak mau menjawabnya?" Grace mulai bertanya. Ayesha masih diam.
Jav dan kelima teman Ayesha sangat tidak sabar.
Hingga tak lama kemudian.
"Baiklah, kalau begitu kau tidak harus menjawabnya sekarang." ucap Jav mengalah. Ia seperti dapat menebak isi kepala Ayesha.
Ayesha tersenyum seolah dipaksakan.
Jav tersenyum dan menarik hidung Ayesha. "Beritahu aku jika kau sudah siap memberiku jawabannya," sambung Jav, kemudian dia pergi meninggalkan mereka semua.
Ayesha memegangi hidungnya yang memerah akibat ditarik Jav.
Sekali lagi, Grace, Stephanie, Alice, Mia, dan Julie tercengang melihat kedekatan mereka.
Melihat Jav yang telah menjauh, membuat Ayesha menghela napas panjang. Saat berdekatan dengan Jav, Ayesha seolah tengah berada di luar angkasa yang tidak cukup banyak mendapat oksigen.
Ayesha menatap tajam punggung Jav.
Awas kau Jav! batinnya.
****
Setelah menghadapi Ayesha bersama temannya, Jav mengambil langkah menuju perpustakaan. Ketika dirinya berjalan menuju perpustakaan, Jav tak kuasa menahan senyumnya. Ia teringat bagaimana wajah-wajah lucu wanita itu menatapnya saat bersama Ayesha tadi.
Di perpustakaan telah ada Elliot dan Axel yang menunggunya. Sebelumnya, mereka menghubunginya lebih dulu untuk memintanya membantu mengerjakan tugas yang diberikan dosen. Jav langsung bergabung bersama mereka begitu dirinya tiba.
Jav duduk sambil senyum-senyum sendiri. Sesekali ia tiba-tiba tertawa, padahal tidak ada yang lucu.
Elliot dan Axel saling bertatapan dengan tampang bodohnya. Kemudian menoleh melihat temannya itu.
"Dia kenapa?" tanya Axel pada Elliot sambil berbisik. Elliot menatap aneh Jav, lalu menggeleng pelan.
Jav masih senyum-senyum sendiri.
"Kurasa dia kehabisan obat," bisik Elliot. Axel terbelalak.
"What?! Obat apa? Sejak kapan dia sakit?" balas Axel ikut berbisik. Elliot menjitak kepala temannya. Astaga, bisa bisanya Axel mendadak kelewat polos seperti ini.
"Bukan begitu, bodoh! Kau terlalu banyak main game jadinya otakmu error begini." seru Elliot tajam.
"Bukan? Lalu apa?" sambung Axel lagi. Elliot memijit pelipisnya.
"Sudah lupakan! Sekarang lihatlah temanmu. Tiba-tiba tertawa seperti orang gangguan jiwa." ucap Elliot memperhatikan Jav.
"Kau benar. Untung saja dia tampan," tambah Axel. Elliot terkekeh.
Lalu mata Elliot menyipit seolah ingin menyelidiki lebih lanjut apa yang terjadi pada temannya.
"Kira-kira kali ini ada apa lagi," ucap Elliot menebak-nebak. Kemudian dia menopang dagunya dengan tangan. Axel ikut menyipitkan matanya ke arah Jav.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Know Him
Romance[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ini adalah kisah yang terinspirasi dari sebuah kepercayaan yang berbunyi 'ucapan adalah doa'. Seperti yang seorang gadis cantik, pintar, pemberani namun mudah insecure alami bernama Ayesha Carlotta Parveen. Bermula dari tiga...