Happy Reading!❤️
------Ethan terkekeh mendengar Jav mengumpat padanya.
“So, bisa kau terangkan situasi apa ini?” usut Ethan.
“Apa kita saling kenal?” sinis Jav.
Terjebak di dalam mood yang terlanjur hancur, Jav tidak tertarik memberi tanggapan panjang lebar padanya. Dengan pandangan yang hanya tertuju pada kegiatan mengeluarkan alat belajar dari dalam tas, sepertinya memberi respon seadanya begitu saja sudah cukup.
Karena dihalangi tubuh besar Ethan, Jav memundurkan posisi duduknya untuk menemukan lawan bicara. “Ayesha, kita harus bicara setelah ini,” ucap Jav, dia mengajak Ayesha bicara yang dibatasi tubuh Ethan.
Senyap. Yang Jav ajak bicara tidak bersuara apapun. Bagaimana tidak? Gadis yang akan Jav ajak bicara itu masih menyumpal telinganya dengan benda kecil bertali yang familiar disebut headset.
“Hei... Ayesha!” panggil Jav setengah berbisik.
Masih senyap. Ayesha masih sama, dia terus menulis. Tidak jelas apa yang tengah diciptakan gadis itu di kertas bagian belakang binder file-nya.
Tampak belum niat menyerah, Jav usaha lagi. Dengan tangan yang membentuk terowongan, Jav menutupi sisi mulutnya. Dia pun mencoba memanggil gadis itu kembali.
“Wooyyyy!” tanpa sadar, ungkapan dari film Indonesia yang Jav pernah tonton, langsung keluar.
Tetap senyap. Namun tidak sama seperti sebelumnya, pada percobaannya kali ini Ayesha menoleh. Tapi hanya sekedar menoleh tidak peduli.
Gadis sialan! Geram Jav di dalam hatinya.
Jav terus berusaha membuat perhatian Ayesha tertuju untuknya. Padahal, kelas baru saja dimulai. Dan ada dosen yang mengisi materi di depan. Dengan santainya, Jav tidak terganggu bahkan tidak takut sekalipun. Dia mengesampingkan itu, hanya demi didapatkannya perhatian seorang gadis. Oh Jav sungguh budak! Budak cinta!
Beberapa saat kemudian...
Tukkk!!!
Ayesha menerima timpukan di kepalanya. Sebuah remukan bola kertas mendarat tepat di sana. Entah dari mana datangnya, bola kertas itu berhasil mengalihkan fokusnya.
Ayesha mengusap kepala, lalu mengambil bola kertas tersebut.
Dibentangkannya kertas itu. Dari yang berbentuk remukan bola, menjadi bentuk kertas kusut biasa.
LOOK AT ME, MY QUEEN!!
Pelipis Ayesha berkerut selepas membaca tulisan yang tertera di bola kertas. Tanpa perlu pusing-pusing mencari perbuatan siapa itu, Ayesha langsung tahu. Dia tahu siapa yang melempar padanya, dia tahu siapa satu-satunya orang yang berani memancing masalah dengannya. Bak sudah hafal di luar kepala, Ayesha mencopot headset, kemudian menyimpannya. Dia menengok pada Jav.
“Sepertinya kau sudah bosan hidup,” sahut Ayesha sembari memundurkan tubuhnya juga.
“Dan sepertinya kau tuli.” tukas Jav.
Ayesha seketika terkejut. WHAT?! Tuli katanya? Jelas-jelas tadi dia sedang menggunakan headset. Gimana bisa tahu kalau ada yang memanggil? Di mana letak kata tuli nya? Stupid!
Setelah dibilang tuli, Ayesha lantas terkekeh sinis. Dia berpaling sekilas, kemudian menatap Jav lagi.
“Oh thank's! Jika aku tuli, maka kau buta.”
“BUTA?! Kalau aku buta, mana bisa aku melihatmu yang sebesar ini,”
“Kalau aku buta, kau tidak aku panggil-panggil. Kalau aku buta, kau tidak aku hampiri. Kalau aku buta, kau tidak akan ingin aku ajak bicara setelah ini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Know Him
Romance[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ini adalah kisah yang terinspirasi dari sebuah kepercayaan yang berbunyi 'ucapan adalah doa'. Seperti yang seorang gadis cantik, pintar, pemberani namun mudah insecure alami bernama Ayesha Carlotta Parveen. Bermula dari tiga...