Tiga belas

235K 17.8K 1K
                                    

Sorenya Kinar terbangun dari tidur siangnya, Kinar mengusap wajahnya. Lalu segera mengambil air wudhu dan shalat asar. Tadi setelah berberes-beres rumah dia tertidur padahal dia hanya membantu sedikit, karena kebanyakan di lakukan oleh para maid.

Setelahnya Kinar keluar dari kamarnya dan mendapati suasana rumah yang sepi. Sepertinya Arka belum pulang , jadi Kinar berniat menyiapkan makanan untuk nanti malam.

Kinar mulai mengambil bahan-bahan yang akan di gunakan untuk memasak makanan. Rencananya Kinar akan memasak sayur asem, dan ayam goreng.

Para maid Kinar suruh untuk tidak ikut membantu, karena Kinar ingin membuat makanan sendiri khusus untuk suaminya. Kinar mulai mencuci sayuran yang akan di masukkan ke dalam sayur asem.

Satu jam kemudian semuanya sudah siap di meja makan tinggal menunggu Arka pulang saja.

Kinar sangat gelisah menunggu Arka, sampai larut malam begini Arka belum saja pulang.

“Arka kemana sih!” gumam Kinar.
Tatapan Kinar beralih pada jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 23.00. Kinar terduduk lesu di sofa ruang tengah.

Kinar sedari tadi terus menguap bahkan dia belum makan malam, Kinar masih menunggu Arka hingga akhirnya kelopak matanya semakin menyipit, tiba-tiba ponselnya berbunyi dan tertera nama Arka di sana.

Arka is calling….

“Hallo, kamu di mana?” ucap Kinar.

“Hallo, maaf ya Kinar ini aku Arinda!” ucap seseorang di sebrang sana.

Kinar mengerutkan dahinya.

“Eh, iya mbak! Kenapa?” tanya Kinar.

“Emmm gini Nar, Aku lupa ngabarin kalau Arka pulang ke rumah aku, maaf ya aku baru ngasih tau tadi kelupaan,” Kinar menghela nafasnya.

“Iya Mbak, nggak apa-apa!”ucap Kinar.

“Sekali lagi maaf ya Nar!” ucap Arinda di sebrang sana.

“Iya mbak, nggak apa-apa kok!”

Tut tut tut…

Kinar menghela nafas, ternyata begini rasanya jadi istri kedua. Kinar menatap makanan yang tadi ia masak, dia yakin jika makanan tersebut sekarang sudah di pastikan dingin.


🌸🌸🌸


Tak terasa sudah tiga hari Kinar tinggal di rumah mewah tersebut dan tiga hari itu Arka tak pernah pulang ke rumah karena dia pulang ke rumah istri pertamanya.

Sekarang Kinar sudah mulai bekerja lagi, bukannya ia gila kerja dia bahkan ingin sekali cuti berbulan-bulan lalu pergi berbulan madu seperti pasangan lain pada umumnya hanya saja Arka tak pernah mengajaknya lagi pula laki-laki itu tak pernah pulang ke rumahnya.

Ternyata gosip tentang dirinya yang menikah dengan Arka sudah tersebar, sepanjang perjalanan menuju ruangannya Kinar mendengar banyak sekali gosip-gosip miring mengenai dirinya yang menikah dengan seorang pengusaha kaya yang sudah mempunyai istri.

Bahkan ada yang secara terang-terangan menghina Kinar dengan mengatakan bahwa Kinar adalah seorang pelakor, namun Kinar tak mengubrisnya dia tetap berjalan santai meski hatinya ingin menangis.

“Selamat pagi dokter!” sapa Mitha dengan senyum dan dibalas oleh Kinar.

“Bagaimana dengan hari-hari anda menjadi seorang istri baru?” tanyanya dengan nada menggoda.

“Nggak gimana-gimana kok!” kinar tersenyum tipis.

“Dokter hari ini jadwal ceck up buat nyonya Arinda,” ucap Mitha.

Kinar menepuk jidatnya, “Oh ya, untung kamu ingetin.”

“Jam berapa?” tanya Kinar.

“Jam 11 Nar.”

“Makasih ya udah ngingetin.” Kinar tersenyum manis.

“Itulah gunanya aku, kalau gitu aku mau nganterin obat buat pasien dulu ya!”

Setelah pukul 11 terdengar ketukan pintu di ruangannya, Kinar membukakan pintu dan ternyata Arinda, nafas Kinar tercekat melihat ada Arka di samping Arinda dengan memeluk pinggang Arinda dengan Possessive. Kinar menggeleng pelan, sadarlah kau hanya istri kedua di sini ucap Kinar di dalam hatinya.

Kinar tersenyum berjalan perlahan menuju sofa yang sudah di duduki oleh mereka.

“Kinar!” panggil Arinda tersenyum manis sembari merentangkan kedua tangannya.

Kinar mendekatinya kemudian Arinda memeluknya. Kinar tersenyum menerima sambutan hangat dari istri pertama suaminya.

“Kinar, maaf ya tiga mala mini Arka enggak pulang ke rumah kamu soalnya Keano lagi sakit terus aku udah coba buat suruh dia pulang tapi dianya enggak mau,” ucap Arinda.

“Maaf ya, maaf banget Nar!” sesal Arinda.

“Enggak apa-apa kok, lagian juga Keano kan lagi sakit emang sudah seharusnya Arka di sana.”

Arka sedari tadi hanya menatap interaksi mereka dengan tatapan datar.

“Emmm, bisa kita mulai periksanya?” ucap Kinar mengalihkan.

Arinda mengangguk.

Sekitar satu jam lebih baru mereka selesai check up.

“Bagaimana keadaan Arinda?” tanya Arka.

“Keadannya sudah lebih membaik, jangan sampai mogok minum obat ya!” ucap Kinar.

“Apa istri saya masih bisa sembuh?” tanya Arka.

“Maaf saya tidak bisa memastikan itu semua, kanker otak Arinda sudah stadium empat jadi kemungkinan untuk sembuhnya sangat kecil, jika saja waktu itu saat masih stadium dua Arinda tidak mogok minum obat kemungkinan untuknya sembuh masih besar tapi sekarang tidak. Kita hanya bisa berdoa dan ikhtiar saja pada kehendak Allah,” jelas Kinar.
Kinar dapat melihat Arka yang tengah menggenggam tangan Arinda kuat sedangkan Arinda hanya tersenyum getir.

“Lakukan yang terbaik untuk istri saya, jangan sampai dia meninggal. Saya akan bayar berapapun yang kamu minta.”

“Bukan soal uang Pak tapi takdir Allah.”

“Nar ini kita nggak lagi meeting jadi bahasanya jangan terlalu formal gitu, masa kamu manggil suami kamu Pak.” Arinda tersenyum geli.

“Eh, udah kebiasaan!” Kinar menggaruk tengkuknya.

“Mulai sekarang jangan manggil Pak,” ucap Arinda.

Kinar hanya tersenyum malu.

Bolehkah Kinar cemburu melihat betapa perhatiannya Arka terhadap Arinda?


🌸🌸🌸


Setelah sampai rumah, Kinar langsung membersihkan diri dan memasak untuk makan malam.

Bunyi pintu terbuka membuat Kinar menoleh dan berjalan menuju dekat pintu, di sana dia melihat Arka yang tengah berdiri dengan setelan jas formal dan tas kantornya.

Ada rasa senang dalam hati Kinar melihat suaminya akhirnya pulang ke rumahnya, Arka menatap Kinar heran kenapa gadis itu terus-terusa berdiri di depannya, Arka berjalan melewati Kinar.

“Pak biar saya bawain tasnya!” Kinar hendak mengambil tas milik Arka namun laki-laki itu menjauhkan tasnya dari Kinar.

“Bisa tidak jangan memanggil dengan sebutan Pak? Saya ini suami kamu jadi manggilnya jangan Pak.”

“Eh, maka malam sudah siap M-Mas!” ucap Kinar mengalihkan pembicaraan.

“Kamu manggil saya apa tadi?” tanya Arka dingin.

Kinar menggigit bibir bawahnya, apa dia berbuat suatu kesalahan?

Di dalam hati Arka ada sedikit rasa hangat yang menjelajar, selama ini Arinda tidak pernah memanggilnya dengan sebutan tadi dan baru saja dia di panggil Mas oleh Kinar.

Arka tersadar kemudian menggeleng pelan, tidak, tida. Untuk apa dia membandingkan istrinya dengan gadis di depannya ini? sampai kapanpun Arinda tidak akan ada duanya.

“M-mas,” ucap Kinar terbata-bata.
Arka kembali berjalan tanpa sepatah katapun membuat Kinar merasa dirinya mmebuat kesalahan.

“Itu lebih baik,” ujar Arka yang dapat di dengar oleh Kinar.

“Mas, makanannya?”

“Aku sudah makan!” ucap Arka dingin.

Dalam hati Kinar kecewa karena Arka seperti enggan berbicara dengannya. Namun, kenapa juga dia harus kecewa mungkinkah Kinar sudah mempunyai rasa untuk Arka?

***

Jangan lupa vote dan komennya!







ARKA (My Cool Husband)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang