Dua puluh satu

277K 17.8K 858
                                    

Seminggu sudah hubungan Arka dan Kinar membaik. Kinar sangat senang karena Arka benar-benar menganggapnya sebagai seorang istri, selama satu minggu ini pula Arka selalu bersikap manis padanya.

Namun beberapa hari belakangan ini Arka sangatlah sibuk sehingga dia hanya bertemu ketika pagi hari, itupun Arka sudah bersiap-siap hendak ke kantor, kadang malam hari itu juga jika Kinar tidak ikut ketiduran saat menemani Keano maupun Bela tidur. Kesibukan Arka memanglah luar biasa.

Hari ini Kinar pulang lebih awal karena mendapat telfon dari Bi Asih jika Keano tengah demam tinggi. Kinar segera pulang dengan tergesa-gesa, tadi pagi Keano memang sangat rewel dan menangis karena tidak mau di tinggal oleh Kinar, ia fikir Keano hanya rewel-rewel biasa tapi ternyata tebakannya salah, Keano malah sedang demam sekarang.

Sesampainya di rumah, gendang telinga Kinar di sambut oleh tangisan pecah dari Keano. Kinar berlari menuju arah kamar Keano, di lihatnya Bi Asih yang tengah berusaha menenangkan Keano yang terus-terusan menangis.

Setelah mencuci tangan Kinar mengambil alih Keano dari pelukan Bi Asih.

“Demamnya dari kapan Bi?” tanya Kinar.

“Emmm, saya kurang tahu Mbak, tadi pas den Keano udah bangun tiba-tiba dia nangis kejer gitu.”

Kinar mendekap Keano, badan anak itu sangatlah panas. Kinar dapat mendengar gumaman dari Keano yang memanggilnya dengan panggilan Bunda.

“Bi bisa tolong siapkan alat kompresan?” Bi Asih mengangguk, kemudian meninggalkan mereka berdua di dalam kamar.

Tak lama kemudian Bi Asih datang dan membawa alat kompres, Kinar meminta tolong pada Bi Asih untuk menggendong Keano sebentar karena gadis itu akan mengambil obat-obatan untuk Keano, bocah kecil itu kembali menangis ketika merasa jika dia tengah berada di dalam pelukan orang lain.

Kinar segera kembali dan mengambil alih Keano, ajaibnya bocah itu berhenti menangis. Kinar membaringkan Keano dan mulai mengompres tubuhnya. Selesai mengompres Kinar menggenggam tangan kecil Keano, tak terasa air matanya jatuh begitu saja.

Kinar merasa dia gagal menjadi seorang ibu, anaknya sedang sakit dan dia malah asik bekerja.

Bi Asih yang melihatnya tersenyum, dia sangat bersyukur bahwa orang yang di nikahi tuannya sangat menyayangi kedua anaknya meskipun bukan anak kandung Kinar sendiri.

Setelah cukup lama memandangi wajah Keano, Kinar segera bersih-bersih setelahnya dia keluar dari kamar Keano dan berjalan menuju dapur, dia ingin memasak untuk makan malam nantinya, Namun setelah membuka kulkas ternyata bahan untuk memasak sudah sangat sedikit, hanya ada telur saja.

Akhirnya Kinar hanya memasak telur mata sapi. Setelah selesai masak Kinar segera masuk ke dalam kamar Keano ketika mendengar suara bocah tersebut yang menangis, membawanya ke dalam pelukannya dan menggendongnya. Kinar menepuk jidatnya, gadis itu ingat jika dia lupa untuk mengecek keadaan Bela karena semenjak tadi dia tak pernah melihat anak perempuannya itu.

Buru-buru Kinar masuk ke dalam kamar Bela, Kinar bersyukur ketika mendapati Bela yang tengah duduk sembari fokus menggambar, sepertinya Bela berbakat dalam hal menggambar karena setiap gambaran yang ia buat hasilnya sangatlah bagus, Kinar saja yang sudah sedewasa itu gambarannya tak pernah sebagus Bela.

Sepertinya Bela belum menyadari kehadiran Kinar, Kinar mendekat dan duduk di tepi ranjang Bela, mengelus rambut Bela membuat sang empu tersadar. Seketika sebuah senyuman manis terbit dari Bela ketika melihat Bundanya yang tengah duduk di dekatnya.

“Maafin Bunda ya Bela, tadi Keano lagi sakit jadi bunda nggak sempat masuk ke dalam kamar kamu,” ucap Kinar.

“Nggak apa-apa bunda, Bela ngerti kok kalau bunda juga lagi repot sama Keano.” Kinar tersenyum senang mendengar ucapan Bela, ada rasa terharu yang ada dalam dirinya.

ARKA (My Cool Husband)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang