“Ma..” tegur Arka.
“Maaf ya, tadi mama udah ngelarang Bela buat masuk tapi tetap aja dia ngeyel.”
“Mama kapan ke sini?” tanya Kinar mengalihkan pembicaraan.
“Tadi pagi, sebelum matahari terbit. Mama dapat kabar kalau Keano sama Arka sakit, jadi mama ke sini deh bantuin kamu supaya kamu nggak terlalu kesusahan,” Kinar tersenyum merasa tak enak pada mertuanya.
“Mama menduga nih, kalau Arka sakit gara-gara pengen punya anak lagi,” ucap Aurora semangat.
“Ma…” rengek Arka.
Apa-apan mamanya ini, orang lagi demam apa hubungannya dengan anak? Dasar sinting memang, fikir Arka.
Sementara Kinar hanya tersenyum canggung pada suaminya.
“Ayo Bela, mandinya sama nenek ya!” Aurora membawa Bela keluar dari kamarnya.
“Kinar?” panggil Arka ketika melihat istrinya yang tengah duduk dengan pandangan kosong.
“Mas, maaf tapi aku…belum siap,” cicit Kinar cepat.
Arka tersenyum manis, menenangkan istrinya. Dia tahu, bahkan sangat tahu kalau istrinya itu belum siap karena itu juga dia tak pernah menyentuh Kinar. Arka tidak ingin Kinar terbebani dengan permintaan mamanya tadi, dia sudah sangat merasa bersalah dengan Kinar, karena telah menikahi gadis itu terlebih lagi dia menikahinya tanpa cinta.
“Aku ngerti, jangan di dengerin apa kata Mama, anggap aja angin lalu.” Arka menatap mata kinar dalam.
“Tapi kan seharusnya…”
“Nar, jangan di paksain. Aku ngerti kalau kamu belum siap, aku nggak mau kamu melakukannya karena keterpaksaan, aku akan nunggu,” Arka menjeda ucapannya.
“Sampai kamu siap!” lanjut Arka.
“Aku janji, Nar!” Arka menggengam tangan Kinar.
Kinar hanya berharap jika apa yang di ucapkan oleh Arka benar, dia sangat berharap jika Arka tidak sekedar berbicara tetapi dia benar-benar menepati perkataannya.
Selesai mandi Kinar masuk ke dalam kamar Keano, ingin mengecek keadaan anaknya itu.
Di lihatnya Keano yang tengah bermain bersama Aurora, dengan senyuman mengembang Kinar memeriksa kembali suhu bandannya, dan ternyata masih hangat.
“Maaf ya ma, gara-gara Kinar yang sibuk jadinya Keano dan Arka sakit!”
Aurora tersenyum manis melihat mata Kinar yang berkaca-kaca, bukan prihal cengeng tapi Kinar merasa gagal menjadi seorang istri sekaligus ibu bagi Keano dan Bela.
“Sudah nggak perlu nangis, Cuma kecapekan doang kok.”
Aurora tersenyum manis ke arah Kinar, tatapannya menatap Kinar dengan terkagum-kagum. Sesayang itu Kinar pada Keano walaupun bukan anak kandung mereka.
“Mama udah sarapan?” Aurora menggeleng.
“Kinar masakin ya, mama mau di masakin apa?” Aurora nampak berfikir sebelum menjawab.
“Apa aja deh,” ucap Aurora akhirnya.
“Kinar minta tolong jagain Keano sebentar ya.” Lagi-lagi Aurora mengangguk.
“Bunda, Bela mau ikut masak!” rengek Bela.
Kinar mengangguk membuat Bela bersorak karena bahagia.
Kinar keluar dari kamar Keano dan sesuai dengan tujuan utamanya adalah dapur untuk mmebuat sarapan.
Gerakan Arka terhenti ketika melihat Kinar dan Bela yang tengah memasak bersama, Arka yang semula hendak mengambil minuman memilih untuk diam dulu memperhatikan interaksi mereka yang terlihat akrab.
Pemandangan yang sangat indah terlebih melihat Bela yang tengah tertawa bersama Kinar.
“Kalian masak apa?” dua perempuan itu menghentikan tawanya dan menatap Arka.
“Mau masak sama bubur buat Keano.” Arka mengangguk.
“Bubur buat aku nggak? Aku juga lagi sakit lo, sama kayak Keano. Harusnya kamu nggak pilih kasih dan memperlakukan aku kayak Keano!”
“I-iya mas, buat mas juga kok buburnya ini!” ucap Kinar lembut.
Arka duduk di meja makan sembari memperhatikan interaksi ibu anak tersebut.
“Mas, mau minum kopi?” tawar Kinar.
“Boleh,” jawab Arka, cowok itu mengeluarkan ponselnya.
Kinar berlalu dan membuatkan kopi untuk Arka, dia tidak tahu kopi seperti apa yang Arka minum. Jadilah dia hanya membuatkan kopi hitam dengan rasa yang tidak terlalu manis.
Setelah jadi Kinar kembali mengantarkan kopi itu ke meja makan.
“Mas, maaf ya Kinar belum tahu takaran kopinya mas seperti apa, jadilah Kinar hanya mmebuat sekenanya aja, maaf kalau mungkin…mas nggak suka!”
“Nggak apa-apa nanti aku kasih tahu takaran kopi aku, namanya juga belajar kan? Aku juga yang salah, harusnya ngasih tahu kamu kemarin-kemarin!” ucap Arka lembut.
Kinar menghela nafasnya lega, kemudian dia kembali berjalan menuju dapur.
Saat bubur dan masakan yang lainnya sudah jadi, Kinar dan Bela menatanya di meja makan.
“Cepat juga kamu masaknya,” ucap Arka.
“Kan cuma buat nasik lauk sama bubur, jadi ya cepat,” jawab Kinar sambil tersenyum.
“Bela juga bantuin bunda masak lo pa, seru banget. Nanti Bela ikut lagi ya bantuin bunda masak?” tatapan Bela berbinar ketika menatap Kinar untuk menjawab permintaannya.
“Iya, sayang!” Kinar mengelus rambut panjang Bela dengan sayang.
Arka tersenyum melihat Kinar dan Bela. Rasanya dia semakin cinta dan tak salah menikahi perempuan seperti Kinar.
“Loh, Kinar masakannya udah jadi?” tanya Aurora saat melihat banyak makanan yang tertata di meja makan.
“Iya, Ma,” ucap Kinar.
“Cepat banget masaknya,” ucap Aurora.
“Udah terbiasa Ma, jadi ya cepat!”
Aurora semakin terkagum-kagum dengan menantunya ini.
“Kalian makan aja, aku mau jagain Keano dulu,” ucap Kinar namun tangannya di tahan oleh Arka.
“Di sana ada Bi Asih yang jagain, kita sarapan bareng aja,” ucap Arka.
“Eh, tapi…iya iya mas.” Kinar akhirnya menuruti Arka karena laki-laki itu memasang tampang orang yang tak mau di bantah.
Kinar mengambil duduk di samping Arka dan mengambilkan bubur untuk suaminya.
Setelah itu Kinar mengambilkan Bela nasi serta lauk dan sayur.
Mereka semua makan dalam diam, saat Kinar tengah asyik memakan makanannya dia terdiam ketika melihat Aurora yang terdiam denga menatap Kinar.
“Kenapa Ma? Masakan Kinar nggak enak ya? Kalau nggak enak jangan di makan ma, nanti Kinar suruh Bi A-“
“Ini enak, beneran enak!” ucap Aurora.
“Serius?”
“Iya sayang, enak pake banget malahan!” jawab Aurora.
“Menantu kesayangan Mama,” ucap Aurora dengan bangga.
“Makasih, Ma.” Kinar membalas senyuman Aurora.
Hari itu menjadi hari yang bahagia bagi mereka, karena setelah sarapan mereka bermain dan menjaga Keano bersama-sama, baik Kinar maupun Arka tidak ada yang pergi kerja dan memilih untuk izin, karena mereka ingin memberi perhatian yang lebih untuk Keano maupun Bela. Meskipun Ghani tidak itu, tapi kebahagiaan mereka tak dapat terbendung.
Malam mulai merambat menuju malam yang lebih pekat. Badan Keano sudah tak sepanas tadi malam, namun masih saja rewel. Kinar sedari tadi hanya bisa bersabar ketika Keano yang menangis, untungnya ada Arka yang sigap membantunya.
Begitu juga dengan Bela, anak itu selalu menempel pada Kinar. Kinar tak sedikitpun menunjukkan wajah lelahnya meskipun sebenarnya gadis itu rasanya ingin sekali membaringkan tubuhnya. Kinar selalu sabar ketika Keano menangis dan terdiam hanya ketika di gendong, sabar ketika Bela meminta di buatkan ini di buatkan itu.
Aurora semakin sayang pada Kinar. Aurora bahkan sangat lega karena melihat cucunya yang berada di orang yang tepat, tak lama kemudian perempuan itu berpamitan untuk pulang. Sedangkan Arka, ia merasakan cintanya semakin melimpah untuk Kinar.
Hingga akhirnya Keano tertidur di pelukan Kinar. Kinar meletakkan Keano di tempat tidurnya, tatapan Kinar kini beralih pada Bela yang masih bermanja-manja dengan Arka.
“Bela belum mau tidur, sayang?” tanya Kinar lembut.
Bela menggeleng, tangan gadis itu melingkar di leher Arka.
“Bobok yuk, udah malam lo.”
Lagi-lagi Bela menggeleng.
“Bela tidurnya mau sama bunda dan Papa!” rengek Bela manja.
“Iya,” ucap Arka, kemudian menganggukan kepalanya sambil menatap Kinar, akhirnya Kinar hanya bisa pasrah.
Arka menggendong Bela ke kamar, menaruhnya di tempat tidur. Arka masuk ke dalam kamar mandi, sedangkan Kinar mengambil baju yang di pakai untuk berganti pakaian.
Setelah Arka keluar, Kinar melihat wajah Arka yang terlihat lebih segar meskipun wajahnya terlihat kelelahan. Kinar tak mau ambil pusing, perempuan itu masuk ke dalam kamar mandi dan bersih-bersih.
Keluar dari kamar mandi, dia melihat Arka yang tengah sibuk berkutat dengan laptopnya, raut wajah Arka terlihat sangat serius membuat Kinar ragu untuk mengutarakannya.
Ini kesempatanmu Kinar, batinnya.
Akhirnya setelah mengumpulkan keberanian, Kinar mendekat ke arah Arka. Arka masih belum menyadari jika Kinar tengah berdiri di depannya.
“Mas…” Kinar menggigit bibir bawahnya.
Arka mendongak.
“Kenapa?” tanya Arka.
Kinar berdehem, jari-jarinya ia tautkan.
“Sini duduk!” Arka menepuk sofa sebelahnya, Kinar hanya menurut.
“Ada apa? Ada masalah atau ada yang lainnya?”
“Emmm…anu…itu!” Kinar gelagapan, sebenarnya dia tidak enak mengutarakan hal seperti ini pada Arka.
Arak menautkan alisnya.
“Apa?”
“Emmm…aku mau pulang!” ucap Kinar pelan.****
Oke, oke masih kuat gak puasanya? Tinggal satu hari lagi teman-teman!
Gimana Part kali ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKA (My Cool Husband)
Romance"Tidak ada yang salah denganmu, Kau cantik... tapi aku tidak mencintaimu." Kinara Arabela tidak pernah menyangka jika pernikahannya hanya sebatas status, ia harus rela menghabiskan sisa hidupnya dengan pria yang tidak di cintainya. Sampai suatu hari...