Dua puluh delapan

247K 15.4K 340
                                    

Kini hari yang di janjikan oleh Arka sudah tiba. Hari ini Arka akan membawa Kinar untuk tinggal kembali di rumah mereka.

Selesai mengemaskan bawaan Keano, kini Kinar keluar dari kamar Keano. Tatapannya terfokus pada Arka yang tengah terdiam sembari menatap sebuah foto berukuram besar yang terpajang di ruang keluarga, di sana menampilkan sebuah foto pernikahan Arka dan Arinda.

Cemburu? Tentu saja tidak. Kinar tahu diri jika dia tidak akan bisa menikah dengan Arka kalau bukan paksaan dari Arinda.

"Mas?"

Di lihatnya Arka berbalik menghadapnya dengan senyuman yang mengembang, namun wajahnya terlihat seperti telah menangis.

"Mas kenapa?" tanya Kinar bingung.

Arka tersenyum sembari menggelengkan kepala.

"Nggak apa-apa, Nar. Aku cuma mau lihat-lihat rumah ini sebelum kita pindah dan sudah selesai, ayo pergi."

"A-a aku minta maaf ya, Mas," ujar Kinar, teramat pelan hingga menyerupai bisikan.

"Nggak apa-apa, Nar. Aku menghargai keputusanmu."

"Kalau Mas merasa terpaksa bagaimana kalau kita batalkan saja dan kita akan tetap tinggal di sini. Bagaimana?" Arka menggeleng.

"Kita akan tetap pindah. Aku udah menjanjikannya sama kamu kan? Jadi aku harus tepati janjiku lagipula kita masih tetap bisa datang ke sini kan?" Kinar mengangguk.

"Tapi Mas nggak keberatan kan?"

"Enggak, Nar. Sesuatu yang kamu inginkan sudah menjadi kewajiban bagiku untuk mewujudkannya, aku ingin membuatmu bahagia."

Serbuan kupu-kupu terasa memenuhi perut Kinar. Kinar diam, tak tahu harus bahagia atau bersedih karena ucapan Arka barusan.

"Kamu tunggu di luar aja, biar nanti aku yang gendong Keano!"

Di luar rumah dia melihat Bela yang tengah bermain boneka bersama bi Asih.

"Sudah semua?" Arka keluar sambil menggendong Keano.

"Eh, sudah kok Mas."

"Nggak ada yang ketinggalan kan, Bi?" tanya Arka pada bi Asih.

"Sudah semua, Mas. Kamu nggak percayaan deh, orang Bi Asih beberesnya sama aku tadi," balas Kinar sewot.

"Saya beneran ikut, Tuan?" tanya Bi Asih.

"Iya, Bi. Kita kan mau pindah jadi Bibi juga ikutan pindah kalau di sini kan nanti nggak ada temannya!" ucap Arka.

Arka dan Kinar memang sudah sepakat untuk membawa Bi Asih ke rumah mereka, supaya ada yang membantu mereka untuk mengurus Arka dan Kinar.

Mereka berjalan menuju mobil, sebelum masuk ke dalam mobil Arka mengamati rumah tersebut.

"Mas beneran ikhlas kan?" tanya Kinar saat mobil sudah melaju meninggalkan rumah tersebut.

"Sssstt, udah berapa kali sih aku jawab. Aku itu ikhlas, Nar. Tadi aku kayak gitu karena ingat sama Arinda."

Kinar tahu jika Arka seperti itu karena tengah mengingat kenangannya dengan Arinda.

"Maaf, Mas kalau aku ngingetin Mas sama mbak Arin. Sebesar itu ya cinta Mas sama mbak Arin?" ada yang berbeda di hati Kinar.

Arka hanya terdiam tak menjawab.

Sekitar 20 menit berlalu dan sekarang mereka sudah sampai di depan rumah yang akan mereka tinggali.

"Ini rumah baru kita Pa?" tanya Bela.

Arka terlihat mengangguk.

Memang rumah mereka ini tidak sebesar rumah Arka dengan Arinda, namun kenyamanan yang di rasakan oleh Kinar jelas berbeda saat di rumah yang sekarang dan rumah yang dulu. Ah...Kinar sangat merindukan rumahnya ini.

ARKA (My Cool Husband)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang