Empat puluh dua

240K 12.7K 896
                                    

"Lalu siapa orang yang telah menghamili Aline?" tanya Kinar.

Bagaimana bisa Arka memberikan kabar buruk itu pada Kinar sedang Kinar baru berhenti menangis. Arka benar-benar tak tega melihat Kinar terus menangis, apalagi setelah mendengar kabar buruk ini, ia yakin istrinya akan semakin terpuruk.

"Nanti aku kasih tau ya. Sekarang aku mau mandi dulu, terus kamu juga istirahat."

Sebelum Kinar menjawab, Arka sudah terlebih dahulu masuk ke dalam kamar kemudian bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Hari ini benar-benar membuatnya gerah, tidak hanya sekedar gerah hati tetapi juga gerah bodi. Satu masalah telah selesai, sekarang tinggal satu masalah lagi.

Kinar menyiapkan suaminya baju. Ia mengambil sebuah baju kaos milik Arka yang ia tinggalkan saat menginap dulu.

Sepersekian menit kemudian Arka telah keluar dari kamar mandi, dengan melilitkan handuk di pinggangnya, ia nampak lebih segar. Meski sering melihat Arka tak memakai baju, tapi tetap saja Kinar tak terbiasa melihat kotak-kotak tersebut, pipinya selalu bersemu merah.

"Kenapa?" tanya Arka saat melihat Kinar mengalihkan tatapannya.

"Nggak," jawab Kinar buru-buru.

"Mau pegang ya?" tanya Arka. Ia melirik roti sobek miliknya.

"Ekh. Iih dasar laki-laki tua mesum!" gerutu Kinar.

Arka terkekeh, kemudian ia segera mengambil baju gantinya. Sebelum masuk kamar mandi Arka kembali menggoda Kinar.

"Kalau mau di bawahnya juga boleh kok, Nar."

Kinar membulatkan matanya, ia mengambil sebuah bantal dan melemparnya berharap bantal tersebut mengenai wajah tampan suaminya, yang ada hanya mengenai pintu kamar mandi yang tak mempunyai salah apapun. Tangannya terulur menangkup pipinya, ia yakin sekarang pipinya sudah seperti tomat.

Arka keluar dengan mengenakan celana piyama panjangnya dan kaos polos berwarna hitam.

"Belum tidur?" tanya Arka pada Kinar yang masih duduk dengan posisi bersandar di kepala ranjang.

Kinar menggeleng.

"Aku nggak bisa tidur."

Arka menaiki tempat tidur lalu duduk di sebelah Kinar, ia menarik kepala Kinar untuk bersandar di dadanya.

"Kenapa?"

"Nggak tau," jawab Kinar.

Setelah itu Arka diam, otaknya melayang pada masalah tersebut. Entah harus mulai dari mana ia berbicara tentang Papa Bayu dan kehamilan Aline. Arka belum siap melihat istrinya kembali menangis.

Kinar membenamkan wajahnya pada dada bidang Arka, tempat dimana kenyamanannya berada, setelah permasalahan tadi selesai, entah kenapa rasa takut kehilangan Arka semakin besar. Ia kembali mengeratkan pelukannya, entah sampai kapan mereka akan tetap seperti ini, yang pasti Kinar selalu berharap semoga tidak akan ada orang yang kembali mengusik kedamaian rumah tangganya, apalagi sampai melakukan hal nekat misalnya seperti Aline.

Arka menunduk menatap wajah cantik Kinar. Haruskah ia mulai berbicara soal masalah tersebut?

"Mas Arka beneran bukan ayah dari anak yang di kandung Aline kan?" tanya Kinar hati-hati.

Arka menghela nafas terlebih dahulu. Ia mengerti soal kegelisahan Kinar, bagaimanapun tidak ada orang yang akan rela jika suaminya menghamili wanita lain, padahal masih memiliki seorang istri.

"Mas beneran, Nar. Mas cinta kamu mana mungkin Mas berhianat sama wanita lain."

"Tapi kan Aline mirip sama mbak Ar-"

ARKA (My Cool Husband)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang