Sembilan belas

267K 18.3K 522
                                    

Mata Kinar mulai terbuka, dan alangkah terkejutnya ia ketika mendapati posisinya yang memeluk tubuh Arka.

Kinar tak munafik jika dia sangat nyaman berada di posisi tersebut, Kinar beruasaha berfikir bagaimana bisa ia tertidur bersama Arka? Matanya seketika membulat dan segera ia mengecek baju yang ia pakai, dan syukurlah masih utuh.

Tatapan Kinar beralih menatap Arka, wajah laki-laki itu terlihat sangat damai saat tertidur dan berkali-kali lipat lebih tampan tentunya.

Kinar melepas tangan kekar Arka yang memeluk tubuhnya, dia melepasnya secara perlahan agar tidak membuat Arka terbangun.

“Mau kemana?” tanya Arka melihat Kinar yang beranjak dari posisinya.

Kinar membeku, kemudian berbalik dan menghembuskan nafas lega ketika melihat Arka yang hanya mengigau. Langkahnya ia lanjutkan kembali untuk memasuki kamar tamu dan mandi di sana, kemudian memasak untuk membuatkan Arka bekal.

Selesai memasak, Kinar menaruh hasil masakannya di atas meja. Meskipun dia hanya memasak nasi goreng tapi tetap saja Kinar tersenyum melihat hasil masakannya.

“Masak apa?” Kinar terlonjak kaget dan berbalik menatap seseorang yang sudah berdiri di belakangnya.

Wajah Kinar berhasil di buat menganga, bagaimana tidak sekarang Arka tengah berdiri di belakangnya, berpakaian casual dan sedang tersenyum manis padanya, senyumannya benar-benar membuat siapa saja jatuh dalam pelukannya.

Bahkan Arka sangat sangat tampan ketika sedang memakai baju casual ketimbang baju formalnya.

“Aku memang tampan, tidak buruk untuk di lihat setiap hari bukan?”

Mata Kinar mengikuti Arka yang sekarang tengah duduk di meja makan.

“Kenapa diam? Aku mau sarapan!” ucapnya sambil menatapku.

“Hah? Eh, Mas mau sarapan?” tanya Kinar memastikan.

“Ya. Mas mau sarapan, mau cobain masakan kamu.” Arka tersenyum manis pada Kinar.

Tolong jika ini adalah sebuah mimpi, jangan bangunkan Kinar. Biarkan dia merasa jika merasa di perlakukan sebagai istri yang sesungguhnya.

“Hey? Kenapa sih? Pagi-pagi udah melamun aja,” ucap Arka.

“Mas serius mau sarapan?” tanya Kinar, dilihatnya Arka yang menghela nafas.

“Ya, Mas serius. Memangnya kenapa sih?” tanya Arka sedikit kesal.

Kinar masih tak percaya, di cubitnya pipi Arka dengan keras. Arka meringis dan merenggut kesal.

“Sakit, Nar. Kamu KDRT nih namanya!” Arka mengelus pipinya yang terasa sakit.

“Mau sarapan pakai apa?” tanya Kinar.

“Emmm, nasi goreng aja deh. Mas mau nyobain masakan kamu!” mata Arka berbinar melihat nasi goreng yang berada di depannya.

Kinar mulai mengambilkan nasi goreng untuk Arka, sebelum itu ditanyakan dulu seberapa yang ingin di makan.

Melihat Arka yang makan, Kinar juga ikut makan dalam diam. Ada banyak pertanyaan di dalam otak Kinar sekarang, tumben sekali Arka mau sarapan bersamanya, ada apakah gerangan?

“Aku mau nambah!” ucapnya tiba-tiba membuat Kinar terkejut.

“Hah?” Arka menyodorkan piringnya pada Kinar.

“Masakan kamu enak,” ucap Arka sambil nyengir.

“Emmm, makasih!” ucap Kinar terbata-bata.

“Mas nggak ke kantor?” tanya Kinar yang melihat jam yang menunjukkan angka 8 pagi.

“Nggak. Kan weekend,” jawab Arka.

“Nanti ke rumah Mama ya?” ajak Kinar.

“Rumah Mama? Ngapain?” tanya Arka bingung.

“Jemput Keano sama Bela.”

“Eh, nggak usah!” ucap Arka berteriak.

“Kenapa emangnya?”

Arka terdiam, telunjuknya memegang dagu seolah tengah berfikir jawaban apa yang pas untuk ia berikan pada Kinar.

“Mau berduaan sama kamu aja!” ucapnya.

Jantung Kinar rasanya ingin melompat mendengar ucapan Arka. Arka terkekeh melihat Kinar yang salah tingkah.

“Hah? Apa?”

“Berduaan sama kamu, emangnya kenapa sih? Dari tadi kamu tu responnya hah mulu, kayak keliatan kaget banget ngeliat aku kayak gini.”

Bagaimana tidak kaget kalau suamimu yang mau hampir setahun ini dingin dan acuh padamu lalu tiba-tiba sekarang sikapnya berubah secara tiba-tiba, apa kau harus menaruh curiga atau mempercayainya? Antara terkejut dan senang sih sebenarnya, senang karena Kinar merasa jika dia di perlakukan seperti istri-istri lain pada umumnya.

Dering telfon membuyarkan lamuman mereka, ternyata suara dering tersebut berasal dari ponsel Arka.

Kinar melirik lewat ekor matanya, beberapa menit kemudian Arka memutuskan sambungan telfon dan menyimpan ponselnya kembali di atas meja.

“Kamu nggak mau tahu siapa yang telfon aku?” Arka menatap lekat manik mata Kinar.

“Eh, memangnya perlu?” tanya Kinar.

“Itu telfon dari Mama, katanya Keano nyariin kamu terus!” jelas Arka dengan nada kecewanya.

“Kok nada suara Mas kayak nggak suka gitu, kenapa?”

“Iyalah nggak suka, kan jadi gagal berduaan!” Arka mengerucutkan bibirnya, sudah seperti anak kecil saja.

“Sana gih!”

“Kemana?” tanya Kinar.

“Mandi terus siap-siap sayang, kita ke rumah Mama.”

Blush!

Kinar yakin, pipinya saat ini sudah bersemu merah akibat ulah Arka barusan.

“Ciee…blushing!” goda Arka.

Buru-buru Kinar berdiri dan berjalan terbirit-birit dan menutup pintu kamarnya kasar, Arka memegang dadanya. Terdengar suara tawa Arka menggelegar di luar, membuat Kinar merenggut kesal karena merasa di jadikan bahan lelucon.

Selesai mandi, Kinar langsung bersiap-siap. Matanya menatap pantulan dirinya di cermin besar yang ada di dalam kamar tersebut, setelah merasa rapi Kinar segera keluar.

Saat di luar Kinar melihat Arka yang sudah rapi dan sedang duduk santai di depan televisi, kepalanya melihat Kinar yang baru saja keluar dari kamarnya.

“Udah? Ayo berangkat!”
Sampai di rumah Mamanya Arka, Kinar dan Arka keluar dari mobil. Tangan Kinar tiba-tiba terasa di genggam, Kinar menengok dan menatap tangannya yang tengah di genggam oleh Arka.

Kinar dan Arka masuk ke dalam rumah orang tuanya, baru sampai pintu tubuh Kinar sudah di tabrak oleh Keano yang merengek minta turun dari Aurora.

“Anak Bunda kenapa?” tanya Kinar dengan nada khas anak kecil yang ia buat-buat.

Kinar membawa Keano ke dalam gendongannya, balita itu langsung menempelkan wajahnya pada ceruk leher Kinar.

“Papa!” seru Bela yang melihat orang tuanya sudah datang.

“Hay, princessnya Papa!” sapa Arka.

Sementara Aurora tersenyum senang melihat anaknya yang sudah kembali tersenyum.

Aurora mengajak Kinar dan Arka untuk duduk, Arka mendengarkan celotehan dari Bela yang menceritakan kegiatan mereka saat menginap di rumah neneknyaa.

“Mama senang ngeliat kamu udah nggak larut dalam kesedihan lagi,” ucap Aurora.

Senyuman manis sedari tadi terus-terusan terpancar dari wajah Aurora.

“Iya, Ma. Arka sadar kalau seharusnya Arka nggak boleh larut dalam kesedihan, lagian ada Keano dan Bela yang harus Arka urus terlebih lagi Arka masih punya tanggung jawab karena ada Kinar yang masih jadi istri Arka!”

“Arka mau memperbaiki hubungan Arka sama Kinar. Arka mungkin belum sepenuhnya mencintai Kinar, tapi Arka akan mencoba mencintai Kinar…secara perlahan!” Arka menatap dalam mata Kinar, seolah memberitahukan kepada Kinar jika dia bersungguh-sungguh dengan ucapannya.

Senyuman Aurora kembali mengembang, kali ini lebih lebar dari sebelumnya. Dan entah sejak kapan air mata Kinar sudah mengalir begit saja, dia terharu akhirnya kesabarannya terbalaskan sudah.

Setelah hampir satu tahun dia di acuhkan oleh Arka, dan sekarang laki-laki itu berusaha untuk membuka hatinya untuk Kinar. Meskipun belum mencintai tapi setidaknya ada kemajuan tidak untuk hubungan mereka.

****

Hiks.. hiks.. hiks.. Ada yang rindu sama Author gak? Udah berapa hari sih Author nggak update? Lupa😭

Ngarep banget di kangengin Wkwkwk!


ARKA (My Cool Husband)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang