Dua puluh sembilan

240K 14.6K 821
                                    

Typo bertebaran:)

Kalau ada Typo jangan di diemin!!!












Sampai di rumah pun Kinar masih tetap mendiamkan Arka, laki-laki itu sedari tadi hanya cekikikan di belakang Kinar, karena dia merasa gemas dengan kecemburuan Kinar.

Setelah turun dari mobil Kinar langsung masuk tanpa membantu Arka membawa barang belanjaan. Arka yang tahu bahwa Kinar tengah marah pun hanya diam, tak ingin membuat Kinar semakin marah.

Sampai di dalam rumah Kinar segera masuk ke dapur, dia mengambil air kemudian duduk di meja makan. Selang beberapa menit kemudian Arka terlihat berjalan ke dapur sembari membawa barang belanjaan.

"Nar?" panggilnya setelah menaruh barang belanjaan.

Kinar tak menjawab panggilan Arka, perempuan itu berdiri kemudian mencuci tangannya. Arka terlihat menghela nafasnya, mencoba bersabar menghadapi sifat kaum betina yang menurutnya menggemaskan sekaligus mengesalkan.

Kinar mulai berkutat dengan barang belanjaannya. Dia mulai memisahkan sayuran, buah, dan berbagai bumbu dapur yang ia beli di supermarket barusan.

"Ya allah mbak Kinar kenapa di beresin? Itu nanti tangannya kotor, Mbak! Kenapa nggak panggil Bibi aja sih? Itu kan kerjaannya Bibi!" Kinar terlonjak kaget mendengar pekikan bi Asih yang entah sejak kapan berada di dapur.

"Ish, si Bibi ngagetin banget sih," gerutu Kinar.

Bi Asih menampakkan deretan giginya.

"Udah Mbak Kinar istirahat aja, biar Bibi yang beresin."

"Nggak apa-apa kok Bi, harusnya juga Bibi yang istirahat kan capek dari tadi pagi bantu beres-beres, terus bantu ngurusin anak-anak, lebih baik Bibi istirahat gih, lagipula udah terlanjur juga."

"Masyaallah, senangnya Bibi dapat majikan yang super baik kayak Mbak Kinar. Bibi bantu juga ya."

"Beneran nih Bi? Lagi nggak ngode buat naikin gaji kan?" goda Kinar.

"Ya enggak toh Mbak, tapi kalau mau juga nggak apa-apa Bibi mah senang aja!" Kinar tertawa mendengar godaan balasan dari bi Asih.

"Alhamdulillah kalau gitu."

Kemudian mereka memisahkan sayuran, setelah itu mereka membuat bumbu dasar, menumisnya agar awet, kemudian memasukkannya ke dalam toples. Kelar mengurus bumdu mereka beralih pada ikan dan daging. Memotong-memotong sesuai kebutuhan, dan kemudian mereka mencuci buah dan menaruhnya ke dalam kulkas, mereka melakukannya sambil bercanda ria.

Arka tersenyum tipis melihatnya, apalagi melihat kecantikan Kinar yang terlihat berkali lipat. Beberapa helai rambutnya terlepas dari ikatannya, terlebih keringat yang membasahi pipinya tak membuat Arka jijik tetapi malah ter;ihat seksi.

"Bibi aslinya orang mana sih?" tanya Kinar karena rasa penasarannya yang sudah memuncak, sebenarnya Kinar hanya gemas dengan slogan bahasa yang khas dari bi Asih.

"Bibi orang Lombok Mbak."

"Lombok? Aku juga keturunan orang Lombok lo Bi." Wajah Kinar terlihat berbinar kala mendengar nama daerah yang menjadi tempat tinggal nenek moyangnya.

"Oh ya? Lombok mana, Mbak? Kalau Bibi orang Lombok tengah."

Kinar mengangguk mengerti.

"Sebenarnya Kinar nggak terlalu tahu nama-nama daerah di Lombok, tapi dulu Kinar pernah dengar Mama kalau nenek itu orang Lombok barat juga."

"Loh kok enggak tau Mbak, kan Mbak keturunan Lombok ya harus tahu dong Mbak." Kinar tersenyum tipis.

"Mama asalnya dari Lombok, dulu Kinar sering kok liburan ke sana kalau udah liburan semester, di ajak sama Mama nginep terus pergi ke pantai kuta deh, senang banget rasanya. Tapi itu dulu, karena setelah usia 8 tahun Mama sama Papa cerai, dan Kinar tinggal sama Papa jadi setelah itu Kinar nggak pernah ke Lombok lagi. Bukannya Kinar nggak mau ke sana lagi, tapi Papa paling anti ke Lombok setelah bercerai dari Mama, enggak tahu juga alasannya apa." Kinar mengendikkan bahunya.

ARKA (My Cool Husband)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang