Empat puluh empat

247K 13.2K 765
                                    

Sudah dua hari ini Kinar malas-malasan, semenjak peristiwa dua hari yang lalu.

Kinar merasakan kasurnya melesak. Saat menoleh ia mendapati suaminya yang kini sudah duduk di sampingnya, menatapnya dalam.

"Kenapa?" tanya Kinar pelan.

"Kamu belum sarapan lho. Sarapan dulu yuk," ucap Arka.

"Nanti aku makan kok mas, tapi nggak sekarang."

"Sarapan dulu, biar kamu ada tenaga. Nanti tiduran lagi, yuk," ucap Arka.

Kinar terdiam.

"Kasian lho tubuh kamu, beberapa hari ini makannya dikit banget. Nanti kalau sakit bagaimana?"

Kinar masih terdiam, suaminya bahkan tak marah sama sekali, padahal semenjak dua hari yang lalu ia sama sekali tak pernah mengurus Arka maupun kedua anaknya.

"Ayo sarapan," ucap Arka lagi. Lembut.

Kinar tersenyum kemudian ikut turun ke bawah bersama Arka.

"Bela sama Keano dimana?" tanya Kinar.

Ia menatap sekelilingnya, namun tak kunjung mendapati beredaan kedua anaknya.

"Jalan-jalan keliling komplek sama bi Asih." Kinar mengangguk.

Kinar mulai melahap sarapannya, sementara Arka sibuk memperhatikan wajah istrinya yang tengah mengunyah. Kinar nampak lebih kurus, wajar saja karena dua hari ini perempuan itu hanya makan sedikit sekali, kantung matanya nampak menghitam akibat kurang tidur, dan wajahnya terlihat sangat sendu.

Semenjak mengungkapkan kekecewaaannya pada Bayu waktu itu mereka langsung pergi, pulang ke rumah mereka. Kemudian malamnya, Aurora menelfon Arka agar mereka tinggal di rumah orang tua Arka untuk sementara waktu. Awalnya Kinar menolak, namun karena paksaan sang mertua yang tiada henti akhirnya ia memutuskan untuk mengabulkan permintaan sang mertua. Jadilah sekarang mereka tengah berada di rumah orang tua Arka.

Dari atas Aurora tengah berjalan ke bawah, menggunakan daster rumahan.

"Kinar?" panggil Aurora.

Kinar menoleh.

"Iya?"

"Kalau udah sarapan, kamu susul Mama ke taman belakang ya," ucap Aurora.

Sebenarnya ingin sekali Kinar menolak, namun melihat tatapan berbinar dari wajah Aurora, Kinar menjadi tak enak hati untuk menolak. Akhirnya ia mengangguk pelan.

Aurora berjalan menuju taman belakang, sementara Kinar kembali melanjutkan sarapannya sampai habis. Saat Kinar hendak berdiri untuk mencuci piring, tangannya keburu di cekal oleh Arka.

"Kenapa?" tanya Kinar.

"Biar aku aja yang cuci piringnya, kamu samperin Mama aja sana."

Kinar menggeleng, ini kan tugasnya.

"Nggak, Mas. Ini tugasku bukan tugas suami."

"Ngebantuin istri emang salah ya?" Arka mengambil piring kotor milik Kinar kemudian ia membawanya ke wastafel.

Kinar tersenyum, betapa beruntungnya ia memiliki suami seperti Arka. Ia kemudian menyusul Aurora yang berada di belakang.

Setelah selesai mencuci piring, Arka berjalan hendak menyusul kedua wanita yang di cintainya. Arka menghentikan langkahnya saat melihat wajah Kinar dari jendela di depannya. Arka mengamati wajah Kinar dengan seksama. Entah apa yang di bicarakan oleh mereka, karena suara mereka tak sampai menembus jendela. Ia hanya bisa menyaksikan tawa Aurora yang lepas dan penuh kegembiraan sementara Kinar tersenyum sambil mendengarkan cerita dari Aurora dengan antusias.

ARKA (My Cool Husband)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang