💛
•••Pagiku kembali disambut dengan sorotan matahari pagi yang hangat. Juga laki-laki yang sedang mendengkur di sampingku. Aku bergegas, mematikan AC, membuka jendela lebar-lebar. Membiarkan udara pagi yang membungkus ruangan kamar.
Selesai mandi, aku bergegas menuju dapur. Hari ini Bik Eti belum bisa bekerja karena anaknya demam. Katanya, kalau besok anaknya sembuh, dia sudah bisa bekerja di rumah ini.
Aku berniat masak nasi goreng. Yang gampang saja. Pun, bahan-bahan di sini masih kosong dan terbatas. Sengaja, aku tidak membangunkan Alvaro karena aku tahu, dia mungkin kecapekan. Biar, terserah dia mau bangun jam berapa.
Belum selesai aku memasak, langkah kaki terdengar mendekat ke dapur. Aku menoleh, menatap Alvaro yang sedang mengucak-ucak matanya. Aku kira dia akan bangun siang. Ternyata, tidak.
Aku menyiapkan satu piring untuk Alvaro. Tanpa banyak basa-basi, aku dan Alvaro melahap sarapan pagi ala kadarnya. Mungkin, ini berbeda seperti di rumah Alvaro sebelumnya. Sarapan pagi, seperti sedang makan malam di restaurant.
"Cepet banget bangunnya," kataku.
"Nggak boleh?"
"Boleh," jawabku singkat.
Matahari semakin naik ke atas. Aku memilih menonton tv. Alvaro sedang mandi di kamar. Jam sembilan pagi, film Upin ipin sedang tayang. Entah, aku suka film ini. Padahal sudah sering diputar, tapi tetap saja buat aku tertawa.
Aku menoleh ketika tubuhku bergoyang karena Alvaro duduk di sampingku. Alvaro mencomot camilan yang sedang kupengang.
"Paha dong."
Aku menoleh, bingung.
Dia menyuruhku untuk duduk bersila. Kemudian dia menidurkan kepalanya di pahaku. Mencari posisi ternyaman. Aku tidak mengelak. Membiarkan.
"Suapin dong."
Aku menyuapkan camilan ke dalam mulutnya. Sesekali mengganti channel tv ketika sedang iklan.
Perlahan namun pasti, aku mengelus kepalanya. Menyisir rambutnya dengan sela-sela jariku. Dia menoleh, menatapku dari bawah. Aku tersenyum. Dia juga.
"Berani banget lo megang rambut gue." Aku mendelik.
"Udah nggak takut sama gue, hah?" Aku mendelik lagi.
"Dih, nggak dijawab lagi!" katanya lagi.
"Nggak takut!" sahutku ketus.
Heh? Berani banget ya aku? Ha ha ha.
Dia bangun dari tidurannya. Mendekat ke arahku. Embusan napasnya menerpa ke wajahku. Kalian bisa bayangkan, bagaimana jarak kita. Terlalu dekat.
"Lo kan enak udah tinggal sama gue. Duit udah gue kasih, bisa liat orang ganteng setiap hari. Pokoknya enak deh."
"Trus?"
"Berarti, gue boleh minta balasannya dong?"
Aku berpikir. Sebesar apapun balasannya tetap tidak bisa terbayar dengan apa yang Alvaro berikan padaku.
"Semua yang udah kamu kasih nggak akan bisa aku balas, Al," ucapku.
Bisa kok bisa, Py.
"Kenapa nggak? Bisa kok."
"Gimana caranya?" tanyaku polos.
"Gampang." Alvaro menjeda ucapannya. Menggeser tubuhnya, semakin mendekat kearahku. "Lo harus turutin semua permintaan gue."
![](https://img.wattpad.com/cover/219210002-288-k723781.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY STORY [SUDAH TERBIT]
RomanceNovel Happy Story sudah bisa dipesan! Ikutan juga Pre-order keduanya pada tanggal 18 Januari 2022. Semua berubah ketika aku dinyatakan : hamil. Kenyataan pahit itu harus kuterima walau sakit yang mendalam. Namun, semua kembali berubah ketika dia, m...