HAPPY 12

84.4K 6.9K 1K
                                    

STORY UPDATE!!!
Selamat membaca teman teman💗

Alvaro mengusap wajahnya gusar. Ia tidak bisa membungkam seperti ini terus-menerus. Kata hatinya tidak bisa disembunyikan. Happy, istrinya harus tahu. Bagaimana mungkin ia bisa mengatur istrinya tanpa sebab? Sebab kalau ia mulai merasakan hal itu. Hal yang membuatnya gugup ketika membalas tatapan sang wanita di depannya. Hal yang membuatnya sulit berkonsentrasi ketika melihat bibir dan matanya tertutup ketika hendak tidur. Hal yang membuat senyumnya terus mengembang ketika melihat wanita itu masih ada di rumahnya. Hal yang membuatnya benci jika ada salah satu orang yang berani mengusiknya.

Perlahan ia melangkahkan kaki menyusul istrinya ke dapur. Sudah pasti wanita itu sedang mencuci piring yang baru saja ia gunakan di balkon.

Dan benar saja, wanita itu sedang mencuci kemudian setelah itu merambat membuka kulkas hendak mengeluarkan mangga. Ia mengeluarkan seulas senyum ketika melihat punggung wanita yang akhir-akhir ini berhasil membuat kesangarannya meredam ketika menatap mata miliknya.

Alvaro berjalan perlahan kemudian ia lingkarkan kedua tangannya ke perut wanita yang ingin direngkuhya. Istrinya sempat tersentak kemudian menoleh sedikit memastikan siapa yang memeluknya kemudian segera membalikan kepalanya karena pipinya mulai memerah.

Innalillahi! Apa-apaan ini?

Alvaro tersenyum dan bersiap untuk mengutarakan ini semua. Ia menoleh ke segala arah untuk memastikan bahwa tidak ada orang selain mereka berdua. Ia menundukkan sedikit kepalanya guna sejajar dengan telingaku. Kemudian berbisik dengan tatapan tajam namun lembut ke arah ku.

"Gue nggak ngerti kenapa semua berubah jadi kayak gini, secepat ini," ucapnya tanpa melepas tangannya dari perutku. Kumohon pada Tuhan, semoga Alvaro tidak mendengar degup jantungku yang amat berisik bahkan mengalahkan suara gitar listrik green day ketika konser. Tanganku mulai basah karena mungkin aku gugup sekali. Kalau di sebelahku ada kolam ikan, mungkin aku sudah nyebur dan nggak mau lihat wajah Alvaro sedekat itu lagi. Tapi sayangnya nggak ada, hanya ada wastafel dan aku nggak muat masuk ke lubangnya.

"Gue nggak ngerti kenapa perasaan gue jadi nggak jelas gini setiap deket lo, Py. Gue juga bingung. Entah ini perasaan apa. Awalnya emang gue nggak ngeyakinin kalau gue ..," ucapannya terhenti ketika aku merubah posisi untuk menghadap kearahnya.

"Lo kenapa?" tanyaku polos.

Dia menunduk. "Gue—"

Kuberanikan menatap wajahnya yang sedang menunduk. "Kenapa?" tanyaku lagi.

Tiba-tiba tangannya menjalar ke arah dua pipiku. Aliran darahnya seperti ikut mengalir di dalam sel darahku. Rasanya mau pingsan saja, tapi nggak bisa.

"Ke-kenapa?" tanyaku lagi dengan gugup.

"Gue mulai sayang lo, Py."

Deg.

Detik itu juga hatiku membuncah. Mulutku seketika bisu, tubuhku kaku seperti patung, juga jantungku yang semakin berpacu lebih cepat sampai aku takut serangan jantung hanya karena dengar laki-laki ini bicara seperti itu. Ya Tuhan!

Kutahan senyumku yang sepertinya akan mengembang lebar sambil menutupi wajahku karena muncul semburat merah muda di pipiku. Jantungku terasa seperti tak berdetak. Darahku berdesir hebat. Kenapa jadi begini sih? Aku jadi bingung. Alvaro berhasil buat aku jadi makin sayang ke dia. Gimana dong?

Suasana hening seketika. Aku dan Alvaro sibuk bergulat dengan pikirannya masing-masing dengan tatapan balas membalas.

"Ehm ... bohong ya?" Jawabku lalu dia mendongak memberi sorotan mata tajam.

HAPPY STORY [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang