HAPPY 25

79.7K 5.7K 287
                                    

Melihat sisi wajahnya dari samping membuat lekuk senyum ini tak bisa dipungkiri bahwa aku memang mencintainya.

Sejak kejadian itu, aku jadi malas untuk keluar rumah sendiri. Lebih baik aku tidak tahu. Itu lebih baik karena tidak membuat aku jadi kepikiran. Hari ini aku sengaja mengisi waktu luang dengan membuat bolu coklat bertabur keju. Sesekali Bik Eti membantu, tapi langsung kualihkan, menyuruhnya untuk melanjutkan pekerjaan.

Sekitar pukul sepuluh siang, bolu coklat sudah jadi. Tinggal dioles margarin kemudian ditabur keju. Aku terkekeh sendiri melihat bolu coklat buatanku berhasil.

"Wangi banget, Non." Aku nyengir.

"Mudah-mudahan enak." Bik Eti ngangguk-ngangguk sambil tersenyum.

"Eh iya Bik. Anak Bibik gimana kabarnya? Udah sehat?" tanyaku sambil marut keju.

"Waktu itu kan udah sembuh ya. Tapi baru aja kemarin sore demam lagi. Niatnya nanti malam mau dibawa ke klinik. Takut kenapa-napa."

"Sering sakit, Bik?"

"Nggak kok. Mungkin memang sekarang cuacanya lagi nggak bagus."

"Eh iya, susu udah Bibik beli tadi ya. Di kulkas," kata Bik Eti.

Aku mengangguk sambil menaburkan keju ke bolu coklat.

"Coba Bik," kataku, kemudian memotong bolunya.

"Enak!" seru Bik Eti.

Alvaro pulang sekitar pukul setengah dua siang ketika aku sedang duduk menonton teve. Aku menoleh, merubah posisi duduk. Kemudian menghampiri Alvaro yang hendak menaiki tangga.

"Aku bikin bolu. Mau coba nggak?" tanyaku sembari meraih tas gembloknya.

"Mandi dulu." Aku mengangguk, menyusul Alvaro ke kamar.

Alvaro keluar dari kamar mandi dengan kaos putih dan boxer abu. Rambutnya yang masih setengah basah membuat aku jadi canggung. Alvaro meraih ponselnya kemudian bergegas keluar kamar.

"Nih, cobain deh." Alvaro menerima sodoran sepiring bolu, kemudian duduk di sofa.

"Enak?"

Alvaro mengangguk.

"Besok bikin bolu apa lagi ya?" tanyaku pada diri sendiri.

"Nggak ada kerjaan ya?" Aku menoleh nyengir.

Alvaro merebahkan kepalanya di pahaku. Spontan, aku mengelus rambutnya dengan sela-sela jari tanganku. Tersenyum samar ketika mata kita saling berpandangan.

"Kenapa?" tanyaku.

"Capek banget."

"Mau teh? Kopi?"

"Bir." Aku melengos membuat Alvaro tertawa.

"Tumben tadi pulangnya agak lama. Biasanya jam satu kurang udah nyampe."

"Ke resto dulu. Ketemu Vidi," jawab Alvaro.

"Al, Sofi gimana kabarnya?" tanyaku.

Alvaro yang hendak memejamkan mata kembali terbuka. "Lah, lo kan temennya. Masa nanya gue?"

Aku nyengir. "Ya kan kamu satu kelas? Pasti tau kabar dia."

"Kenapa nggak langsung tanya di chat aja?" Aku menghela napas.

"Yaudah, nggak usah dijawab."

"Baik. Setiap hari balik sama Iqbal mulu. Ke kantin berdua. Ke mana-mana berdua." Aku tertawa.

HAPPY STORY [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang