bacanya pelan pelan ya jangan ngebut🙂
btw, jam segini ada yg baca ga yaa🤔
Happy story reading💗
•
•
karma itu nggak akan mengkhianati.
Dan hukum alam itu nggak akan membohongi.•
•
Aku dan yang lain berlari-lari kecil dari parkiran menuju ruang ICU. Aku melihat jelas kecemasan di wajah mereka. Salah satu perawat mengantar sampai depan persis pintu ICU.
Aku terdiam di ujung lorong. Wanita itu, ada di sana. Dia berlari ke arahku. Namun bukan untuk menghampiriku. Dia menghampiri Alvaro, lantas memeluknya erat.
Yang lain tengah berdiri di depan pintu dengan celah kaca kecil di tengah pintu. Aku menelan saliva. Mengembuskan napas pelan berusaha menenangkan diri. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk marah. Aku berjalan cepat, meninggalkan Alvaro dan Amanda yang masih berpelukan. Sekilas kudengar Alvaro memanggilku. Namun, aku tidak memperdulikan panggilannya.
Aku meminta Ricca untuk bergeser sedikit. Sial, kaca itu terlalu tinggi untukku. Aku menjinjit, berusaha bisa menatap Raffa terbaring di sana. Terbaring lemah, dengan perban yang mengitari kepalanya. Juga Nasal Kanul yang menempel di hidungnya. Di bagian pergelangan tangan dan lututnya juga diperban sekaligus jempol kaki kanannya. Aku bergedik ngeri, tidak bisa membayangkan rasa sakitnya.
"Kenapa Raffa bisa sama lo?" Aku menoleh ketika Sara berbicara.
"Kenapa Raffa terluka dan lo nggak?" tanya Rian dengan nada agak kesal.
"Man, daritadi lo belum jawab pertanyaan kita. Lo cuma bilang Raffa kecelakaan, tapi nggak ngasih tahu apa sebabnya. Sekarang gue yang tanya. Kenapa Raffa bisa kecelakaan?" Ricca bertanya lebih tegas.
Amanda mengusap air matanya. Dalam sesegukan, dia berusaha menjawab, "Semalam dia mabuk berat. Berkali-kali gue udah bilang jangan terlalu banyak, tapi dia malah nampar gue di bar. Gue marah dan langsung balik, dan besok paginya dia datang ke rumah gue. Dan di depan rumah, dia abis gue tamparin balik karena gue ngerasa gue udah dibikin malu sama dia. Hiks ... hiks. Gue ribut di depan rumah sama dia. Dia ngebanting vas bunga, trus pergi bawa motornya kencang banget. Walaupun gue kesal, tapi gue juga punya rasa cemas. Gue susulin dia. Di perempatan, dia nerobos lampu merah. Dan ketabrak mobil trus keseret. Gue nggak sempat ke sana, karena gue di dalam mobil. Gue harus parkir buru-buru baru nyamperin dia. Saat gue lihat, dia udah nggak sadarin diri."
Aku membungkam mendengar tutur penjelasan Amanda. Yang ada di pikiranku sekarang adalah kondisi Raffa. Aku tidak perduli tentang apa yang membuatnya bisa bersama di bar. Hal itu tidak terpikirkan olehku.
Miguel menarik lenganku, mengisyaratkanku untuk duduk. Aku menyetujuinya. Dia duduk di sampingku. Aku menunduk, lemah. Pikiranku berkecamuk. Dalam hati, doaku selalu kutujukan untuknya. Aku berharap, dia akan selamat. Kalau saja Miguel tahu bahwa Raffa adalah ayah dari anakku, mungkin saja dia akan bersikap acuh pada Alvaro.
Aku mendongak sedikit, menatap Amanda dan Alvaro yang sudah duduk di kursi berseberangan denganku. Rasa sesak bercampur. Entah kenapa laki-laki yang berurusan denganku, berurusan juga dengan Amanda.

KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY STORY [SUDAH TERBIT]
RomanceNovel Happy Story sudah bisa dipesan! Ikutan juga Pre-order keduanya pada tanggal 18 Januari 2022. Semua berubah ketika aku dinyatakan : hamil. Kenyataan pahit itu harus kuterima walau sakit yang mendalam. Namun, semua kembali berubah ketika dia, m...