HAPPY 26

74.2K 5.4K 364
                                    

Selamat membaca teman-teman🤗

"WOI! ITU APAAN!! SETAANN!!!!!"

Aku menoleh ke belakang, mengikuti arah tunjuknya. Alvaro berlari lebih dulu, meninggalkan aku dengan wajah panik.

"AAAAAAAAAAA!!!!!"

Aku berlari secepat mungkin menyusul Alvaro yang sudah berada di bagian tengah anak tangga. Aku benar-benar takut. Ini bukan bohongan, apalagi dibuat-buat. Tanpa memperhatikan langkah, kakiku tersangkut satu anak tangga sehingga membuat aku terpeleset kemudian jatuh sampai turun dua anak tangga. Itupun bisa terjadi lebih jika aku tidak segera berpegangan dengan pagar tangga.

Bugh!

"Aww!!" teriakku.

Alvaro menoleh ke belakang, kaget. Ia segera turun menghampiriku. Alvaro hendak menggendongku, namun tangannya kutepis karena perutku mendadak sakit.

"Kenapa?!" tanyanya dengan wajah panik.

"S-sakit Al," jawabku sambil meringis.

"Yaudah ayo ke rumah sakit!" serunya sambil menarik tubuhku untuk digendongnya.

Aku tidak mengelak, ini memang benar-benar sakit. Alvaro berlari menuju kamar, mengambil kunci mobil, kemudian pamit ke Pak Maruf.

Selama di perjalanan, aku hanya meringis menahan sakit. Merubah-rubah posisi duduk guna meredakan sakit.

Kondisi jalan sangat mendukung. Alvaro memilih menuju klinik terdekat, mengurung ke rumah sakit karena cukup jauh.

"Gimana, Dok?" tanya Alvaro ketika Dokter baru saja keluar dari pintu.

"Alhamdulillah, semua baik-baik saja. Silahkan masuk dulu," pintanya, Alvaro mengangguk.

"Clarissa ini hamil muda. Jadi rentan untuk kondisi bayinya. Kalau tidak dijaga hati-hati bisa bahaya. Apalagi jatuh dari tangga. Itu bisa berakibat fatal untuk si bayi. Penjagaannya harus lebih ekstra lagi ya, Pak."

Alvaro menelan ludah susah payah saat mendengar kata "Pak" untuknya. Kemudian mengangguk dan mendengarkan sedikit penjelasan lebih mengenai kehamilanku.

Mobil melesat cepat menembus ramainya jalan malam hari dengan keheningan yang terus melanda ruangan mobil. Aku hanya diam menatap ke arah kaca jendela, sedangkan Alvaro fokus menatap jalan.

Pak Maruf langsung membuka gerbang ketika Alvaro memencet klakson. Aku membuka seatbelt kemudian hendak turun dari mobil.

"Bisa?" tanya Alvaro, aku mengangguk kecil.

Setelah bersih-bersih, aku langsung merebahkan tubuh di kasur. Sekarang sudah hampir jam dua malam. Mau tidur, tapi tidak bisa. Aku sudah tidak mengantuk. Yang ada dipikiranku sekarang adalah kejadian tadi. Aku tidak bisa membayangkan jadinya jika aku mengalami hal yang tidak kuinginkan. Sebenci apapun aku dengan keadaan, tapi aku menyayangi bayi yang ada di perutku. Dia tetap anakku.

Alvaro keluar dari kamar mandi, kemudian duduk bersandar di ranjang. Otomatis aku langsung merubah posisi menyamainya. Kemudian saling diam.

"Gue minta maaf," ucap Alvaro memecah keheningan.

Aku menoleh, menatapnya dengan wajah getir. Alvaro tidak perlu minta maaf. Harusnya aku yang tidak mengusulkan untuk menonton film horror padahal aku takut. Ini tetap salahku.

"Kamu nggak salah," jawabku.

Setelah itu hening. Aku memutuskan untuk memaksakan tidur membelakangi Alvaro yang masih bersandar di ranjang.

HAPPY STORY [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang