Anya terbangun karena merasa haus dan betapa terkejutnya karena jam sudah menujukkan pukul 09:00 malam.
Anya pun melihat ke samping dan mendapati Fano yang masih sedang tertidur, ternyata mereka tertidur
dari pulang kampus sampai malam.Lalu ia membangunkan Fano karena takut terlalu malam untuk kembali kerumah.
Karena kesal dengan Fano yang tidak bangun bangun, Anya pun mendapatkan ide yang menurutnya bisa membuat Fano terbangun.
Dengan perlahan ia mendekatkan
wajahnya dengan wajah FanoCup
Anya mencium pipi Fano dan berhasil membuat Fano terkejut dan langsung terbangun dari tidurnya.
"Ulangin sekali lagi, please!" ucap Fano memohon.
"Gak ada pengulangan Mas, ini udah malam banget, nanti mamah nyariin gimana, kita juga belom makan. Kamu pasti lapar kan? Aku masakin ya?" ucap Anya setengah panik namun Fano kembali ke dalam selimutnya
"MASSS!!" ucap Anya kencang, tapi tak ada jawaban.
Anya hanya mendengus kesal melihat kelakuan suaminya, akhirnya ia memutuskan untuk memasak makan malam untuk Fano serta dirinya.
Setelah dirasa semuanya cukup, Anya kembali ke kamarnya untuk
mengajak Fano sarapan."Mas, ayo cepetan makan dulu" teriak Anya kesal.
Fano hanya menjawab dengan gumaman yang tidak jelas dan itu berhasil membuat Anya semakin kesal.
"Kalo kamu gak bangun juga, jangan harap kamu bisa aku cium lagi!!" ucap Anya lalu meninggalkan
Fano.Namun, tiba-tiba Fano menarik tangan Anya."Apa lagi sih?!" ucap Anya yang masih dalam keadaan kesal.
"Ya udah deh, ayo kita makan" ucap Fano.
Mereka berdua sarapan dengan diiringi obrolan obrolan kecil.
"Mas, ini sebenernya privasi kamu, tapi aku penasaran. Aku boleh nanya gak?" ucap Anya gugup.
"Tanya apa?" ucap Fano santai.
"Sebenarnya kamu itu kerjanya apa aja sih, maksud aku kenapa kamu asal di kelasku selalu masuk tapi di kelas lain katanya jarang masuk?" ucap Anya.
Benar, bukan sekali dua kali Anya mendengar cerita itu, Fano memang jarang hadir ketika ada kelas lain namun ketika di kelas anya, ia selalu hadir bahkan tak pernah telat sedetik pun.
"aku CEO merangkap dosen, sebenernya cuma iseng aja sih. Mau liat kamu" goda Fano.
"Aku seriusss"
"Aku dua riuss"
"Iih tau ah, aku males" ucap Anya.
"Mengenai skripsi kamu" ujar Fano yang membuat Anya mengalihkan tatapannya menatap Fano.
Jujur saja jika mengenai skripsi pasti aura Fano langsung berbeda.
"Kenapa mas?"
"Aku kan dospem kamu, mau mulai kapan?" Tanya Fano sambil menyantap kembali makanannya.
"Kapan aja bisa, kan serumah"
"Iya juga ya"
"Enaknya punya suami dosennn" ucap Anya dengan nada panjang.
_____
"Malam mah," ucap Fano.
"Eh, kalian udah pulang!!" ucap mamah Anya.
"Iya Mah," ucap Anya.
"Rencananya, kapan kalian akan pindah?" ucap mamah Anya.
"Lah mamah udah tau?" Tanya Anya, lagi lagi hanya ia yang tau belakangan.
Mamah hanya mengangguk anggukan kepalanya menjawab pertanyaan Anya.
"Besok mulai nyicil barang barang sih mah, Mamah mau ikut?" ucap Fano.
"Nanti Mamah nyusul aja sama Papah. Ya sudah lebih baik kamu siapkan barang-barang yang ingin kalian bawa," ucap mamah Anya.
"Baik Mah, kita permisi dulu," ucap Fano.
"Iya," ucap mamah Anya.
Anya dan Fano masuk ke kamarnya dan Anya mulai menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa.
Di tengah-tengah kesibukannya, Fano tiba-tiba memeluk Anya dari belakang.
"Jangan bawa terlalu banyak Anya!" ucap Fano.
"I-iya, gak banyak kok," ucap Anya gugup, ia belum terbiasa dengan sikap Fano yang tiba tiba ini.
Lalu Fano melepaskan pelukannya lalu berjalan ke hadapan Anya dan ia pun menatap Anya.
"Kita kan memulai kehidupan baru, jadi kalo nanti kamu kesal atau marah, kamu gak boleh mendam sendiri, karena bahagia kamu bahagiaku juga dan sedihmu juga sedihku juga" ucap Fano sungguh-sungguh.
Anya tidak bisa berkata kata lagi, ia sangat terharu mendengar pernyataan Fano.
Anya langsung memeluk Fano.
"I'm lucky to know you and I hope you'll always be by my side forever" ucap Fano
"I'll do" ucap Anya bahagia.
Mereka tidak menginap, karena mereka memutuskan untuk langsung ke apartemen karena ada beberapa barang yang harus di tata.
Padahal Fano tadi bilang besok saja namun kata Anya, lebih cepat, Lebih baik.
Setelah menyiapkan semuanya, Fano dan Anya pamit untuk pergi menuju tempat tinggalnya yang baru, menaruh beberapa barang yang sudah ia kemas.