"Seriusan tadi Anya nembak bodyguard penculiknya?!" tanya Mia histeris setelah mendengar cerita
Fano.Tian, Reza, dan Risa juga tak kalah terkejut tentang kebenaran yang baru mereka ketahui.
Sedangkan sang pelaku hanya tersenyum kikuk dan menggaruk
tengkuknya yang tidak gatal.Fano menatap sang istri yang bermaksud untuk segera menceritakan semuanya kepada mereka.
Ini kenapa jadi kaya disidang sih gue
"Anyaa cepetann gue penasaran!" ucap Risa yang sudah tak sabar mendengarkan penjelasan sahabatnya.
Nggak, sekarang mereka harus tau siapa gue sebenarnya, tapi gimana cara ngalihin topik pembicaraannya yaa
Anya menarik nafas.
"Tadi tuh, kan kalian jalan duluan ..." ucap Anya yang sengaja dihentikan olehnya.
"Terus?" ucap Mia dan Risa bersamaan.
"Cieee kompak banget," ujar Anya sambil tertawa.
"Anya, kita lagi serius!" ucap Tian.
"Jangan serius-serius Kak, soalnya nanti kalo udah serius terus tiba-tiba ditinggalin gitu aja, kan sakit hati"
ucap Anya yang masih berusaha mengalihkan topik pembicaraan.Anya melakukan ini agar mereka semua tak khawatir tentang keadaannya karena ia tahu kalo mereka juga sedang ada masalah sendiri dan Anya tidak mau
menambah beban mereka terutama suaminya."Ck sumpah ya Anyaa, kita lagi serius. Jangan bercanda cantikk" ucap Reza yang penasaran dan mulai kesal.
"Iya Reza gantenggg, kan udah gue bilang jangan serius-serius ah" ucapnya sambil terkekeh.
"Sayang, jelaskan semuanya dan stop bercanda!" ucap Fano yang sudah kesal karena Anya yang dari tadi
mencoba mengalihkan pembicaraan.Anya terdiam ketika mendengar nada suara Fano yang terkesan serius.
Tiba-tiba Anya mempunyai ide bagus yang pasti akan bisa membuat mereka melupakan pembicaraan ini."Hiks ... hiks ... hiks ..." isak Anya tiba-tiba.
Melihat Anya yang tiba-tiba menangis membuat mereka semua yang ada di ruangan mengeryit heran, seolah dari tatapannya berarti.
"Kenapa dia menangis?"
Fano menghela nafas lalu membawa Anya ke dalam dekapannya."Kamu marah sama aku?" ucap Anya yang masih terisak.
"Aku gak marah, tapi aku cuma mau kamu jelasin ke kita semua. Apa yang terjadi sama kamu dan soal kenapa kamu bisa menggunakan pistol? Udah itu aja sayang" jelas Fano panjang lebar tetapi dengan nada yang lembut.
"Yaudah aku ceritain semuanya, tapi dengan satu syarat!" ucap Anya yang membuat mereka semua yang
berada di ruangan itu melihat ke arahnya."Apa syaratnya?" tanya Fano, Tian, Reza, Mia, dan Risa secara bersamaan.
Anya berusaha menahan tawanya ketika melihat kekompakan mereka semua.
"Mas Fano tolong beliin aku pizza rasa stroberi, Ka Tian tolong beliin aku kebab ayam, Reza tolong beliin
aku kaos warna pink muda yang tulisannya „anak mamah dan papah‟ lalu kalo udah dibeli kaos itu harus
dipake sama kamu. Mia dan Risa tolong beliin aku ice cream rasa anggur yang dicampur sama susu, udah itu aja," ucap Anya santai."WHAT?!" ucap mereka yang lagi-lagi secara bersamaan.
"Mana ada pizza rasa stroberi sayang?" ucap Fano yang menyadari bahwa permintaan Anya terkesan aneh.
"Nahh bener, lagian di mana coba yang jual kebab rasa ayam?" lanjut Tian.
"Lo semua masih mending suruh beliin makanan, lah gue disuruh beli kaos warna pink dengan tulisan
yang aneh terus dipake lagi," ujar Reza kesal."Mana ada ice cream anggur dicampur susu coba?!" ucap Mia.
"Lo serius nyuruh kita semua buat nyari itu?" lanjut Risa.
"Kalo kalian gamau ya udah gapapa, tapi aku gak akan ceritain semuanya ke kali—" ucap Anya yang terpotong oleh ucapan mereka semua.
"OK, KITA PERGI!" ucap mereka secara bersamaan dan langsung pergi mencari barang yang Anya mau.
Setelah kepergian mereka, Anya tertawa terbahakbahak setelah puas mengerjai mereka semua.
"Baby kita liat ya daddy, uncle sama auntymu berhasil gak ya mencari semua yang mommy mau hahaha" Ujar Anya sambil mengelus perutnya pelan.