43 | punishment

13.6K 468 20
                                    

Lagi-lagi Fano menghela nafas frustasi melihat sikap Anya menjadi banyak bicara. Entah kesalahan apa
yang dirinya perbuat hingga Anya sangat marah kepadanya.

"Kamu tuh kenapa sih?" tanya Fano yang sudah jengah karena melihat Anya marah-marah.

"Kamunya tuh yang kenapa?!" tanya Anya balik dengan nada membentak.

"Whatever!" kata Fano lalu bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya menuju kamar.

Anya segera menyusul Fano. Tak lupa ia juga membawakan makanan untuk suami tampannya itu.

"Mas?"

"Hmm"

"Mas."

"Hmm"

"Ck! Berhenti dulu sih main hp-nya!"

"Hmm, kenapa?"

"Kamu marah kenapa?"

Fano berdecak kesal ketika mendengar pertanyaan dari Anya, apakah istri tercintanya itu tidak mengerti bahwa dirinya sedang marah? Sungguh menyebalkan.

"Kita ke suatu tempat yuk!" ajak Anya.

Fano menoleh kearah Anya.

"Ke mana?" tanyanya.

"Kepo, udah ayo cepet!" ujar Anya yang tak sabaran.

"Aku ambil jaket dulu," ucap Fano.

"Ayay captain!" ucap Anya.

Anya berjalan menuju meja riasnya untuk memoles wajahnya dengan make up tipis.

____

Mereka sudah sampai di sebuah mansion besar yang Fano sendiri tidak ketahui siapa pemilik mansion
ini.

"Ayo turun!" ajak Anya.

Fano hanya mengangguk pelan dan langsung keluar dari mobil.

"Ini rumah siapa sayang?" jawab Fano.

"Rumah aku" ujar Anya lalu mengandeng tangan Fano.

Ketika Anya dan Fano melewati pintu utama, para bodyguard yang berjaga di sana menunduk dan memberi hormat pada Anya dan Fano. Ketika sudah sampai di ruang tamu, Fano melihat seorang laki-laki yang ia
ketahui bernama Frans sedang tersenyum manis kearah Anya.

Anya mengajak Fano untuk mengikutinya menuju Frans.

"Apa kabar my princess?" sapa Frans lalu memeluk Anya.

"Fine bro" jawab Anya.

"Ehem!" Fano berdehem ketika melihat istrinya yang terlihat sangat nyaman berada di pelukan Frans.

"Ups! Ada pawangnya," ucap Frans terkekeh.

Frans berjalan ke arah Fano dan tersenyum.

"Gue Frans, kakaknya Anya. Tapi bukan kandung sih" Frans berkata dengan santai.

"Gue Fano," ujar Fano ramah.

"Dia di mana?" tanya Anya pada Frans.

"Di ruangan biasa" jawab Frans.

"Ayo!" ucap Anya.

Fano hanya berjalan mengikuti Anya dan Frans tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ternyata Anya dan Frans membawanya ke ruangan
yang berada di bawah tanah.

Ia sudah tahu itu ruangan
apa karena banyak senjata yang tersusun rapih bagaikan
berlian yang sangat amat dijaga.

"Selamat datang Boss" sapa salah satu bodyguard menyambut kedatangan mereka bertiga.

Setelah sampai di ruangan yang dimaksud Anya dan Frans, mata Fano terbelalak kaget melihat seseorang yang ia kenali. Lalu Anya mengajak Fano untuk mendekati seseorang itu.

"Gimana? Di sini enak, kan?" tanya Anya dengan nada sinis.

Bitch, desis seseorang itu.

"Wow Frans, dia ternyata masih berani denganku," ucap Anya pada Frans yang sedang memegangi Aletta.

Fano cukup terkejut atas perubahan sikap Anya, tapi bisa ia memaklumi itu.

"Fano tolong aku!" ucap seseorang itu pada Fano dengan nada yang memelas.

Sebetulnya Fano tidak tega, tapi bagaimana pun ini sudah keputusan Anya, ia tidak berhak menentangnya.

"Masih berani lo minta tolong sama suami gue?‖ tanya Anya kesal.

"Lo gak usah sok jadi yang paling tersakiti bitch!" ucap Aletta, yaps seseorang itu adalah Aletta

Setelah kejadian rusuh di acara Anya, akhirnya Aletta dibawa oleh Frans ke markas.

"Gue pastiin lo akan menyesal!" ujar Anya.

Anya menyuruh anak buahnya untuk memutarkan sebuah rekaman video yang berhasil membuat Aletta takut. Video itu berisi di mana detik-detik Bastian di tembak oleh Anya.

"Maafin gue," ucap Aletta.

"Gue udah maafin lo, tapi lo harus tetap bayar ini semua!" telak Anya.

Fano menerima pistol yang diberikan olehnya. Anya menyuruh Fano untuk langsung menembakkan timah panas ke Aletta.

"Harus aku?" tanya Fano yang tidak tega.

"Ya iyalah, dia ‗kan mantan kamu!!" ujar Anya.

Anya merasa jengah melihat sikap Fano yang terlampau sangat baik.

"Ucapkan selamat tinggal Nona Aletta dan satu lagi, kau salah mencari musuh," ejek Anya.

"Anya maafin gue, Fano gue mohon!" ucap Aletta.

"Sekarang!!" perintah Anya pada Fano tanpa memerdulikan kata maaf dari Aletta.

"Aku enggak bisa ngelakuin ini," ujar Fano.

Sungguh! Ia sangat kasihan melihat Aletta yang sudah sangat berantakan.

"Kenapa?" tanya Anya.

"Aku enggak tega," jawab Fano to the point

"Kalo kamu ga tega biar aku aja, mungkin rasa sayang kamu lebih besar untuk dia dari pada untuk aku!" ujar Anya.

"B-bukan gitu maksud aku." Fano yang merasa salah bicara.

"Benerkan?!" kata Anya marah.

"Sayang aku gak bermak—" ucap Fano terputus.

"Sekarang!" titah Anya.

DOR ...

Fano langsung menembakan peluru itu pada Aletta. Seketika Aletta tumbang diiringi rintihan sakit yang
berada di dadanya, karena Fano menembak Aletta tepat di dadanya.
Anya tersenyum puas melihat aksi Fano.

Lalu Anya berjalan mendekati aletta yang sudah sekarat "Ini semua balasan yang pantas buat lo dan gue
udah maafin lo, tapi gue gak akan pernah bisa ngelupain apa yang lo lakuin ke gue, inget itu!!" ucap Anya
dengan nada yang sedikit sinis.

"M-maaf-fin g-gu-e A-ny-nya," ujar Aletta tergagap karena menahan rasa sakit dan setelah itu Aletta menutup matanya untuk selama-lamanya.

just a little story from: ANYA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang