Anya merasa emosi ketika melihat suaminya dijebak, ia segera menyusul Aletta. Ketika telah sampai di
belakang Aletta, Anya langsung menarik tangan Aletta
hingga tubuh Fano hampir terjatuh.Plakk
"Dasar wanita murahan?! Apa lo ga cukup melihat gue menderita hah?!" ucap Anya yang emosinya sudah
meledak-ledak. Aletta hanya tersenyum sinis melihat kemarahan Anya."Dari awal itu Fano emang milik gue dan lo hanya penganggu!!" teriak Aletta.
Anya segera mengambil alih tubuh Fano yang sudah dipengaruhi obat tidur dan langsung membawanya
ke mobil.Di dalam mobil, Anya hanya tersenyum miris ketika mengingat kembali kata-kata Aletta yang menegaskan bahwa dirinya adalah sebatas pengganggu.
Ia menatap wajah Fano. "Kamu bodoh Mas, kamu bodoh!! Kenapa kamu gampang terpancing oleh Aletta," ucap Anya.
Fano salah, ia tidak hati hati bertemu aletta terlebih lagi ia sendirian. Bagaimana jika tadi tidak ada Anya?
Setelah itu, Anya mengendarai mobilnya menuju apartemen. Di sepanjang jalan, Anya hanya menangis meratapi nasibnya. Rasanya seolah-olah takdir sedang
mempermainkannya, Anya akan tetap bertahan hingga Aletta hancur karena dirinya sendiri.Persetan dengan seluruh rencana Fano. Aletta semakin menjadi jadi jika ini bersangkutan dengan Fano. Ia juga tidak mau Fano dalam bahaya hanya karena nya.
Anya segera membawa Fano masuk ke dalam kamarnya dan langsung membaringkan tubuh Fano.
Anya mengambil ponselnya dan menelpon seseorang."Siapkan jet pribadi saya besok karena saya ada urusan di luar negeri," ucap Anya kepada seseorang di telpon.
Menurutnya, jauh dari Fano mungkin lebih baik daripada suaminya terus menerus berada dalam ancaman.
Setelah itu, Anya terlelap dalam posisi duduk di sofa yang berada di samping ranjangnya.
___
Fano terbangun dari tidurnya dan meraba-raba bagian sampingnya namun tidak menemukan Anya.
Fano tersentak kaget dan langsung duduk di atas ranjangnya,
ia melihat pakaiannya sudah tersusun rapih untuk ia kenakan hari ini.Fano mengira jika Anya telah
berangkat ke kampus, Ia segera menuju kamar mandi untuk melakukan ritual paginya.Setelah selesai mandi, Fano segera menuju ruang makan dan ternyata Anya sudah menyiapkan sarapan
untuknya. Selesai sarapan Fano segera berangkat ke kantor._
"Nona Anya!" ucap seseorang yang tak lain adalah Rico yaitu orang kepercayaan Anya.
"Ah iya ada apa?" ucap Anya yang tersadar dari lamunannya.
Rico memberi tahu jika jet pribadinya akan berangkat dalam waktu sepuluh menit lagi.
Anya dan Rico segera berjalan menuju Jet pribadi milik Anya,
Anya Masih sibuk dalam lamunannya.Sesampainya di dalam jet pribadi miliknya, Anya langsung disambut dengan istimewa oleh orang-orang
kepercayaannya.Tak beberapa lama kemudian, jet
pribadi Anya mulai lepas landas. Anya pun menatap Kota Jakarta dari ketinggian.Seketika air mata Anya menetes ketika mengingat kembali peristiwa kemarin. "Maafin aku mas kalo terkesan kabur, tapi aku rasa menjauh sebentar itu lebih baik daripada kamu dalam bahaya terus menerus" ucap Anya pelan sambil menatap awan-awan.
Dia juga berhak untuk menyendiri dulu, maka dari itu ia memutuskan untuk pergi sementara.
Ingat. Sementara.
_____
Sejak pagi Fano sibuk dengan pekerjaannya. Karena terlalu serius, Fano tidak menyadari kehadiran Tian.
"Woy bro!!" ucap Tian sambil menepuk bahu Fano.
Fano hanya membalas dengan deheman sambil menutup laptopnya.
"Oh iya, gimana sama rencana lo kemarin?" ucap Tian yang memang sudah mengetahui rencananya.
"Gue dijebak lagi dan lo tau ada cewek yang nolongin gue sampe apartemen," ucap Fano santai.
Tian langsung membelalakan matanya mendengar jawaban Fano, "Kalo kemarin lo dianterin sama cewek sampe apartemen, berarti cewek itu ketemu sama Anya
dong?" ucap Tian yang berhasil membuat Fano terkejut."Shit!! Pasti Anya salah paham!" ucap Fano panik.
"ini alasan Anya berangkat kuliah lebih awal?"
"Maksud lo?" ucap Tian tidak mengerti akan ucapan Fano.
Lalu Fano menceritakan kejadian tadi pagi pada Tian dan berhasil membuat Tian terkejut.
"Mati deh lu bro!! Bakalan ada perang dunia nih pasti," ucap Tian serius.
Dengan cepat Fano mengambil ponselnya dan menekan nomor Anya. Sudah berkali-kali Fano menelfon Anya namun tidak ada jawaban sama sekali dan itu berhasil membuat Fano panik.
Yaiyalah, bini lo lagi di langit juga aelah.
Bagaimana jika dia salah paham? Jika dia marah? Jika dia membenciku? Argh rasanya Fano ingin mati.