35 | he died

15.6K 498 2
                                    

Anya sedang menyusuri lorong rumah sakit untuk menuju ke ruangan Fano yang berada di ujung lorong.

Ketika sudah mulai mendekat, dari kejauhan anya melihat Tian dan Reza yang sedang berbicara hal yang
serius. Anya mempercepat langkahnya, firasatnya sudah tidak enak sejak tadi ia melangkahkan kaki menuju ruangan Fano.

"Mas Fano kenapa?" ucap Anya pada mereka.

Mereka berdua hanya diam tanpa menjawab pertanyaan Anya.

"Mas Fano kenapa Reza?!" tanya Anya yang mulai emosi karena tidak mendapatkan jawaban.

"Fano ...," ucap Reza yang menggantung.

"Mas Fano kenapa Kak?! Jawab!" sentak Anya.

"Kita gak sanggup bilangnya, mendingan lo masuk aja," ucap Tian dengan raut wajah sedih.

"Sebenarnya kalian kenapa sih?! Mas Fano baik-baik aja kan!" ucap Anya.

"Mendingan lo liat sendiri aja deh," perintah Reza.

Anya langsung masuk ke dalam ruangan Fano dan langkahnya terhenti.

Anya langsung terduduk lemas ketika melihat tubuh Fano yang sudah ditutupi kain putih. Tangisnya
pecah, rasanya dunianya hancur dalam sekejap.

Dengan keadaan yang masih terisak, Anya mendekat kearah
jenazah Fano. Rasanya ia tak menyangka jika Fano pergi meninggalkannya secepat ini.
Anya memeluk Fano sambil terisak kencang.

"Kenapa kamu tinggalin aku Mas?!"

"Kamu bilang, kamu akan selalu bersamaku."

"Bangun Mas, bangun!"

"Mas!" ucap Anya sambil terisak.
Lalu dokter masuk ke dalam ruangan Fano dan berusaha menenangkan Anya.

Tian dan Reza pun langsung masuk ketika mendengar teriakan histeris Anya.

"Ikhlasin Fano ya," ucap Tian sambil memeluk Anya yang sudah ia anggap seperti adik kandungnya sendiri.

Reza menangis melihat sahabatnya yang terbujur kaku.

"Jenazah pasien akan segera dikuburkan dan sebaiknya segera diurus administrasinya," ucap dokter tersebut.

Mendengar ucapan dokter, semakin membuat tangis Anya semakin pecah
.
"Gak?! suami saya masih hidup, Dok! dia belom pergi!" ucap anya sambil memeluk jenazah fano.

"Anya harus ikhlas, ikhlaskan kepergian Fano ya," ucap Tian sambil mengusap lembut punggung Anya.

"Mas Fano cuma tidur, Kak! Dia belum pergi? Kenapa kalian bilang Mas Fano meninggal!" ucap Anya.

"Ikhlasin Anya, ikhlasin!" ucap Reza agak membentak supaya Anya sadar dan mengikhlaskan kepergian sahabatnya.

"Kalo kalian nganggap Mas Fano udah gak ada. Ok, sekarang juga Anya akan menyusul Mas Fano!" ucap
Anya lalu menusukkan pisau ke perutnya.

just a little story from: ANYA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang