Anya terbangun dari tidurnya dengan nafas yang memburu, ia masih ingat mimpi buruk yang ia dapatkan. Diraihnya ponsel yang berada di nakas samping tempat tidurnya, lalu ia mencari nomor Tian untuk mencari tahu keadaan Fano.
Tadi saat pulang dari mansion, Anya tidak jadi kembali ke rumah sakit, ia memutuskan untuk kembali
ke apartemen untuk mengambil beberapa pakaian, namun tanpa sengaja ia malah terlelap"Halo Kak Tian," ucap Anya ketika panggilan telponnya terhubung
"Iya kenapa Anya?" sahut Tian di sebrang sana.
"Gimana keadaan Mas Fano?" ucap Anya.
"Masih sama seperti saat kamu pergi, kenapa emangnya?" ujar Tian.
"Aku mimpi buruk," jelas Anya yang merasa hatinya mulai sesak jika mengingat kembali mimpi itu.
"Mimpi apa?" tanya Tian penasaran.
"Mimpi kalau Mas Fano—" ucap Anya yang terpotong karena teriakan Reza yang berada di samping Tian
"Tian! Itu lihat Fano astaga?!" ucap Reza yang berada di samping Tian.
Anya yang mendengar suara Reza langsung bertanya keadaan Fano.
"Mas Fano kenapa?!" tanya Anya mulai panik.
Panggilan telepon Tian terputus tanpa menjawab pertanyaan dari Anya.
_____
Anya sangat khawatir akan keadaan Fano di rumah sakit, tetapi ia juga harus memikirkan buah hatinya
dengan Fano yang saat ini sedang berada dalam kandungannya.Anya bersiap-siap untuk menuju rumah sakit. Ia tak lupa membawa keperluan Fano dan dirinya.
Anya langsung menjalankan mobilnya menuju rumah sakit.
Tadi orang tuanya beserta kedua mertuanya sudah memberitahu dirinya jika mereka telah sampai di rumah sakit.
Anya langsung masuk ke dalam ruangan Fano, ia terkejut saat ranjang pasien yang biasa ditiduri Fano
kosong. Dengan panik, Anya langsung menelpon nomor kedua orang tuanya namun tidak diangkat, begitu
juga dengan Tian dan Reza.Anya terduduk lemas sambil menangis, ia takut Fanonya kenapa-napa.
Namun, tiba-tiba
"Happy birthday Anya, happy birthday Anya!" ucap seseorang dari belakang Anya.
Tanpa mencari tahu siapa pemilik suara itu, Anya langsung berbalik dan memeluk seseorang itu.
"Aw," ucap Fano yang mendapat pelukan secara tiba-tiba dari Anya.
Anya sangat bahagia ketika melihat suaminya telah kembali seperti semula.
"Ehem," tegur kedua orang tua Fano dan Anya serta teman-temannya ketika melihat adegan romantis di
depannya.Lalu Fano menatap wajah Anya dalam.
"I miss u so much" ungkap Fano lalu mengecup kening Anya.
Anya tak menjawab, hari ini ia sangat bahagia karena orang yang paling ia cintai sudah berada di hadapannya sekarang.
Fano berlutut di hadapan perut Anya. "Hai baby apa kabar? Kangen gak sama dady tampanmu ini?" tanya Fano kepada bayi yang berada di dalam perut Anya.
"Aku kangen sama Dady kok," ucap Anya yang menirukan suara anak kecil.
Lalu Tian dan Reza menghampiri mereka. "Gimana akting gue?" tanya Reza pada Anya.
"Kamu tau gak si, aku hampir jantungan!" ucap Anya kesal pada Reza.
Anya sangat lega, karena Fano tidak butuh waktu yang lama untuk melewati masa kritis nya, cuma satu hari. Sangat ajaib.
"Seenggak siap itu ditinggalin Fano?" celetuk Tian.
"Sebenarnya sih aku cuma akting, lagian kalo aku ditinggalin Mas Fano juga gapapa, kan hartanya jadi
punya aku," ucap Anya bercanda."Apapun untukmu sayang," balas Fano. Lalu mereka semua tertawa.