Fano segera menyambar jas dan kunci mobilnya lalu keluar ruangan untuk pergi menuju apartemennya
dan meninggalkan Tian yang masih terdiam.
"Nasib jomblo gini amat si, apa-apa ditinggal mulu! Dede kesel deh jadinya," guman Tian
Selama perjalanan menuju apartemen, pikiran Fano
pun tidak tenang. Ia takut Anya salah paham lagi dengannya.Setelah sampai di apartemen, Fano pun mencari keberadaan Anya namun hasilnya nihil karena
ia tidak menemukan keberadaannya.Lalu ia mencoba menelfon Anya kembali, tetap saja tidak ada jawaban.
Fano teringat akan kamera yang ia pasang, ia segera mengecek rekaman camera itu. Di sana terlihat Anya
pergi dengan penampilan yang sangat rapih dan rupanya ia sudah ditunggu oleh seorang pria di ujung lorong.
Fano mengepalkan tangannya melihat kepergian Anya, setelah itu ia menelfon kedua sahabatnya untuk
mencari tahu ke mana Anya pergi.____
Seorang wanita cantik sedang berjalan menuju ke salah satu restoran yang berada di Negara Jepang.
Pesona kecantikannya membuat semua pengunjung yang melihatnya
seakan-akan terhipnotis dan jatuh kedalam pesonanya.
Dia adalah Anya, wanita yang membuat Fano selama satu bulan ini menjadi gila karena merindukannya.
Tak terasa waktu begitu cepat, sudah cukup lama Anya meninggalkan Fano. Untuk soal telepon dari Fano, ia tidak pernah meresponnya, tetapi jika orang tuanya yang bertanya, ia hanya mengatakan bahwa dirinya
masih butuh waktu untuk menyendiri.
Selama di Jepang, Anya memiliki banyak teman karena memang dulunya Anya sudah pernah tinggal di Jepang. Semua temannya memang sudah lancar berbahasa Indonesia dan itu membuat Anya tidak sulit untuk berkomunikasi.
Anya sedang menatap ke luar jendela namun lamunannya terpecahkan oleh ucapan Vei.
"Apakah kamu tidak merindukan suamimu?" tanya Vei penasaran karena pasalnya Anya selalu
memperhatikan foto Fano di ponselnya.
Anya hanya menghela nafas, "Entahlah, aku merindukan nya tapi jika aku bersamanya. Itu akan lebih rumit."Tiba-tiba seorang pria datang menghampiri Anya dan Vei, pria itu adalah Frans yang merupakan teman Anya dan Vei.
"Maaf jika sudah membuat kalian menunggu terlalu lama," ucap Frans tidak enak hati.
"Kau memang selalu terlambat, bukan?" ucap Vei dengan sinis yang bertujuan untuk mengerjai Frans.
"Aku tadi mengantar pacarku terlebih dahulu Vei," ucap Frans santai lalu meminum minuman Anya.
"Heii sudah-sudah, bisakah kalian tidak bertengkar sehari saja?" ucap Anya cemberut.
Vei dan Frans meminta maaf pada Anya dan ia hanya mengangguk dan tersenyum.__
Sudah satu bulan ini Fano tampak sangat kacau, ia sudah ribuan kali menghubungi Anya namun tidak
pernah ada jawaban.
Sifat Fano berubah menjadi sangat acuh, saat ini ia hanya menatap kosong berkas berkas yang harus ia tanda tangani.Ia masih memikirkan penyebab Anya pergi selama satu bulan ini. Ia juga tak mengerti.
Fano sudah mencoba bertanya kepada kedua orang tua Anya namun mereka tidak ada yang tahu
keberadaan Anya atau berpura-pura tidak tahu.
Tidak lama kemudian Reza datang untuk memberi tahu bahwa ia akan bertemu client di sebuah cafe yang
tak jauh dari kantor.Reza hanya menghela nafas pasrah
melihat temannya yang seperti sudah tidak memiliki semangat hidup. Semestanya lagi menghilang.
Soal Aletta? Ahh wanita itu masih saja menggoda Fano, ia sudah mendengar kabar bahwa Anya kabur dari rumah.Maka dari itu, ia semakin bersemangat untuk mendapatkan hati Fano. Fano dan Reza berjalan beriringan menuju cafe
yang dijadikan untuk tempat bertemu client.
Sesampainya di cafe, Fano mendengar sebuah lagu yang seakan mewakili perasaannya.
Kau tutup kisah cinta kita saatku sedang sayang sayangnya~
Fano teringat kembali di mana malam itu ia pergi bersama wanita lain dan sama saja ia sudah menghianati istrinya.
Kau tepikan kisah cinta kita saat ku sedang sayang-sayangnya~Memori Fano terlempar jauh ketika proses ijab kabul sedang berjalan dengan khidmat.
Tapi ku tak bisa memaksa ~
Benar. Ia memang tidak bisa memaksa Anya hanya untuk mencintainya
Tapi ku harus bilang hati ku terluka~
(Mawar Eva de jongh-Sedang sayang-sayangnya).
Fano sangat merasa kehilangan Anya selama satu bulan ini, hidupnya menjadi lebih suram tanpa Anya.
Tak beberapa lama kemudian, client Fano datang dan membicarakankan kerja sama bisnisnya, ia tidak
mau mengecewakan papahnya.Tian dan Reza hanya tersenyum miris melihat keadaan sahabatnya yang diumpamakan seperti langit kehilangan matahari nya.