18⏳P.W

366 46 7
                                    

Maaf jika ada typo🍎

⏳⏳


"Awh..." dengan tak sengaja jari SinB terluka karena ia tak hati-hati dalam menggunakan pisau.

Jungkook yang melihatnya tampak tak perduli. Pria itu hanya mengambil minum lalu pergi. SinB menghela nafasnya. Sampai kapan Jungkook seperti itu? Bisakah pria itu memandangnya meskipun sebentar? Menghargai SinB sebagai istrinya mungkin?

SinB tetap melanjutkan kegiatan memasaknya. Setelah selesai, ia menyiapkan dimeja makan. Ingin memanggil Jungkook, tapi ia takut mengganggu.

Baiklah, dengan langkah pasti SinB menuju ke kamar Jungkook. Mengetuk pintunya, dan tak ada jawaban.

"Jungkook," panggilnya.

Merasa tak ada sahutan, SinB mencoba membuka pintu. Ternyata pintunya tak terkunci. Ia memasuki kamar suaminya itu, dan ternyata Jungkook sedang berada dibalkon. Nampaknya pria Jeon itu sedang asik bertelponan dengan seseorang.

"Kook?"

Mendengar suara itu, Jungkook langsung mengakhiri sambungan telponnya dan menatap malas SinB.

"Ayo makan malam,"

"Males,"

"Jangan gitu, nanti kalo kamu sakit gimana?"

"Gue gaakan sakit tanpa makan masakan lo,"

Menghela nafas, SinB harus sabar. "Seenggaknya hargai aku. Bisa kan?"

"Apa yang harus gue hargai?"

Kembali SinB mengunpulkan kesabarannya. "Aku ini istri kamu Kook, meskipun kamu nggak cinta sama aku, tapi bisa kan kaku hargai aku?" SinB mencoba untuk menyadarkan suaminya.

"Nggak usah bawa-bawa status. Gue nggak pernah suka sama lo," kata-kata ini lolos begitu saja dati mulut Jungkook. "Keluar dari kamar gue!" Usirnya.

"Tap-"

"Keluar atau gue yang seret lo buat keluar!"

⏳⏳

"Ooh... kamu yang dulu sering bareng-bareng sama kakak kamu itu ya? Nama kalian juga sama. Eunbi, tapi beda marga,"

Kata-kata dari guru SDnya itu terus terngiang dikepala SinB. Mempunyai nama yang sama, tetapi beda marga.

"Eunbi... kira-kira marganya apa ya?" Pikir SinB.

"SinB!" Panggil Jungkook.

SinB segera keluar kamar, dan melihat Jungkook sedang berkacak pinggang di ruang tengah.

"Kenapa Kook?"

"Bersihin kamar gue, sekalian siapin pakaian gue. Gue ada urusan ke luar kota nanti agak sore," ujar Jungkook dan langsung pergi tanpa berpamitan.

Tanpa mau membuang waktu, SinB segera membersihkan kamar suaminya itu, sekalian menyiapkan baju-baju Jungkook untuk keperluan ke luar kota.

Tetapi ketika SinB membuka lemari Jungkook, ia tak sengaja menemukan sebuah kotak. Ketika ia buka, kotak itu menampilkan sebuah kalung dan gambar orang khas anak kecil.

Dan mendadak kepala SinB menjadi pusing. Bayangan-bayangan hitam itu kembali bermunculan. Tetapi kali ini SinB bisa melihat jelas wajah Jungkook kecil ada disana.

"Kookie!!"

"Mbih!!"

"Tolonggg..!!"

"Uni tolong!!"

"Hei Mbih!"

"Kookie kamu kenapa?"

"Kookie! Wowoo!!!"

"Unii!!"

Kembali bermunculan. Kepala SinB benar-benar pusing.

Sedangkan disisi lain, Jungkook tengah menikmati makan siangnya bersama Eunha. Mereka tampak senang, dan sesekali juga bermesraan.

"Una, dulu saat kecil kita ngapain aja?" Tanya Jungkook.

Eunha sempat kaget karena pertanyaan itu keluar dari mulut Jungkook.

"Una?"

"Eh? Iya?"

"Aku tanya loh, dulu saat kecil kita ngapain aja?"

"Eum... kita main-main, kamu juga pernah bilang kalo nanti besar kamu bakal jadi laki-laki yang bisa jagain aku," ujar Eunha dengan intonasi yang dibuat setenang mungkin.

"Oh ya?" Jungkook terkekeh.

"Iya Kook," Kamu dulu bahkan berhutang banyak sama Mbih, dan kamu bilang akan kembali buat Mbih. Tapi untungnya aku yang lebih dulu ketemu kamu.

Eunha menatap sendu ke bawah. Saat ini Jungkook sedang fokus pada layar ponselnya, maka Eunha memilih untuk beradu dengan pikirannya. Dalam benaknya terus berputar kenangan masa kecil mereka.

Aku berhenti atau terus maju? Aku sayang Mbih, tapi perasaanku juga tak bisa diabaikan begitu saja.

Gadis Jung itu benar-benar bingung. Antara ia harus mengalah, ataukah ia harus memperjuangkan perasaannya?

"Kamu mikir apa sih?" Jungkook menggenggam tangannya yang masih berasa dimeja.

Eunha menggeleng, "gapapa. Aku cuma takut istrimu tau,"

Menghembuskan nafas, Jungkook tiba-tiba malas. "Bukannya kamu yang bilang kalo apapun resikonya, kita harus terima?"

Eunha mengangguk. "Iya,"








T. B. C.
Silahkan berikan votenya:)🍎

Pada Waktunya⏳endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang