Part 3

2.6K 420 43
                                    

Halo jangan lupa meluangkan waktu untuk menekan bintang harapan atau memberi pesan, kritik dan saran ya!

Happy Reading ❤️

°°°°°°°°°

Terminus Academy

Itulah tulisan yang sekarang Flora lihat di depan matanya. Gerbang yang menjulang tinggi yang di dalamnya terdapat gedung yang dibangun oleh bebatuan, sekolah yang sudah seperti kastil. Ia seperti sedang menonton Harry Potter, hanya saja sekarang ialah pemeran utamanya.

"Perhatian-perhatian, bagi seluruh murid Terminus Akademi harap segera berkumpul di lapangan." Begitulah pengumumannya. Flora bisa sampai ke tempat ini karena mengekor Odette dan Ace saat berangkat tadi, ia sangat penasaran dengan kalimat Odette tadi malam. Dan dengan berbekal busur panah pemberian Ace semalam, ia tidak ragu untuk berdiri di sini. Ia menyentuh busur itu, bibirnya tertarik sedikit saat mengingat kejadian semalam.

Flashback On

Tok tok tok

Belum sempat Flora duduk di kursi kayunya itu setelah mengantarkan Ace dan Odette pergi, seseorang mengetuk rumahnya dengan lembut. Terbesit rasa takut dan cemas, apa yang akan ia lakukan jika yang di luar kini orang jahat?

"Flora, jangan takut ini aku, Ace!" teriaknya seolah ia tahu apa yang Flora cemaskan. Tanpa ragu lagi, Flora kemudian membuka pintunya. Ace sudah berdiri dengan cengiran di bibirnya.

"Ada apa, Ace?"

"Aku hanya ingin memberi ini." Ia menyodorkan busur panah beserta quiver-nya (tas untuk anak panas) kepada Flora, Flora memandang Ace dengan tatapan aneh, "Untuk melindungimu. Selagi kau tidak bisa menggunakan elemen, benda ini bisa membantumu, Flo," ungkapnya menjawab semua pertanyaan di benak Flora.

"Kalau kau tidak bisa menggunakannya, nanti aku akan mengajari," tuturnya serius. Flora menggeleng dengan cepat, ia tidak bisa membayangkan seperti apa kabar jantungnya jika Ace yang mengajarkannya. Lagipula Flora sudah jago melakukannya, diajarkan oleh kakaknya yang merupakan pegiat olahraga panahan.

"Aku sudah bisa, Ace. Di duniaku juga ada benda semacam ini, hanya saja lebih modern," sahut Flora, sebenarnya bisa saja ia berpura-pura tidak bisa agar bisa berdekatan dengan Ace, tapi rasanya taktik pendekatan macam itu kuno sekali dan tidak elegan. Bukan Flora banget.

"Baguslah, kalau begitu. Jangan sungkan untuk meminta bantuanku, aku akan membantumu kapan saja selagi aku bisa." Flora mengangguk, ia tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya yang sudah mencapai ubun-ubun.

"Tentu saja, Ace!" Senyum Flora mengembang, begitupula Ace.

"Ya sudah, aku pulang ya!" Ace melambaikan tangannya dan berbalik membelakangi Flora.

Wush!

Flashback Off

Setiap mengingat kejadian semalam, Flora sangat senang, senang sekali, tapi ...

Fokus Flora! Ia menampar pipinya sendiri, ia harus fokus pada misinya sekarang, jangan sampai orang-orang melihatnya apalagi jika murid akademi atau tetua akademi yang melihatnya.

The Chosen Eyes ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang