Halo jangan lupa meluangkan waktu untuk menekan bintang harapan atau memberi pesan, kritik dan saran ya!
Happy Reading ❤️
°°°°°°°
Bola mata Flora mendelik, tiba-tiba hawa sekitarnya berubah, perasaan ini... sama seperti perasaannya saat di hutan tadi pagi. Saat bahaya mengincarnya.
***
Angin malam yang tadinya menerpa pipi sangat lembut kini justru menamparnya seolah-olah mengamuk, dingin yang menusuk seolah-olah menjadi bentuk amukan marahnya ke pada jiwa-jiwa busuk yang berani-beraninya mengusik ketenangan malam.
Flora bangkit dari tidurnya, kemudian ia mengedarkan pandangannya. Entah sejak kapan dan bagaimana, tetapi penglihatan dan pendengarannya seolah dikaruniai keawasan yang kuat ketika ada sesuatu yang mencurigakan datang di sekitarnya.
Apakah ada yang sedang memata-mataiku atau sesuatu hal buruk telah terjadi?
"Kau merasakan sesuatu lagi?" tanya Wolfie ketika melihat berubahan sikap Flora yang tiba-tiba waspada.
"Waspada!" tegas Flora pada Wolfie, Wolfie menggeram.
Firasatnya tidak salah, dari sini ia bisa melihat salah satu rumah di sebelah kanan sedang dimasuki oleh dua orang berjubah hitam, langkah mereka mengendap-endap. Rasanya aneh bukan jika pemilik rumah itu sendiri yang mengendap-endap?
Hanya dengan bermodal tangan kosong, daster tipis dan kaki yang tak beralas, Flora dan Wolfie mengekor mereka dengan jalan yang sangat amat pelan. Tidak ingin menciptakan suara dalam bentuk apapun agar mereka tidak mendelik. Suatu ketidak beruntungan baginya karena ia tidak membawa panah, sehingga harus repot-repot menyerang mereka dengan jarak dekat.
Saat ini, Flora tidak tahu kekuatan apa yang bisa ia andalkan untuk melawan terlebih ia tidak tahu apa elemen lawan. Andai saja elemen airnya bukanlah elemen yang terlarang, pastinya ia sudah menyerang mereka dengan kekuatan itu. Tetapi, itu tetaplah bukan pilihan.
Krk!
Sial! Flora menginjak ranting, ingin sekali Flora merutuki dirinya sendiri.
Sesuai dugaan Flora, dua orang berjubah hitam itu berbalik ke arah Flora dengan posisi memasang kuda-kuda.
Sial, mereka memakai topeng, decih Flora.
"Siapa kau, gadis tengil?" geram salah satu dari mereka, Flora mengangkat alisnya. Tengil katanya?
"Halah, basa basi busuk! Apa mau kalian ke mari? Jangan macam-macam atau kalian harus melangkahi mayatku dulu!" tukas Flora sok keren, padahal ia sama sekali tidak tahu harus melakukan apa.
Awalnya mereka saling pandang dan menyeringai tak jelas, tetapi belum sempat Flora berkedip, mereka tiba-tiba saja ada di belakang Flora kemudian membekuk tengkuknya. Tubuhnya oleng seketika, tetapi Wolfie dengan menahan tubuhnya.
"Kau bukan seorang falcon, ya?" Nadanya terdengar meremehkan di telinga Flora dan ia tidak suka itu.
Cih! Siapa pula mereka ini?
"Aku, seorang falcon!" tegas Flora dengan mata memicing.
Flora segera melesat ke arah salah satu dari mereka, ia hanya bermodal jurus karate yang bahkan tidak pernah ia selesaikan di sekolahnya. Begitupun Wolfie, ia membantunya melawan satu rekannya.
Orang itu melayani serangan Flora dengan serangan yang sama, bukan dengan elemen. Apakah, orang-orang ini tidak ingin diketahui identitasnya? Bukankah kesempatan bagus jika lawan mereka tidak memakai elemen?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chosen Eyes ✔️
FantasyFollow sebelum membaca ya! ^^ Fantasy-Minor Romance Dia adalah orang diramalkan, tapi takdirnya begitu membingungkan. Apakah ia akan terjebak dalam iris matanya yang hitam dan membuat kehancuran? Atau menciptakan kedamaian dengan iris matanya yang b...