"Dan ... kalianlah yang mengubah sejarah Cyridostown seolah-olah Lazslo-lah biang dari masalah ini. Kau ingin membuatku memihak padamu karena kau takut kebenaran itu terbukti olehku, benar begitu?"
Lord tidak berkutik.
Flora tersenyum. "Kau tahu, untuk apa aku ke mari?"
Ia menatap Flora dengan tatapan tajam.
Flora melanjutkan, "Untuk mengembalikan raja yang seharusnya dan menjalankan dunia ilusi yang kau buat."
Lord tertawa terbahak-bahak. "Kau gila? Raja mereka sudah mati sejak lama! Akulah pemimpin Cyridostown untuk sekarang ini dan seterusnya."
"Kau ini bodoh atau bagaimana? Pasti tak pernah terpikirkan olehmu kalau penerus Raja itu ada di sini sekarang, bersama cucunya," ujar Flora dengan penekanan di setiap katanya.
Bukan hanya anggota istana dan para petinggi yang terkejut, tetapi semua penduduk yang berada di sana tercengang dan bertanya-tanya. Tentu, tidak ada yang mengetahui identitas keluarga Raja yang tersingkirkan saat itu, karena ingatan para penduduk dihapus dan digantikan dengan ingatan baru.
Untuk beberapa saat, Lord tampak terkejut. Namun dengan cepat ia menetralkan kembali ekspresinya dan mulai menatap Flora dengan tatapan serius.
"Ah, aku lega jika kalian memang sudah mengetahuinya. Aku tak perlu repot-repot menceritakannya lagi, bukan?" ucapnya sambil menyeringai.
Flora jauh lebih tertarik dengan kondisi saat ini.
"Akan kuambil lagi sphera milikku dan membuay Cyridostown menjadi milikku seorang!" teriaknya penuh ambisi.
Air muka Lord mengeras, siapa pun mampu melijat kalau saat ini Lord sedang di puncak kemarahannya. Tubuhnya tiba-tiba membesar dua kali lipat dari tubuhnya semula, rambutnya yang mulanya tersisir rapi kini berantakan dan semakin menunjukkan betapa marahnya ia.
Inilah yang telah Flora nantikan. Dan akhirnya waktu ini tiba.
Master yang mulanya berada di posisi paling belakang sebagai pelengkap kini maju menggatikan posisi Flora yang berada di paling depan.
"Flora, serahkan saja orang ini padaku, kau harus cepat-cepat menghancurkan kekuatan sphera dengan kekuatanmu," ucap Master dengan sorot mata lembut dan tersenyum.
Flora ingin mengelak. "Tapi Master, ini melenceng dari rencana."
Master memegang kedua bahu Flora. "Tak apa, aku yakin kau bisa walau suasana saat tidak mendukungmu konsentrasi."
Untuk sejenak, Flora sangat keberatan. Namun saat melihat sorot permohonan di matanya, akhirnya ia mengiyakan.
"Aku tidak akan datang ke pemakamanmu jika kau mati konyol, Master! Camkan itu!" teriak Flora seraya meninggalkan Master di barisan depan dan menuju ke barisan belakang bersama Anathema sembari memeluk erat sphera.
Rencana awalnya, Flora dan Master akan menghadapi Lord bersama-sama sampai ia benar-benar kalah. Lalu, menghancurkan sphera saat keadaan sudah terkendali tanpa gangguan siapa pun.
*) Sphera hanya bisa dihancurkan oleh aliran kekuatan klan Lazslo karena sphera itu seperti benda pusaka milik klan Lazslo.
*) Bola sphera itu berwarna biru jernih seperti bola mata Flora sebelum berubah. Jadi sphera adalah pemicu dunia ilusi di Cyridostown dan mengurung beberapa makhluk di dalamnya sebagai bahan dari dunia ilusi itu.
Saat ia beralih ke barisan belakang, Mou memberi isyarat pada Flora untuk berlindung di belakangnya. Walau sempat ragu, Flora memenuhi permintaan itu saat teringat ucapan Az yang mengatakan bahwa Mou adalah yang terkuat dan pasti akan melindungi siapapun yang berada di pihaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chosen Eyes ✔️
FantasyFollow sebelum membaca ya! ^^ Fantasy-Minor Romance Dia adalah orang diramalkan, tapi takdirnya begitu membingungkan. Apakah ia akan terjebak dalam iris matanya yang hitam dan membuat kehancuran? Atau menciptakan kedamaian dengan iris matanya yang b...