Empuk, itulah yang pertama ia rasakan. Sepertinya seseorang telah berbaik hati mengangkut Flora ke atas tempat tidur. Flora berusaha membuka mata, tetapi rasa pusing di kepalanya membuatnya ingin memecahkan kepalanya saat itu juga. Pusingnya belum pulih sejak terakhir ia sadarkan diri dan pandangannya masih kabur.
Samar-samar mata Flora menangkap siluet seseorang yang sedang duduk menungguinya di sampingnya. Ia mencoba mengerjap-ngerjap matanya untuk dapat melihat dengan jelas orang di sampingnya itu. Dan ternyata ia mendapati seorang gadis yang sedang tersenyum padanya.
Putri Callista.
"Hai, akhirnya kau bangun juga," ucapnya sembari tersenyum manis, berbeda dengan saat pertama kali Flora melihat dirinya ketika acara peresmian falcon waktu lalu.
Flora belum mengucapkan sepatah kata pun, ia bergegas bangun dari kasur ketika ia menyadari bahwa ia sedang tidur di tempat tidur Putri. Ugh, malu sekali rasanya.
"Eh, apakah kau sudah membaik? Istirahatlah dulu, aku tahu pasti lelah rasanya mengobati luka yang amat parah seperti milikku ini," ucap Putri Callista sambil menahan tubuh Flora.
Sebenarnya ia merasa malu sekali karena harus tak sadarkan diri di waktu yang salah. "Tak apa Putri, aku sudah merasa lebih baik. Bagaimana denganmu?" tanya Flora.
Putri Callista tersenyum. "Terima kasih, ya. Aku sangat berhutang budi padamu."
"Ah tidak, itu sudah menjadi tugasku, Putri." Flora memaksakan tersenyum.
"Siapa namamu?"
"E-eh, Flora."
Mata Putri berbinar. "Nama yang indah, mau menjadi temanku?"
Dahi Flora beekerut. "Ngg, ya ... tentu."
"Mau menjadi temanku di istana? Aku ingin kau tinggal di sini dan menemaniku, Flora...," rengeknya sambil memasang tatapan memohon dengan mata yang berbinar.
"Eh?"
Di sela-sela percakapannya, tiba-tiba Lord masuk beserta Ratunya, senyum mereka mengembang melihat putri satu-satunya sudah kembali ceria seperti sedia kala. Mereka pun tersenyum kepada Flora dengan tulus.
"Syukurlah kau sudah bangun, sudah merasa lebih baik?" tanya Lord.
"Ya, ini hanya kelelahan biasa. Aku sudah sering mengalaminya selepas mengobati," ucap Flora sambil terkekeh malu.
"Kau pasti lapar, kan? Mari kita makan bersama, Az berkata tadi ia menjemputmu sebelum kau makan, kan?" ajak Ratu.
Namun Flora tersenyum. "Terima kasih, Lord, Ratu. Sepertinya aku akan pulang saja."
Lord dan Ratu saling pandang. "Aku dengar putriku ingin kau menjadi temannya di sini, anggap saja permintaan putriku sebagai balas budi dari kami, tinggallah di sini, Flora. "
Flora tertegun. "T-tapi aku...."
"Jika kau tak ingin menetap di sini, menginaplah di sini untuk beberapa hari sampai putriku benar-benar pulih, bagaimana?"
"Eh? Apakah Putri belum benar-benar pulih?" tanya Flora keheranan.
"Belum, Flo. Aku masih merasakan nyeri di beberapa bagian tubuhku, sepertinya memang luka itu terlalu dibiarkan terlalu lama. Jadi bekasnya pun masih berefek pada tubuhku," tukasnya.
Flora menghela napas. "Baiklah, tapi hari ini aku ingin pulang untuk izin kepada teman di rumahku."
Lord, Ratu dan Putri tersenyum bahagia dibuatnya. "Baiklah, pintu istana akan selalu terbuka untukmu, Flora," ucap Lord.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chosen Eyes ✔️
FantasyFollow sebelum membaca ya! ^^ Fantasy-Minor Romance Dia adalah orang diramalkan, tapi takdirnya begitu membingungkan. Apakah ia akan terjebak dalam iris matanya yang hitam dan membuat kehancuran? Atau menciptakan kedamaian dengan iris matanya yang b...