"Mas .... ter?" lirih Flora sebelum matanya sempurna tertutup.
Master Silas menghela napas. "Untung saja aku tidak terlambat."
*
Bangunan tua berbahan kayu kokoh yang tidak lain merupakan kediaman Master Silas, kini menjadi tempat singgah mereka. Rumahnya sama seperti rumah-rumah di Klan Clyde pada umumnya, hanya saja Master mengubah tampilan luar rumahnya menjadi seakan-akan gubuk yang tidak terpakai.
Rumahnya merupakan privasinya, maka dari itu tidak ada yang mengetahui rumah Master kecuali segelintir orang. Rumah ini juga tidak pernah termasuk ke dalam wilayah Klan Clyde, karena ia sengaja membangun rumah ini di perbatasan akhir. Ia hanya tidak suka diusik oleh siapa pun karena banyak hal yang harus ia urus.
Tampilan dalam rumah yang hampir seperti gubuk itu ternyata tidak seburuk tampilan luarnya. Memang hanya satu petak dan tidak ada pengahalang antara ruang satu dengan yang lainnya, tetapi rumah itu cukup rapih untuk ukuran seorang pria tua sepertinya. Juga tidak banyak perabot rumah tak berarti yang biasanya hanya memenuhi ruangan.
Diletakkanlah Flora di atas tempat tidur miliknya, tubuh Flora yang semula ia lihat tidak terluka sama sekali kini tiba-tiba terluka.
Master mengernyit. "Apakah ia membius lukanya?" lirihnya.
"Benar Master," seru seseorang yang ia kenal.
"Apakah kau Iris?" tanya Master was-was.
"Benar, ini aku!"
"Jadi kau sudah bertemu Flora," lirihnya.
"Ya, semalam saat Anathema sedang mengatasi Illius," jelas Iris.
Master terkejut. "Oh jadi mereka."
"Ya, setelah itu Nona Flora tak sadarkan diri mungkin karena lukanya yang sudah terlanjur parah. Lalu ia membius sendiri lukanya agar bisa berteleportasi untuk pulang, tapi ternyata itu tidak bertahan lama," jawab Iris dengan nada sedih.
Ariel menyela, "Dia sepertinya tidak ingin membuat kami khawatir."
Master mengangguk lalu beranjak menuju meja kerjanya. "Dia memang orang yang seperti itu, keras kepala."
"Huh, tidak ada cara lain," lirihnya.
Ia membuka tumpukkan buku yang sudah tidak pernah ia buka sejak lama, membaca sambil mengingat sesuatu yang sangat dibutuhkan Flora saat ini.
Yap, obat.
Dulu ia sempat menjadi falcon medis dan sangat ahli. Namun ia menghapus sejarah itu, tidak ingin mengingatnya lagi walaupun itu sudah menjadi bagian hidupnya.
Tok tok!
Master Silas menoleh. "Ck, siapa lagi yang akan menggangguku?" decihnya sembari melangkah ke arah pintu.
Dibukakanlah pintunya, ia menghela napas saat menemukan sosok di balik pintunya.
"Ada perlu apa?" tanya Master pada bocah lelaki yang selalu memasang wajah datar termasuk pada dirinya.
Sebelum anak itu menjelaskan maksud kedatangannya, ekor matanya justru menangkap sesuatu yang menarik perhatiannya di dalam sana. Matanya terbelalak, kemudian ia memandang Master dengan tatapan meminta penjelasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chosen Eyes ✔️
FantasyFollow sebelum membaca ya! ^^ Fantasy-Minor Romance Dia adalah orang diramalkan, tapi takdirnya begitu membingungkan. Apakah ia akan terjebak dalam iris matanya yang hitam dan membuat kehancuran? Atau menciptakan kedamaian dengan iris matanya yang b...