Semakin dekatnya waktu penantian Lord Ermir, semakin sibuk pula ia di sisa-sisa harinya. Pelantikan yang telah lama ia tunggu-tunggu itu akan digelar dua hari lagi, oleh karena itu dalam jangka dua hari ke depan, ia harus memaksimalkan kampanye ke setiap pelosok Cyridostown. Meski tanpa perlu melakukan kampanye pun, ia akan tetap terpilih.
Namun, di sela-sela rasa senangnya, ia sendiri merasa tidak tenang. Tidurnya tidak nyenyak, karena ia selalu dihantui rasa takut kalau-kalau ada orang yang menyusup ke kamarnya lalu membunuhnya saat ia tertidur. Bahkan saat ia bepergian sekalipun, ia takut kalau saja ada yang tiba-tiba mencelakainya. Maka dari itu, sejak semakin dekatnya waktu pelantikan, ia begitu dijaga ketat oleh prajuritnya walaupun hal-hal yang ditakutinya hanya kemungkinan kecil terjadi.
Mungkin memang bukan penduduk Cyridostown yang melakukannya, tetapi merekalah yang melakukannya. Satu-satunya yang ia takutkan sekarang, Anathema.
"Apa yang sedang kau pikirkan, Lord?" tanya penasihatnya, Alo.
Kini mereka sedang dalam perjalanan menuju klan Mako dengan menggunakan kereta khusus istana dengan ditemani beberapa prajurit dan pelayan.
"Ah, tidak ada," jawabnya kemudian mengalihkan kembali pandangannya pada pemandangan di balik jendela.
"Kau tidak perlu mencemaskan apa pun Lord, aku yakin mereka akan tetap memilihmu, dan mereka yang kau takutkan tidak bisa melakukan apa-apa karena singkatnya waktu ini," ucap Alo menenangkan Lord.
Lord Ermir tersenyum. "Ya, tentu saja."
Lord terdiam lagi, pandangannya tak lepas menatap ke luar jendela, di samping semua rasa takutnya itu, ia merasa menyesal karena tidak bisa menepati janjinya untuk mengawasi latihan Flora, juga tidak ada waktu bersama putrinya. Rasa letih saat ia pulang ke istana setelah perjalanan mendorongnya untuk segera terlelap dalam mimpi.
Hari ini pun sama, ia bangun dan pergi meninggalkan istana sebelum matahari terbit dan akan pulang kembali setelah langit menggelap, di mana para penghuni istana sudah tidur termasuk putrinya dan Flora.
Namun tidak ada pilihan lain, kunjungan kali ini bersifat wajib. Kunjungan ke seluruh penjuru Cyridostown untuk menyantuni para penduduk adalah rutinitasnya setiap bulan. Dan kebetulan sekali waktunya kali ini bertepatan dengan dekatnya hari menuju pelantikannya.
"Kita sudah sampai, Lord," ucap Alo bertepatan dengan berhentinya kereta. Lord yang sejak tadi melamun baru menyadari bahwa di balik jendela itu sudah banyak warga dari klan Mako yang sedang menunggu untuk menyambutnya.
"Mari, Lord," ucap Alo sekali lagi.
Lord pun keluar dari kereta sambil tersenyum dan tak lupa melambaikan tangan. Tak heran mereka seperti itu, karena semua warga di Cyridostown memang sangat menyukai Lord tanpa terkecuali, karena selain ia tegas, ia juga merupakan sosok pemimpin yang sangat baik hati dan tidak pernah memandang siapa mereka.
Sementara Lord masuk ke dalam rumah tetua, para pelayan dan prajurit yang ikut mengantarkan Lord diberi perintah untuk membagikan santunan berupa kotak makanan, obat-obatan, dan beberapa keping koin emas kepada seluruh warga. Tidak ada yang tidak bisa menahan raut kebahagiaan yang tampak di wajah mereka saat mendapatkan sebuah harta tak ternilai itu, apalagi kali ini koin emas yang diberikan Lord terhitung lebih banyak.
Di dalam rumah tetua, Lord, tetua klan, dan para perwakilan kepala keluarga klan Mako sudah memulai rapat tentang hari H nanti.
"Langsung saja masuk poin penting, aku ingin semua penduduk klan Mako datang ke istana saat pelantikan tiba," ucap Lord tanpa ragu sedikit pun.
"T-tapi Lord, biasanya acara pelantikan hanya disaksikan oleh beberapa perwakilan tetua klan saja, bukan?" tanya tetua klan Mako.
"Ya, memang benar. Tapi itu dulu, sekarang berbeda. Aku ingin kali ini seluruh penduduk Cyridostown menyaksikan pelantikanku di istana. Dan ... jangan khawatir soal tranportasi, karena aku sendiri yang akan memfasilitasi kalian semua. Kalian hanya tinggal datang ke istana," tambahnya dengan senyum yang terukur di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chosen Eyes ✔️
FantasyFollow sebelum membaca ya! ^^ Fantasy-Minor Romance Dia adalah orang diramalkan, tapi takdirnya begitu membingungkan. Apakah ia akan terjebak dalam iris matanya yang hitam dan membuat kehancuran? Atau menciptakan kedamaian dengan iris matanya yang b...